Latest News

Tuesday, September 18, 2012

Foto Kunjungan Bapa Suci Benediktus XVI ke Libanon

Bapa Suci Benediktus XVI mengunjungi Libanon pada tanggal 14-16 September 2012 yang lalu. Kunjungan ini tentu saja meninggalkan banyak sekali foto-foto menarik dan inspiratif yang layak untuk diarsipkan. Beberapa waktu lalu, saya mempublikasikan 3 foto kunjungan Bapa Suci ke Libanon di page Gereja Katolik dan tanggapan para anggota page Gereja Katolik sangat positif sekali.

Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mengarsipkan beberapa foto kunjungan Bapa Suci Benediktus XVI ke Libanon di situs ini.

1.
Seorang wanita muda Muslim memegang foto Paus Benediktus XVI. Image by � Benjamin Hiller/Corbis. 15 Sep 2012, Beirut, Lebanon --- Female Muslim Shia wait on the street towards the Baabda presidential palace for the arrival of pope Benedict XV. Beirut, Lebanon. The pope meets there members of the Lebanese Parliament as well as religious leader to discuss the current situation in the Middle East. Foto yang sama dari sudut pengambilan yang berbeda bisa dilihat di Al-Jazeera.
"Saya memberi salam kepada orang-orang muda Muslim dan berterima kasih kepada mereka karena telah datang. Anda adalah masa depan negara ini (Libanon) bersama dengan orang-orang Kristen. Kalian berdua harus berusaha untuk bekerja sama dan memelihara hidup berdampingan. Timur Tengah harus memahami bahwa Islam dan Kristen dapat hidup berdampingan dalam semangat iman di dalam masyarakat yang bebas dan humanitarian." - Paus Benediktus XVI, 15 September 2012, Kunjungan Kepausan ke Libanon.

2.  
https://fbcdn-sphotos-c-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/539294_10151418942919638_583413796_n.jpg
Have no Fear, The Pope is Here!
(CNS photo/Paul Haring) (Sept. 14, 2012) See LEBANON-ARRIVE Sept. 14, 2012. @2012 Catholic News Service
Foto ini adalah foto para warga Libanon yang menunggu kedatangan Bapa Suci Benediktus XVI. Terlihat spanduk yang dibawa bertuliskan "Have no fear, The Pope is here." "Jangan takut, Paus di sini."
Seorang warga Libanon bernama Melodia Bell berkomentar:
"Saya dari Libanon. Orang-orang di Libanon, baik Kristen maupun Islam, sungguh sangat senang dengan kunjungan Paus. Beliau membawakan harapan dan damai kepada semua orang. Orang-orang di Libanon telah menunggu kunjungannya sejak waktu yang sangat lama. Bapa Suci memang sungguh berani untuk pergi ke sini sekarang! Kami berterimakasih kepadanya atas kata-kata, keberanian dan kunjungannya."

3.

Misa yang dihadiri oleh sekitar 40.000 orang (beberapa menyebutkan 350.000 orang) di waterfront di Libanon.
Salah satu pernyataan Bapa Suci Benediktus XVI:
"It is here and now that we are called to celebrate the victory of love over hate, forgiveness over revenge, service over domination, humility over pride and unity over division." - "Di sini dan sekarang bahwa kita dipanggil untuk merayakan kemenangan cinta atas kebencian, pengampunan atas balas dendam, pelayanan atas dominasi, kerendahan hati atas kesombongan, dan persatuan atas perpecahan."

4.
Bapa Suci Benediktus XVI menandatangani Apostolic Exhortation Ecclesio in Medio Oriente di Basilika St. Paulus di Harissa, di Libanon.
Hussein Malla, AP


Komitmen untuk perdamaian di Timur Tengah.

5.
Bapa Suci Benediktus XVI sedang memegang Salib.
Filippo Monteforte, AFP/Getty Images
Salah satu foto dan momen yang bagus sekali. He is our Pope!

6.
Bapa Suci berjabat tangan dengan Pemimpin Agama Druze (Druze mengklaim diri mereka juga Islam), Sheik Naim Hassan.
Joseph Eid, OAFP/Getty Images
 Pesan perdamaian tersirat dari foto ini.

7.
Paus Benediktus XVI berjabat tangan dengan Patriark Pierre Bechara Rai, Kepala Gereja Katolik Maronit.
news.va
Dalam konteks Gereja partikular, Paus adalah saudara tua dari setiap Patriark-patriark Katolik Timur.

