Latest News

Showing posts with label Renungan dan Homili. Show all posts
Showing posts with label Renungan dan Homili. Show all posts

Monday, December 9, 2013

Kemurahan hati tidak harus ditunjukkan dengan perbuatan besar.

Foto: Kemurahan hati tidak harus ditunjukkan dengan perbuatan besar. Kemurahan hati sering kali sudah cukup ditunjukkan dengan perbuatan baik yang kecil berbentuk senyuman atau kata-kata yang baik......
Kemuraha hati lebih dari sekedar memberikan uang kepada orang miskin. kemurahan hati adalah pemberihan hati, waktu kealihan, dan energi kita untuk menerangi hidup orang lain, baik kaya maupun miskin.......


Jika kita tikdak memiliki kemurahan hati di dalam hati, berarti kita memiliki penyakit hati yang paing parah.  (Bob Hope)

Kemurahan hati tidak harus ditunjukkan dengan perbuatan besar.

Kemurahan hati tidak harus ditunjukkan dengan perbuatan besar. Kemurahan hati sering kali sudah cukup ditunjukkan dengan perbuatan baik yang kecil berbentuk senyuman atau kata-kata yang baik......
Kemuraha hati lebih dari sekedar memberikan uang kepada orang miskin. kemurahan hati adalah pemberihan hati, waktu kealihan, dan energi kita untuk menerangi hidup orang lain, baik kaya maupun miskin.......


Jika kita tikdak memiliki kemurahan hati di dalam hati, berarti kita memiliki penyakit hati yang paing parah. (Bob Hope)

Source : Petrus de More

Saturday, November 2, 2013

HIDUP BERMAKNA: MENDESAK DIRI MEWUJUD DALAM PRAKSIS KASIH DAN DAMAI

subak-2.jpg
HIDUP BERMAKNA: MENDESAK DIRI MEWUJUD DALAM PRAKSIS KASIH DAN DAMAI
 1 Petrus 3:8-12

Anda hanya hidup sekali,
tetapi jika Anda melakukannya dengan benar dan baik,
sekali saja sudah cukup…
Saudara, apa yang terutama kita tunjukkan dari diri kita sebagai orang percaya?, barangkali ada orang sudah merasa cukup setelah ia sudah datang beribadah, telah memenuhi segala kewajiban ritus-ritus agamanya. Hal yang terutama adalah hidup di dalam kasih dan kebenaran, sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang yang benar. Orang benar itu senantiasa menjauhkan dirinya dari berbagai kejahatan dan mencondongkan dirinya kepada perbuatan baik. Memang tidak mudah hidup dan berbuat benar, tetapi bukan berarti kita tidak mampu melakukanya, orang benar itu akan selalu dibimbing dan disertai oleh Tuhan. PenyertaanNya menjadi jaminan, bahwa orang benar akan menang oleh karena kebenaranya, namun orang jahat akan mati oleh karena kejahatanya.
Saudara, sebagai orang percaya perlu sekali menumbuhkan niat baik bukan sebaliknya dan mau sungguh-sungguh melakukanya, bukan hanya soal berteori namun melakukanya sehingga terbangun hubungan yang harmonis dengan sesama. Menumbuhkan rasa simpati dengan turut merasakan perasaan orang lain, dan mau turut memikul beban orang lain, bukan hanya sekedar memberi penghiburan namun turut merasakan apa yang dirasakan sesama. Hidup mengasihi adalah ciri utama dari pengikut Kritus, yaitu kasih yang mau berkorban. Yang saling mengasihi tidak akan saling membenci, atau saling menyakiti apalagi mendendam.  Memaafkan  serta mau mengampuni kesalahan orang lain bukan membuat nilai hidup kita menjadi rendah, tetapi itulah hidup yang penuh makna diinginkan Tuhan. Begitu sulit rasanya melupakan kesalahan orang lain sehingga sampai ada orang yang sampai matipun tidak mau memaafkan, tetapi rasanya begitu mudahnya orang melupakan kebaikan yang telah diterimanya dari sesamanya.
Saudara, siapa yang ingin menerima kebahagiaan?, tentu semua orang mengiginkanya, tetapi ingin bahagia ada syaratnya yaitu cintailah hidupmu dan hidup sesamamu dengan mengandalkan cinta kasih Tuhan. Dia sumber cinta dan kebahagiaan, tetapi itu tidak akan dimiliki apabila tidak dicari dan diusahakan. Jagalah apa yang baik apa itu melalui perkataan dan tingkah laku, dan dengan segala kemampuanmu berusahalah terus melakukan yang baik itu, sehingga Tuhan akan selalu membimbingmu untuk berbuat baik dan mengatakan apa yang benar. Hati, pikiran dan jiwa butuh cahaya penerang supaya tidak digelapkan oleh kuasa dosa itu, cahaya terang itu adalah Firman Tuhan, itu artinya tetap berpegang dan hidup di dalam firmanNya menjadi kunci sukses untuk hidup bahagia. Tuhan Yesus telah mencerahkan hati, pikiran dan jiwa kita agar senantiasa terus bertumbuh dan menghasilkan buah-buah yang baik sehingga dapat dinikmati dan dipergunakan untuk membangun hidup yang bermakna dan yang selalu tertuju pada  karakter Kristus.
Saudara, hidup di dunia ini hanya sekali, jadi tanamlah kebaikan dan itulah yang menjadi dokumen hidup kita yang dapat diingat dan diteladani oleh orang lain, jadi walaupun kita sudah tiada tetapi ada nilai hidup yang kita tinggalkan. Perbuatan baik walaupun sulit dilakukan itu tidak akan lenyap tetapi suatu saat akan tumbuh dan memberi makna untuk membangun hidup bahagia ke depan. Mari kita menjaga hati, jiwa dan pikiran agar tetap di dalam kekudusan Tuhan. Dia yang menciptakan kita sempurna, maka jadilah sempurna, dengan segala kerendahan hati aku memohon, sempurnakanlah sukacitaku ini, hiduplah di dalam kasih dan berdamai dengan semua orang. Amin.
Source : haumanarata.wordpress.com

