Latest News

Monday, December 31, 2012

Toleransi Tingkat Tinggi, 12 Mahasiswa IAIN Walisanga Ikuti Misa Natal


Misa malam Natal di Gereja St Fransiskus Xaverius Kebon Dalem, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (25/12) tampak berbeda dari perayaan Natal tahun yang lalu.

Sebelum misa malam Natal, Senin (24/12), yang dipimpin Romo Aloysius Budi Purnomo PR itu, belasan pemuda dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisanga Semarang datang. Mereka bahkan duduk di kursi lipat paling depan dalam gereja yang disediakan secara mendadak karena kursi yang disediakan telah habis.

Kedatangan 12 mahasiswa dari IAIN Walisanga itu sebelumnya sempat membuat terkejut para staf gereja, tidak terkecuali Romo Budi. Mereka ternyata menunjukkan rasa hormat dan sikap toleransi yang tinggi. Bagaimana tidak, kedatangan mereka di tengah oknum elite keagamaan Islam yang melarang, bahkan memfatwakan haram, memberi ucapan selamat Natal kepada umat Kristiani oleh umat Islam.

Ke-12 mahasiswa tersebut berasal dari Fakultas Ilmu Perbandingan Agama IAIN Walisanga Semarang. Kedatangan mereka memberitahukan dan memohon izin untuk mengikuti misa malam Natal di gereja.

Romo Kepala Paroki St Fransiskus Xaverius Kebon Dalem, Aloysius Budi Purnomo PR, mengatakan kedatangan teman-teman mahasiswa dan mahasiswi IAIN Walisanga Semarang itu bermaksud mengikuti perayaan misa malam Natal. �Saya pikir, mereka datang untuk ikut mengamankan jalannya perayaan misa malam Natal, ternyata mereka mengatakan mau ikut serta dari awal sampai selesai,� kata dia.

Namun, karena semua bangku dan kursi di dalam dan di luar gereja sudah dipadati oleh ribuan umat yang hadir, mereka dipersilakan duduk di kursi lipat yang disediakan secara mendadak di bagian paling depan di dalam gereja. Mereka dengan khidmat mengikuti jalannya upacara misa malam Natal.

Tepuk tangan dan senyuman penuh arti oleh ribuan umat Katolik yang mengikuti misa tersebut riuh saat Romo Budi memperkenalkan kepada umat akan kedatangan mereka. �Yesus Kristus memang lahir bukan hanya untuk orang Kristiani, tetapi untuk siapa pun juga,� ujar dia.

Menurut Romo Budi yang juga Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) Keuskupan Agung Semarang, peristiwa ini menjadi penting di tengah disertifikasi spiritual saat orang mudah terjebak dalam padang gurun kekeringan rohani yang bahkan membuat orang menolak keberadaan Tuhan.

�Apa pun yang menjadi motivasi mereka, kehadiran mereka dalam misa malam Natal hingga selesai memberikan kesejukan harmoni di tengah padang gurun kehausan orang mendambakan hidup rukun dan damai,� ungkap dia.

Aktualisasi Pemahaman Keagamaan

Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perbandingan Agama IAIN Walisanga Semarang yang hadir pada misa malam di Gereja Kebon Dalem, Ahmad Muqsith, mengatakan apa yang dilakukannya bersama teman-teman adalah wujud tolorensi beragama yang diaktualisasikan. Wujud toleransi itu diaktualisasikan dengan menghadiri acara misa malam Natal.

�Kami mencoba mengambil bagian dalam upaya melestarikan kerukunan antarumat beragama. Saya rasa saat semua orang sudah mampu mempelajari agama dari beberapa aspek sosial. Mereka akan sangat menghargai umat agama lain. Karena saat kita berbuat baik, orang tidak akan menanyakan apa agama kita,� ujar dia. Demikian dikutp dari Koran Jakarta.

Fatwa MUI Melarang Ikut Ritual Natal

Berdasarkan Fatwa MUI tahun 1987, mengikuti upacara natal bersama bagi umat Islam hukumnya haram.

Dalam fatwa tersebut disebutkan, Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah Subhanahu wa Ta�ala serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan, berdasarkan atas: hadits Nabi dari Numan bin Basyir (yang artinya): �Sesungguhnya apa-apa yang halal itu telah jelas dan apa-apa yang haran itu pun telah jelas, akan tetapi di antara keduanya itu banyak yang syubhat (seperti halal, seperti haram), kebanyakan orang tidak mengetahui yang syubhat itu. Barang siapa memelihara diri dari yang syubhat itu, maka bersihlah Agamanya dan kehormatannya, tetapi barangsiapa jatuh pada yang syubhat maka berarti ia telah jatuh kepada yang haram, misalnya semacam orang yang menggembalakan binatang di sekitar daerah larangan maka mungkin sekali binatang itu makan di daerah larangan itu. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai larangan dan ketahuilah bahwa larangan Allah ialah apa-apa yang diharamkanNya (oleh karena itu yang haram jangan didekati).�

Aktualisasi yang Kufur

Menanggapi hal ini, Prof Dr KH Maman Abdurrahman, MA menegaskan, bahwa apa yang dilakukan para mahasiswa IAIN Walisanga itu sudah keluar dari pakem yang dimaksud dengan toleransi.  Menurut Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) ini, yang namanya toleransi itu bukan ikut ibadah keyakinan orang lain.