8.
Paus Benediktus XVI berjabat tangan dengan Presiden Libanon, Michel Suleiman.
news.va


Menurut konstitusi Libanon, seorang Presiden Libanon haruslah seorang Katolik Maronit. Di Libanon, terjadi pembagian kekuasaan negara yang menarik. Presiden adalah seorang Katolik Maronit, Perdana Menteri adalah seorang Islam Sunni, Ketua Parlemen adalah seorang Islam Syiah dan Wakil Perdana Menteri adalah seorang Kristen Ortodoks Timur.

9.
We Love You!
Alessandra Tarantino, AP


Ya, tentu. We Love You Papa Benedict!!!
Semoga Allah Tritunggal memberkati dan menolong usaha Bapa Suci kita yang tercinta ini dalam setiap tugas pelayanannya sebagai seorang Wakil Kristus.

Pax et Bonum

Di Masa Tenang, Foke Kunjungi Gereja Katedral



Metrotvnews.com, Jakarta: Proses Pemilihan Gubernur DKI putaran kedua memasuki masa tenang setelah tiga hari para calon gubernur dan calon wakil gubernur bersaing dalam kampanye. Namun, hari ini, Selasa (18/9), dua hari jelang pencoblosan, Cagub incumbent Fauzi Bowo mendatangi mendatangi sejumlah tempat peribadatan agama di Jakarta. Alasan Foke ingin bersinergi dengan pemuka agama menjaga keamanan jelang pilkada.

Selasa pagi Foke mendatangi Gereja Katedral di Jakarta Pusat. Di sana Foke disambut Kepala Paroki Gereja Katedral Jakarta Rama Stefanus Brata Kartana SJ di Ruang Keuskupan Agung.

Foke mengaku kunjungannya itu adalah untuk bekerja sama dengan para pemuka agama dalam soal keamanan. Menurut Foke, mereka diminta menjaga suasana kondusif menjelang pencoblosan pada 20 September nanti. Foke juga sempat berfoto bersama perwakilan keuskupan di depan gereja. Pada kesempatan itu, Foke sempat berpedan berpesan agar warga tidak salah pilih calon gubernur.

Foke mengungkapkan umat beragama masa kini sudah cerdas dalam menggunakan hak pilihnya. Foke juga sempat berkelakar bahwa jika ia tak terpilih kembali, pendidikan gratis 12 tahun yang ia canangkan kemungkinan akan batal atau dikurangi menjadi enam tahun saja.

Sumber : http://metrotvnews.com/metromain/news/2012/09/18/106523/Di-Masa-Tenang-Foke-Kunjungi-Sejumlah-Tempat-Peribadatan

Sunday, September 16, 2012

Homili Minggu Biasa Ke-24 (16 September 2012) oleh Pater Phil Bloom



Memikul Salib

Minggu ini Yesus bertanya, �Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?�

Semua dari kita telah mendengar tentang Yesus dan setiap dari kita memiliki beberapa gagasan tentang Dia. Anda mungkin mengingat pernyataan-Nya �Aku Ada� (�I Am�). �AKU ADAlah Roti Hidup�. �AKU ADAlah Jalan.� Dan mungkin yang paling dramatis, �Sebelum Abraham jadi, AKU ADA�.

Pernyataan-pernyataan ini menegaskan siapa itu Yesus, yaitu bahwa Ia sangat lebih dari sekadar seorang manusia biasa. Tetapi pertanyaan yang Yesus tanyakan adalah personal: �Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?�. Ketika anda mendekati Yesus dalam doa, di Tabernakel atau saat Misa: Yesus bertanya, �Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?�


Simon Petrus menjawab, �Engkau adalah Kristus�.

Yesus menerima jawaban itu. Jawaban itu tidak penuh, tetapi akurat. Yesus menerima jawaban Petrus karena hal ini mengarah kepada misi-Nya, alasan mengapa Ia datang. Ia adalah Kristus, yaitu yang diurapi�, atau dalam Ibrani, �Mesias�. Ia telah diurapi oleh Roh Kudus untuk sebuah tujuan.

Tujuan Yesus mungkin mengejutkan anda. Tujuan ini tentu mengejutkan Petrus dan Para Rasul lain. Mereka berpikir mengenai Mesias sebagai tokoh kemenangan, seseorang yang akan mempertahankan mereka dalam perjuangan mereka melawan dominasi Romawi. Tetapi Yesus tidak melihat peran-Nya seperti itu. Iya, Yesus adalah Kristus, tetapi misinya adalah ini: �... menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh ...

Ketika Petrus mendengar ini, ia mencoba untuk menghalangi Yesus. Tetapi Yesus memarahi Petrus dan menyebutnya, �Iblis�. Kata yang sangat keras. Bacaan pertama bercerita tentang seorang pria yang berkata Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. Orang itu adalah Yesus: Ia memalingkan wajah-Nya kepada Yerusalem meskipun hal ini berarti penderitaan yang sangat berat.