YESUS DAN SANAK SAUDARA-NYA

SAMSUNG DIGIMAX A403

YESUS DAN SANAK SAUDARA-NYA

MEMBANGUN PERSEKUTUAN DALAM BINGKAI IMAN
Markus 3:31-35; Mateus 12:46-50


Primordialisme, nepotisme, fanatisme, koncoisme dan yang sama dengan istilah tersebut di satu sisi adalah baik, namun apabila itu dijungjung tinggi sebagai filosofi kehidupan bahayanya perlakuan diskriminatif akan mengoyakkan sisi-sisi kemanusiaan kita. Yesus berkata tidak terhadap perilaku seperti itu. Ajaran Yesus adalah mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri; tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Namun demikian Yesus bukan mengabaikan perlunya primordialisme, nepotisme tetapi jangan menempatkannya di atas ajaran paham iman: “Marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”. Apa hubungan pernyataan ini dengan nas hotbah hari ini?
Saudara! Ketika Yesus mengajar orang banyak di Bait Suci – ibun-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Ketika Yesus mengetahui keinginan ibuNya untuk bertemu denganNya justru Yesus mengatakan: “Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”Mendengar pernyataan ini barangkali hati kesal, kecut, dan emosi karena dikuasai fanatisme yang sempit, namun sesungguhnya Yesus mau membuka cakrawala baru tentang fanatisme ranah relasi yang lebih luas dalam irama peran melakukan kehendak Bapa di sorga. Relasi persekutuan yang hidup sebagai saudara dan keluarga Kristus akan bergerak maju dan membangun bila ranah spiritualitas berada di atas domain emosional secara lahiriah. Yesus bukan mengabaikan sang ibu, saudara secara lahiriah. Namun Yesus memperluas cakrawala baru dalam membangun hubungan relasi-relasi keluarga secara menyeluruh dalam peran melakukan kehendak Bapa-Ku.
Saudaraku! Bergerak maju dalam gerak membangun persekutuan yang inklusif, terbuka, dan dialogis adalah visi dan misi Gereja kita HKBP. Mempertahankan sikap eksklusivisme hanya akan membawa kita kepada kesulitan dan kepahitan dalam persekutuan. Demikian juga relasi persekutuan holistik yang didasarkan kepada keinginan-keinginan atau kepentingan-kepentingan individu maupun kelompok tidak akan menggairahkan persekutuan, hanya dan hanya persekutuan holistik yang didasarkan dan diarahkan kepada kehendak Bapa di sorgamembuat persekutuan kita menjadi hidup sebagai saudara keluarga kerajaan sorga. Setiap orang yang  mengaku percaya kepada Tuhan  tidak cukup hanya dalam tataran ucapan atau teori belaka tetapi yang terutama adalah berbuat dan melakukan apa yang berkenan kepada Bapa di Sorga. Sebagai saudara Tuhan,  hidup kita bernilai bukan dilihat dari banyaknya kata-kata tetapi banyaknya perbuatan baik dengan suka menolong, dan memberi perhatian pada sesama, dengan demikian hidup kita akan selalu diliputi oleh cinta kasih, persaudaraan yang rukun, dan hal itu terlihat pada sikap yang mau menerima satu dengan yang lain dan senantiasa mau memaafkan dan mengampuni.  Kasih itu adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan kita sebagai saudara Tuhan. Memiliki saudara itu memang dambaan semua orang, sebab hidup akan lebih bermakna dan bahagia bilamana ada saudara yang saling mendukung dan saling mendoakan kita, dia akan menjadi sahabat dalam suka maupun duka.
Tuhan Yesus menjadi saudara bagi kita, sebagai tempat pengaduan dan Dia begitu setia mendampingi dan senantiasa menguatkan dalam berbagai pergumulan hidup. Jangan kita menjauhi dariNya, sebab dikatakan mendekatlah kepada Tuhan agar jiwamu tentram.  Dia dengan sukarela mau menolong dalam kedukaan dan juga mau mengampuni segala kesalahan kita. Memang sekarang ini begitu sulit mendapatkan sahabat, sahabat dalam kesukaan banyak tetapi sahabat dalam kedukaan begitu sedikit,  bila kita dalam keadaan susah dan miskin,  sahabat sedikit, namun apabila kita kaya sahabat banyak.  Sekarang ada sahabat/saudara kita yang baik hati, dalam suka maupun duka,  Ia yang tetap setia mendampingi kita, Dialah Yesus Kristus Tuhan kita. Memang yang Dia inginkan adalah berbuat baik kepada sesama, dengan selalu mengasihi siapapun tanpa membeda-bedakannya. Seorang saudara adalah orang yang mau mengerti dan sungguh-sungguh mengasihi, sebagai saudara Yesus yang diutamakan adalah cinta kasih dan kebaikan. Kita mendengar berita bahwa ada ayah yang begitu tenga menganiaya anak kandungnya sendiri sampai meninggal dunia, buah hatinya sendiripun sudah  tidak lagi dikasihi bagaimana dengan yang lainya, jiwanya begitu rusak sehingga lebih mencelakai daripada mengasihi, dia tidak lagi melihat sesamanya sebagai saudara.  Aku, Anda, dan Kita semua adalah saudara, keluarga Kristus bila orientasi kita berada di dalam peran MELAKUKAN KEHENDAK BAPA-KU YANG DI SORGA. Amin.

Belajar Jihad Kristen dari Ahok “Mati adalah Keuntungan”



Belajar Jihad Kristen dari Ahok


Wawancara sehari yang lalu, 30-10-2013, di Mata Najwa Show antara Najwa Shihab dan Ahok bisa disebut sebuah momentum yang luar biasa. Secara utuh kita melihat arti nasionalisme bagi seorang kristen yang hidup di Indonesia. Nilai-nilai kehidupan yang hakiki dan universal di pertunjukkan dengan sederhana dalam perkataan dan perbuatan. Ahok sedang memainkan kartu yang sangat penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Kartu Ahok adalah kartu minoritas ganda (double minority). Kartu yang sudah lama mati di percaturan NKRI, sekarang menjadi suatu yang menyala hidup kembali. Api kebangkitan nasional (revival fire) itu sudah menyala kembali, karena Ahok membukakan arti apa itu mati!