Sengsara, penolakan dan kematian � bukanlah misi yang menarik. Meskipun demikian, misi ini berisi sebuah harapan � untuk �bangkit setelah tiga hari.� Yesus menawarkan misi itu dengan janjinya tidak hanya kepada Para Rasul tetapi juga kepada anda dan saya. Pikullah salib-Mu dan ikutilah Aku.

Saya berpikir mengenai C.S. Lewis. Dia dulunya nyaman sebagai seorang ateis. Dia tidak ingin Allah ada. Tetapi dia merasa dirinya dikejar. Dia mencoba untuk melarikan diri dari keyakinan kepada Allah dan Yesus, tetapi dia selalu menemukan bahwa dirinya diawasi. Akhirnya saat itu pun tiba � skakmat. C.S. Lewis berlutut di kamarnya. Dia berkata bahwa dia adalah �pentobat yang paling menyedihkan dan enggan di seluruh Inggris.�

Tetapi kemudian datang bagian yang sungguh berat. Lewis mengetahui bahwa tidak ada yang namanya �Kristen pribadi� (Private Christian). Dia mengetahui bahwa dia harus pergi ke Gereja, sesuatu yang seorang Kristen harus jalankan. Untuk seorang professor universitas yang sangat berbudaya dan dikelilingi oleh mereka yang tidak percaya, hal ini tidaklah mudah. Dia harus memikul salibnya untuk mengikuti Yesus.
Sekarang, penderitaan Lewis mungkin terlihat kecil dibandingkan dengan penyaliban atau penderitaan yang dialami martir-martir Kristen. Lewis akan menjadi orang pertama yang mengakui hal itu. Tetapi apa yang Kristus minta adalah kita memikul salib kita saat ini dan mengikuti Dia.

Saya beberapa kali membaca tentang martir-martir Kristen dan bertanya pada diri saya sendiri apakah saya bisa melakukan apa yang mereka lakukan bagi Kristus. Sebagai contoh, Romo Ragheed Ganni, imam berusia 35 tahun di Mosul, Irak. Ia baru saja menyelesaikan Misa ketika sejumlah orang membawa senjata mesin menghadang ia dan tiga orang subdiakon yang bersama dia. Orang-orang bersenjata itu meminta mereka untuk menyangkal Kristus. Romo Ganni melihat kepada senjata mesin itu dan meragu. Mungkin ia berpikir mengenai masa mudanya, kehidupan yang terbentang di depannya dan semua yang ia impikan untuk dilakukan. Tetapi dia tidak dapat menolak Kristus. Bersama dengan subdiakonnya, ia mengakukan imannya. Orang-orang bersenjata itu lalu mengangkat senjata dan menyembur mereka dengan timah panas.
Mungkin yang lebih dramatis adalah martirium Beato Jose Luis Sanchez del Rio. Bila anda pernah menonton film �For Greater Glory�, anda mengingat bahwa kaum federal menyiksa seorang laki-laki dengan menguliti telapak kakinya dan memaksa ia berjalan di batu. Penyiksaan baru berakhir, kata kaum federal, bila laki-laki itu mau berkata, �Long live the Government�. Dengan tangisnya, Beato Jose Luis berkata, �Viva Cristo Reyo - Long live Christ the King.�

Darimanakah keberanian seperti itu berasal? Yang pasti, Romo Ganni dan Beato Jose Luis menerima infusi rahmat Allah yang luar biasa. Tetapi mereka telah bersiap-siap untuk kemartiran mereka dengan pengakuan iman yang berulang kali, dan dengan salib yang dilibatkan dalam penghinaan kecil dan perampasan kecil.

Adalah sama bagi anda dan saya. Kehidupan Kristen, seperti yang Yesus perjelas, bukanlah soal bermimpi tentang perbuatan besar. Ini adalah tentang memikul salib kita dan mengikuti Yesus hari ini. Amin.


Pater Phil Bloom adalah Pastor Paroki St. Mary of the Valley, Monroe
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter



Friday, September 14, 2012

Bentuk-bentuk Salib



Bentuk-bentuk Salib

Dalam Kristianitas, terdapat lebih dari satu bentuk salib yang memiliki keunikannya tersendiri. Beberapa bentuk salib berkaitan langsung dengan Tuhan Yesus Kristus, sementara yang lainnya berkaitan dengan sejumlah Para Kudus dan lain-lain. Berikut ini daftar beberapa bentuk salib yang umum kita temui.