Tidak bisa dipungkiri dengan pernyataan Ahok untuk menulis pesan “Mati adalah Keuntungan” di pusaranya, bahkan dalam tiga bahasa bila perlu, membuka ruang diskusi, polemik, sekaligus pujian dan inspirasi. Paling tidak bagi saya yang selama 28 tahun terakhir hidup di bayang-bayangi kata-kata yang sama, meyakinkan sekali lagi ada #PanggilanPulang ke bunda pertiwi. Panggilan untuk mengerjakan Indonesia bagi semua orang yang masuk kategori double minority. Dan menghidupkan kembali juga, perkataan alm. my italian godfather, Salvatore Chisari “Per me infatti il vivere è Cristo e il morire un guadagno” , kalimat bahasa Itali yang artinya adalah “Hidup adalah Kristus, Mati adalah Keuntungan” Ya, itulah kalimat Paulus ketika dia di penjara untuk jemaat Filipi. Kalimat yang sama menggelegar kembali melalui Ahok.

Orang yang memeluk nilai “Mati adalah Keuntungan” bisa dikategorikan seorang yang berjihad. Memang tidak lazim terdengar bahkan di kalangan kristen sendiri, tapi sebenarnya itulah kekristenan yang sebenarnya, kita hidup untuk mati. Salib adalah simbol dimana semua keinginan untuk diri sendiri (hawa nafsu) itu sudah tidak ada lagi, yang ada hanya hidup untuk Kristus. Hidup untuk Kristus sendiri artinya Hidup untuk Tuhan dan hidup untuk orang lain. Kepentingan pribadi selalu menjadi yang terakhir dalam daftar keinginan.

Jihad kristen adalah perang suci melawan hawa nafsu dan menghidupi misi nilai-nilai universal humanisme (Kasih, sukacita, damai sejahtera, keadilan, dsb) sebagai wujud ucapan syukur atas kasih yang tidak terbatas yang sudah diberikan. Seharusnya tidak berlebihan kalau saya menyebut Ahok seorang pejihad kristen terlepas dari semua kekurangan dia sebagai manusia. Dia sedang perangi semua keinginan memiliki kekayaan dengan cepat dan haram dan berjuang menjalankan misi kemanusiaan Indonesia, yaitu keadilan sosial bagi seluruh republik.

Orang yang menghidupi misi tidak begitu mementingkan hasil akhirnya, yang penting adalah menjalankan misi itu sendiri. Sebagai contoh, banyak pahlawan Indonesia yang tidak mengalami kemerdekaan 17-8-1945 tapi karena mereka ada dalam misi mengenyahkan penjajah untuk kedaulatan wilayah nusantara, mereka layak disebut pahlawan. Itulah sebabnya mati adalah keuntungan.

Seharusnya kita semua setuju bahwa hidup sesuai konstitusi, dan memperjuangkan keadilan sosial bagi republik adalah suatu misi suci bersama warga negera Indonesia. Kita semua perlu #turuntangan bersama-sama mengerjakan #PanggilanPulang suci untuk negeri biarpun resikonya adalah mati.

“Per me infatti il vivere è Cristo e il morire un guadagno” 

~Hanny Setiawan~


Source : INDONESIA HARI INI DALAM KATA-KATA 

Monday, October 28, 2013

Jokowi: Blusukan di Jakarta Bikin Nangis

Jokowi: Blusukan di Jakarta Bikin Nangis

Jokowi: Blusukan di Jakarta Bikin Nangis

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo mengatakan tujuannya blusukan bukan hanya untuk memahami permasalahan rakyat di lapangan. Menurut dia, blusukan juga bisa mengasah rasa kemanusian pejabat. "Anda bisa menangis kalau blusukan di Jakarta," kata Jokowi ketika berbicara dalam Seminar Dialog Tokoh "Hutan untuk Kemakmuran rakyat" di Balairung Gedung Pusat UGM pada Sabtu, 26 Oktober 2013. 