1. Salib Latin

Salib Latin atau Crux Immissa. Adalah bentuk Salib Kristus yang paling umum dan dipercayai sebagai bentuk Salib yang sesungguhnya tempat Yesus wafat.


2. Salib Tau

Salib Tau atau Crux Commissa. Adalah salib berbentuk T sebagaimana yang disebutkan dalam Perjanjian Lama dan dilihat sebagai pre-figur (gambaran awal) dari Salib Kristus. Yeh 9:4 Firman TUHAN kepadanya: "Berjalanlah dari tengah-tengah kota, yaitu Yerusalem dan tulislah huruf T (Tau) pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana."

3. Salib Bizantium

Salib bentuk ini digunakan terutama oleh Gereja Katolik Timur dan Ortodoks Timur. Palang melintang di bagian atas untuk tulisan INRI (Iesus Nazareus Rex Iudaeorum), sedangkan palang melintang paling bawah untuk menggambarkan pijakan kaki Tuhan Yesus.

4. Salib Slavonik

Salib bentuk ini digunakan terutama oleh Gereja Katolik Timur dengan tradisi Slav dan Ortodoks Rusia. Salib ini sebenarnya adalah Salib Bizantium namun dengan pijakan kaki berada dalam posisi diagonal. Palang miring ini merepresentasikan hal-hal berikut: 1). Sisi palang yang lebih rendah melambangkan nasib orang-orang berdosa sementara sisi palang yang lebih tinggi melambangkan surga. 2). Sisi yang lebih rendah merepresentasikan penyamun yang tidak bertobat (Gestas), sedangkan di sisi yang menaik merepresentasikan penyamun yang bertobat (St. Dismas) dan akan bersama dengan Kristus di Firdaus.

5. Salib Yunani

Salib Yunani (Greek Cross) adalah salah satu representasi artistik yang umum dari Salib. Salib bentuk ini (seperti angka tambah + ) dan Tau mudah untuk disamarkan, dan membantu para pengikut Kristus pada era Gereja perdana yang teraniaya untuk menyamarkan identitasnya.

6. Salib Yerusalem

Disebut juga Salib Tentara Salib (Crusaders Cross). Salib ini tersusun dari 5 buah Salib Yunani, satu buah salib besar dan 4 lainnya salib kecil, yang menyimbolkan: a). 5 luka Kristus  b). 4 salib kecil merepresentasikan 4 kitab Injil dan 4 penjuru bumi dan salib besar merepresentasikan Yesus Kristus sendiri. Salib ini adalah simbol umum yang digunakan selama perang melawan agresi Islam.

7. Salib San Damiano

Salib San Damiano dibuat oleh seorang seniman Umbrian dan ditempatkan di kapel San Damiano di Assisi, Italia. Di hadapan salib inilah, St. Fransiskus dari Assisi bertobat dan dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk memperbaiki Gereja-Nya. Salib San Damiano kemudian dibawa oleh Suster-suster Klaris ke San Giorgio pada tahun 1257 dan sekarang berada di Kapel San Giorgio di Basilika St. Klara dari Assisi.

8. Salib Malta

Salib Malta diasosiasikan dengan Ksatria-ksatria St. Yohanes (juga dikenal sebagai Ksatria Hospitaller St. Yohanes dari Yerusalem atau simpelnya, Ksatria dari Malta). 8 titik/poin pada Salib ini menyimbolkan 8 Sabda Bahagia. Ordo St. Yohanes ini menjalankan usaha penginapan dan rumah sakit bagi para peziarah Kristen ke Yerusalem tapi kemudian terpaksa terjun bertempur selama perang melawan agresi Islam.

9. Salib Kalvari

Salib Kalvari memiliki tiga tangga yang menggambarkan tiga kebajikan teologis: Iman, Harapan dan Kasih.

10. Salib Penginjil (Salib Evangelis)

Salib ini memiliki empat tangga di bagian bawah yang merepresentasikan empat Kitab Injil; Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

11. Salib St. Petrus (Salib Terbalik)

Karena Petrus ketika dimartir memilih untuk disalibkan secara terbalik, maka Salib Latin dalam posisi terbalik menjadi simbol St. Petrus, dan dengan demikian pula menjadi salah satu simbol Kepausan. Sayangnya, Salib St. Petrus ini diadopsi oleh para Satanist sebagai simbol mereka dengan tujuan untuk mengambil posisi yang berseberangan dengan Kekristenan. Berbagai situs anti-Katolik seringkali menuduh Paus memuja setan karena menggunakan Salib St. Petrus ini.

12. Salib St. Andreas (Salib X)

Salib ini merepresentasikan St. Andreas, saudara St. Petrus, yang disalibkan dengan salib berbentuk X ini.

13. Salib Keltik (Celtic Cross)

Salib Latin dengan sebuah batu di tengahnya menggambarkan keadaan alam Irlandia dan Skotlandia dan Penginjilan (Evangelisasi) daerah-daerah ini.


Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter


Wednesday, September 12, 2012

Awam Katolik dan Dogma EENS



Belakangan ini saya sering terlibat lagi dalam diskusi-diskusi mengenai dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus (EENS), sebuah dogma yang seringkali di-judge hanya berdasarkan titelnya oleh umat Katolik sendiri tanpa melihat bagaimana pemahaman Gereja Katolik terhadap dogma ini. Diskusi yang ada seringkali terasa useless sebab orang-orang Katolik yang �alergi� dengan dogma EENS tidak berusaha untuk memahami penjelasan-penjelasan yang ada, melainkan justru kukuh berpegang pada pandangan yang keliru mengenai dogma EENS (sementara pandangan keliru itu sama sekali tak berdasar) dan bahkan tidak jarang men-cap orang Katolik yang mengimani EENS sebagai orang yang �fanatik� (dalam arti negatif). Sekarang saya akan memberi sedikit pemaparan bagaimana kita melihat dogma EENS.


Bagaimanakah kita sebagai awam seharusnya melihat DOGMA EENS?

�Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri� pasti sering didengar dan dilaksanakan banyak orang, namun seringkali orang melihatnya sebatas kehidupan duniawi, tanpa melihat lebih jauh lagi kepada usaha mendapatkan keselamatan.  Sebagai seorang Katolik, kita telah berada dalam perahu keselamatan, yaitu Gereja Katolik. Meskipun kita umat Katolik telah berada dalam perahu keselamatan itu, kita harus tetap menjaga diri kita agar tetap layak beroleh keselamatan. Dengan kata lain, kita umat Katolik harus bertahan sampai pada kesudahannya (Baca Matius 10:22, 24:13; Markus 13:13) agar dapat selamat. Bertahan pada kesudahannya di sini dapat bermakna kita tetap berada dalam Gereja Katolik, tidak berbuat dosa berat dan sebagainya sehingga kita umat Katolik tidak meninggal dalam keadaan berada di luar Gereja Katolik (sekalipun KTP masih Katolik) atau dalam keadaan berdosa berat.

Namun, sembari kita mengusahakan keselamatan kita, kita umat Katolik juga diberi perintah oleh Kristus untuk mewartakan Injil dan menjadi semua bangsa murid Kristus (Mat 28:19-20). Dari semua kutipan oleh Para Paus, KGK, dan dokumen Gereja lainnya, kita bisa mengetahui bahwa DOGMA EENS adalah Iman Para Rasul dan Bapa Gereja. DOGMA EENS adalah KEBENARAN. Nah setelah mengetahui bahwa seseorang tidak dapat selamat tanpa bersatu dengan Gereja Katolik, kita umat Katolik sudah seharusnya mewartakan Injil kepada mereka yang berada di luar Gereja Katolik dan membawa pulang mereka yang dulu memisahkan diri dari Gereja Katolik sehingga mereka dapat beroleh keselamatan. Saya melihat inilah bentuk sempurna dari �kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri�.

Ingatlah juga, kita umat Katolik adalah kawan sekerja Allah dalam karya Keselamatan Allah sama seperti St. Paulus yang juga adalah kawan sekerja Allah(1 Kor 3:9). Kita umat Katolik telah diberikan talenta-talenta untuk berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah.  Bisa melalui apologetik/pertanggung -jawaban  Iman, karya sosial, hidup membiara dan berdoa, dan sebagainya. Tidak perlu berteriak-teriak di jalan �kamu di luar Gereja Katolik, kamu tidak akan selamat�. Metode pewartaan ini merupakan metode yang sangat buruk dan juga tidak tepat. Tidak perlu juga memaksakan agama kita kepada orang lain, wartakan Injil dan biarkan Rahmat Allah bekerja.

Sekarang tinggal kembali kepada umat Katoliknya sendiri. Apakah kita sungguh-sungguh bersedia menggunakan talenta kita untuk membawa sesama kita kepada keselamatan? Apakah kita masih menganggap di luar Gereja ada keselamatan sehingga pewartaan Injil/evangelisasi mati dan banyak jiwa tidak dapat selamat? Semoga jawabannya adalah �Saya bersedia dan Saya mengimani bahwa Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan�. Amin.

Pax et Bonum

Recent Post