Pernyataan itu disampaikan Jokowi setelah seorang mahasiswa mengajukan pertanyaan mengenai alasannya gemar blusukan. Mahasiswa dari Fakultas Kehutanan UGM itu juga menanyakan manfaat metode blusukan tersebut.

Jokowi menjawab pertanyaan itu dengan mempersilakan akademisi UGM meniru aksi blusukannya di Jakarta. Dia mengatakan akademisi UGM bisa melakukan blusukan terlebih dahulu ke lantai atas gedung-gedung megah di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta. 

Setelah menyambangi gedung dengan fasilitas mewah di Jakarta, Jokowi menyarankan akademisi UGM langsung menyambangi salah satu kawasan terkumuh di Jakarta, seperti di Penjaringan. "Apabila anda tidak menangis, anda bukan manusia," ujar Jokowi.

Mantan Walikota Solo itu menunjukkan kepada peserta seminar salah satu foto kawasan kumuh di Penjaringan, Jakarta. Foto itu menggambarkan rumah-rumah berdinding triplek dan beratap seng yang berdiri di atas perairan yang penuh sampah. "Di Jakarta ada 360 tempat seperti ini," kata Jokowi.

Dia mengatakan pejabat setingkat gubernur di Jakarta pasti akan kesulitan mengetahui secara pasti kondisi seperti ini apabila hanya duduk di kantor. Menurut Jokowi di birokrasi pemerintahan, mayoritas pegawai sering memberikan informasi tidak akurat. "ABS (Asal Bapak Senang) saja mereka," ujar Jokowi. 

Jokowi mengaku melihat banyak rumah-rumah kumuh di Jakarta dihuni oleh lima hingga delapan orang. Di ruang-ruang sempit itu, penghuninya biasa tidur secara bergantian. "Ketika mereka menolak dipindah ke rusun, saya ajak makan-makan dan bareng melihat isi rusun yang ada televisi dan kulkas kecil. Sekali melihat, wajar, mereka langsung setuju pindah," ujar dia.

Jokowi menyimpulkan permasalahan mendasar di Indonesia bukan pada tidak adanya instrumen kebijakan. Dia mengatakan masalah utama selama ini ialah tidak adanya sistem yang membuat kebijakan mudah dioperasionalkan di lapangan. "Anggaran ada, tapi rakyat tak mampu mengakses karena sistem yang mengoperasionalkan kebijakan tidak terbangun. Fakta ini tidak bisa diketahui jika tidak turun ke bawah," kata Jokowi. 

Source : tempo.co

Sunday, September 16, 2012

Homili Minggu Biasa Ke-24 (16 September 2012) oleh Pater Phil Bloom



Memikul Salib

Minggu ini Yesus bertanya, �Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?�

Semua dari kita telah mendengar tentang Yesus dan setiap dari kita memiliki beberapa gagasan tentang Dia. Anda mungkin mengingat pernyataan-Nya �Aku Ada� (�I Am�). �AKU ADAlah Roti Hidup�. �AKU ADAlah Jalan.� Dan mungkin yang paling dramatis, �Sebelum Abraham jadi, AKU ADA�.

Pernyataan-pernyataan ini menegaskan siapa itu Yesus, yaitu bahwa Ia sangat lebih dari sekadar seorang manusia biasa. Tetapi pertanyaan yang Yesus tanyakan adalah personal: �Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?�. Ketika anda mendekati Yesus dalam doa, di Tabernakel atau saat Misa: Yesus bertanya, �Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?�


Simon Petrus menjawab, �Engkau adalah Kristus�.

Yesus menerima jawaban itu. Jawaban itu tidak penuh, tetapi akurat. Yesus menerima jawaban Petrus karena hal ini mengarah kepada misi-Nya, alasan mengapa Ia datang. Ia adalah Kristus, yaitu yang diurapi�, atau dalam Ibrani, �Mesias�. Ia telah diurapi oleh Roh Kudus untuk sebuah tujuan.

Tujuan Yesus mungkin mengejutkan anda. Tujuan ini tentu mengejutkan Petrus dan Para Rasul lain. Mereka berpikir mengenai Mesias sebagai tokoh kemenangan, seseorang yang akan mempertahankan mereka dalam perjuangan mereka melawan dominasi Romawi. Tetapi Yesus tidak melihat peran-Nya seperti itu. Iya, Yesus adalah Kristus, tetapi misinya adalah ini: �... menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh ...

Ketika Petrus mendengar ini, ia mencoba untuk menghalangi Yesus. Tetapi Yesus memarahi Petrus dan menyebutnya, �Iblis�. Kata yang sangat keras. Bacaan pertama bercerita tentang seorang pria yang berkata Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. Orang itu adalah Yesus: Ia memalingkan wajah-Nya kepada Yerusalem meskipun hal ini berarti penderitaan yang sangat berat.

Sengsara, penolakan dan kematian � bukanlah misi yang menarik. Meskipun demikian, misi ini berisi sebuah harapan � untuk �bangkit setelah tiga hari.� Yesus menawarkan misi itu dengan janjinya tidak hanya kepada Para Rasul tetapi juga kepada anda dan saya. Pikullah salib-Mu dan ikutilah Aku.

Saya berpikir mengenai C.S. Lewis. Dia dulunya nyaman sebagai seorang ateis. Dia tidak ingin Allah ada. Tetapi dia merasa dirinya dikejar. Dia mencoba untuk melarikan diri dari keyakinan kepada Allah dan Yesus, tetapi dia selalu menemukan bahwa dirinya diawasi. Akhirnya saat itu pun tiba � skakmat. C.S. Lewis berlutut di kamarnya. Dia berkata bahwa dia adalah �pentobat yang paling menyedihkan dan enggan di seluruh Inggris.�

Tetapi kemudian datang bagian yang sungguh berat. Lewis mengetahui bahwa tidak ada yang namanya �Kristen pribadi� (Private Christian). Dia mengetahui bahwa dia harus pergi ke Gereja, sesuatu yang seorang Kristen harus jalankan. Untuk seorang professor universitas yang sangat berbudaya dan dikelilingi oleh mereka yang tidak percaya, hal ini tidaklah mudah. Dia harus memikul salibnya untuk mengikuti Yesus.
Sekarang, penderitaan Lewis mungkin terlihat kecil dibandingkan dengan penyaliban atau penderitaan yang dialami martir-martir Kristen. Lewis akan menjadi orang pertama yang mengakui hal itu. Tetapi apa yang Kristus minta adalah kita memikul salib kita saat ini dan mengikuti Dia.

Saya beberapa kali membaca tentang martir-martir Kristen dan bertanya pada diri saya sendiri apakah saya bisa melakukan apa yang mereka lakukan bagi Kristus. Sebagai contoh, Romo Ragheed Ganni, imam berusia 35 tahun di Mosul, Irak. Ia baru saja menyelesaikan Misa ketika sejumlah orang membawa senjata mesin menghadang ia dan tiga orang subdiakon yang bersama dia. Orang-orang bersenjata itu meminta mereka untuk menyangkal Kristus. Romo Ganni melihat kepada senjata mesin itu dan meragu. Mungkin ia berpikir mengenai masa mudanya, kehidupan yang terbentang di depannya dan semua yang ia impikan untuk dilakukan. Tetapi dia tidak dapat menolak Kristus. Bersama dengan subdiakonnya, ia mengakukan imannya. Orang-orang bersenjata itu lalu mengangkat senjata dan menyembur mereka dengan timah panas.
Mungkin yang lebih dramatis adalah martirium Beato Jose Luis Sanchez del Rio. Bila anda pernah menonton film �For Greater Glory�, anda mengingat bahwa kaum federal menyiksa seorang laki-laki dengan menguliti telapak kakinya dan memaksa ia berjalan di batu. Penyiksaan baru berakhir, kata kaum federal, bila laki-laki itu mau berkata, �Long live the Government�. Dengan tangisnya, Beato Jose Luis berkata, �Viva Cristo Reyo - Long live Christ the King.�

Darimanakah keberanian seperti itu berasal? Yang pasti, Romo Ganni dan Beato Jose Luis menerima infusi rahmat Allah yang luar biasa. Tetapi mereka telah bersiap-siap untuk kemartiran mereka dengan pengakuan iman yang berulang kali, dan dengan salib yang dilibatkan dalam penghinaan kecil dan perampasan kecil.

Adalah sama bagi anda dan saya. Kehidupan Kristen, seperti yang Yesus perjelas, bukanlah soal bermimpi tentang perbuatan besar. Ini adalah tentang memikul salib kita dan mengikuti Yesus hari ini. Amin.


Pater Phil Bloom adalah Pastor Paroki St. Mary of the Valley, Monroe
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter



Sunday, September 9, 2012

Homili Minggu Biasa Ke-23 (9 September 2012) oleh Pater Phil Bloom



Sebuah Karya Pembebasan

Bottom line: Yesus menginginkan anda pergi menjauh bersama Ia untuk sebuah karya pembebasan.

Kita memiliki sebuah Injil hari ini yang menarik perhatian kita � tidak hanya kepada mujizat, tetapi cara Yesus menyelesaikannya.

Ia menyembuhkan orang tuli, tidak dengan kata-kata sederhana atau sentuhan. Ia membawa orang itu jauh dari kerumunan, menempatkan jari-jari-Nya di telinga orang itu, meraba lidah orang itu dengan ludah-Nya, lalu menarik nafas dan berkata: �Efata �Terbukalah.�


Semua ini menunjukkan bahwa Yesus sedang melakukan lebih dari sekadar penyembuhan biasa. Ia sedang menunjukkan karya pembebasan.

Dalam rangka untuk membebaskan manusia, Yesus harus pertama-tama menarik diri-Nya dari keramaian. Sesuatu yang sama harus terjadi kepada kita.

Kebiasaan kita dalam Misa � seperti yang kita pelajari minggu lalu � adalah seperti laba-laba yang melemparkan jaring-jaring lengket kepada kita. Masyarakat zaman sekarang bergerak pada dua asumsi: Pertama, bahwa keberadaan (eksistensi) itu adalah acak, sebuah kebetulan. Dan yang kedua, bahwa menjadi pria atau wanita telah menempatkan dalam diri kita dorongan bahwa hal menjadi pria atau wanita ini hanyalah sebuah kebiasaan saja untuk dilakukan. Hal terbaik yang dapat anda lakukan, berdasarkan budaya kita sekarang, adalah melindungi diri anda sendiri dari penyakit-penyakit dan konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti Memiliki seorang bayi.

Beato Yohanes Paulus II berbicara mengenai hal ini sebagai budaya kematian (culture of death). Yesus ingin membebaskan kita dari budaya itu. Ia tahu bahwa keberadaan kita memiliki sebuah tujuan, bahwa anda dan saya tidak diciptakan secara acak, tetapi dengan sebuah rencana. Dan bahwa Allah menciptakan kita pria dan wanita untuk sebuah tujuan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Yesus harus menembus jaring-jaring budaya kematian yang telah dilemparkan di atas kita.

Yesus ingin membebaskan kita, tetapi kita harus melakukan sesuatu pada giliran kita. Saya senang untuk meletakkan hal ini dalam bentuk sebuah �Resolusi Tahun Baru�. Permulaan sebuah tahun ajaran baru, bagi banyak dari kita, adalah awal dari sebuah tahun baru. Saya meminta anda untuk membuat sebuah resolusi untuk menyisihkan waktu setiap hari, sendirian bersama Yesus. Salah seorang pastor muda kita, Pater Kurt Nagel, meminta umatnya untuk berkomitmen setidaknya 20 menit sehari untuk doa hening. Dapatkah anda melakukannya?

Untuk membebaskan seseorang, Yesus membutuhkan pula kerjasama orang itu. Kita tidak sedang berbicara mengenai sesuatu yang sederhana dan manis. Tidak, doa [justru] melibatkan kita dalam sebuah pertempuran rohani. Perhatikan bahwa, sebelum menyembuhkan orang itu, Yesus menarik nafas dalam-dalam. Itu adalah sebuah tanda perjuangan. Untuk melakukan sebuah karya pembebasan, Yesus membutuhkan perhatian penuh kita. Dapatkah anda memberinya 20 menit setiap hari?

Yesus terutama ingin membebaskan orang-orang muda. Dia ingin anda tahu bahwa anda tidak sampai di sini oleh karena kebetulan. Sebaliknya, anda dicintai � sangat dicintai. Allah telah memberikan sebuah takdir yang tidak ada orang lain dapat genapi � tetapi hal ini akan melibatkan sebuah pertempuran rohani. Dan musuh bebuyutan memiliki sebuah senjata baru � budaya kematian. Dia akan melemparkan apa saja melawan anda � untuk menjauhkan anda dari tujuan anda.

Budaya kematian menyebabkan orang-orang muda menghindari komitmen, tanggung jawab. Dan budaya kematian mendorong wanita-wanita muda untuk menggunakan feminitas mereka untuk merasa diinginkan, dibutuhkan.

Seorang pria mungkin berkata, �Saya sedang melakukan sesuatu dengan OK. Saya telah merencanakan untuk studi dan mendapatkan sebuah pekerjaan. Apa masalah besarnya bila saya bermain video game dan pergi berjalan-jalan dengan teman-teman saya? Mengapa saya harus mengambil sejumlah hal-hal merepotkan?

Dan seorang wanita muda mungkin berkata, �Saya senang memiliki kontrol. Mengapa saya harus kembali ke pembatasan-pembatasan lama?�

Well, Yesus tidak ingin membatasi setiap orang. Kebalikannya � Ia ingin membuka kemungkinan-kemungkinan lain. Pikirkan tentang orang tuli itu. Dia tidak pernah mendengarkan suara-suara sehingga dia tidak tahu apa yang hilang. Tetapi ketika Yesus membawanya keluar kerumunan dan melakukan karya pembebasan, tiba-tiba ia mendengarkan suara-suara hewan dan anak-anak. Untuk pertama kalinya, ia mendengarkan suara angin, air, musik, lagu-lagu dan cerita-cerita. Dan di atas semua, ia mendengarkan suara yang indah. Yang begitu berharga adalah suara kata pertama yang orang itu selamanya ingat � Efata, Terbukalah.

Yesus membebaskan orang itu. Kemampuan untuk mendengar dan berbicara memberikan ia cakrawala baru. Dia bisa berelasi dengan orang lain dan dengan Allah dalam cara yang baru. Ia sekarang dapat mendengarkan orang lain dan berbicara kepada mereka. Dan juga untuk memuji Allah dengan bibirnya.

Seperti yang Yesus lakukan kepada orang tuli itu, Yesus juga ingin melakukan hal yang sama kepada kita � untuk membuka sebuah dunia makna dan tujuan. Terutama bagi orang muda kita, Yesus ingin membebaskan anda dari budaya kematian. Ia ingin anda menyadari makna dari maskulinitas atau feminitas anda: kuasa untuk membuat pemberian total bagi sesama dan dengan pemberian itu, membuka diri anda sendiri kepada hidup.

Kita menginginkan pembebasan Yesus bagi orang-orang muda kita � dan kita orang-orang tua juga membutuhkan penyembuhan. Seperti orang-orang dalam Injil hari ini, kita tahu bahwa hanya Yesus yang dapat memberikan kebebasan yang nyata.

Yesus ingin anda dan saya pergi menjauh dari keramaian, dari kebudayaan kita yang beracun. Berikan pada-Nya perhatian penuh anda � 20 menit sehari. Biarkan Yesus meletakkan jari-jari-Nya di telinga anda dan menyentuh lidah anda untuk melakukan sebuah karya pembebasan. Efata. Terbukalah. Amin

Pater Phil Bloom adalah Pastor Paroki St. Mary of the Valley, Monroe
Homili di atas diterjemahkan dari situs resmiparoki tersebut.
Pax et Bonum



Recent Post