�Mereka ini pemahamannya tentang Islam sudah salah. Mereka didorong oleh orang-orang pelaku paham sekuleris, pluralis, liberalis (SEPILIS), yang tidak bertanggungjawab,� tegas Prof Maman kepada salam-online, Ahad (30/12/2012).

Menurutnya, inilah yang dikehendaki kaum kafir Quraisy kepada Rasulullah shallallahu �alaihi wasallam dan umat Islam ketika para pembesar Quraisy menawarkan konsep toleransi, pekan ini mereka beribadah dalam Islam, setelah itu berikutnya giliran umat Islam ikut dalam ritual mereka, demikian seterusnya. Lalu, turunlah surah Al-Kaafirun yang di akhir ayatnya menegaskan, �Bagimu Din (keyakinan)mu, bagiku keyakinanku.�

Jadi, kata Prof Maman Abdurrahman, Islam sudah sangat jelas dalam hal mengatur toleransi ini. Yang namanya toleransi itu AKTUALISASI-nya bukan mencampuradukkan ibadah atau ikut ritual ibadah keyakinan lain.

Ada wilayah akidah dan ibadah, ada pula ruang toleransi dalam muamalah dan berhubungan sosial, ini semua diatur dalam Islam. Jadi, apa yang dilakukan para mahasiswa ini sudah di luar  jalur toleransi. Salah dalam mengaktualisasikan toleransi.

Kata Prof Maman, sejak awal Islam sudah memagari bagaimana melaksanakan toleransi itu dengan turunnya surah Al-Kaafiruun. Toleransi bukan dalam konteks akidah dan ibadah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah jelas dalam hal ini.

�Para mahasiswa ini salah dalam memahami dan menafsirkan aktualisasi toleransi,� tandas Guru Besar Bandung Islamic University ini.

Thursday, December 27, 2012

FPI Gugat Bupati Soal Misa Natal di Alun-alun


TEMPO.CO, Ungaran - Front Pembela Islam (FPI) Jawa Tengah mengancam menggugat Bupati Semarang, Mundjirin, karena telah mengizinkan umat Kristiani melaksanakan Misa Natal di Alun-alun Kabupaten pada Senin malam, 24 Desember 2012.

"Ini hanya untuk kepentingan Bupati yang sok gagah agar kelihatan melindungi umat," ujar Sekretaris Front Pembela Islam Jawa Tengah, Jindan, Selasa, 25 Desember 2012.

Semula, Jindan hendak membuat acara di Alun-alun Kabupaten Semarang untuk menandingi Misa Malam Natal. Namun upaya itu urung dilakukan. Menurut dia, Bupati Mundjirin mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan untuk memunculkan konflik antar umat beragama.

Menanggapi tudingan itu, Bupati Mundjirin mengatakan izin misa saat Natal di Alun-alun Mini atau Sidomulyo Kabupaten Semarang punya landasan hukum, yakni Peraturan Bupati Nomor 52 Tahun 2008 tentang pedoman izin penggunaan lapangan di Kabupaten Semarang.

"Lapangan itu fasilitas publik. Kegunaanya untuk kegiatan keagamaan, ormas dan pedagang kaki lima," ujar Mundjirin.

Ia menjelaskan lapangan tempat dilaksanakannya Misa Natal bukan ini halaman Masjid Agung Alun-alun Kabupaten Semarang. Bahkan, kata Mundjirin, kegiatan misa ini telah dilakukan selama 10 kali dan baru menimbulkan protes saat FPI hadir di Kabupaten Semarang.

Di lain pihak, Kepala Kantor Kesatuan Kebangsaan Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Semarang, Purbatinhadi, menilai protes misa saat Natal baru terjadi kali ini. "Organisasi itu (FPI) juga tak terdaftar di kantor Kesbangpolinmas," ujarnya.


Thursday, December 6, 2012

Darimanakah asalnya perayaan hari Natal?


Memang ada beberapa teori tentang asal mula Natal dan Tahun Baru. Menurut Catholic Encyclopedia, pesta Natal pertama kali di sebut dalam �Depositio Martyrum� dalam Roman Chronograph 354 [edisi Valentini-Zucchetti (Vatican City, 1942) 2:17). Dan karena Depositio Martyrum ditulis sekitar tahun 336, maka disimpulkan bahwa perayaan Natal dimulai sekitar pertengahan abad ke-4. Kita juga tidak tahu secara persis tanggal kelahiran Kristus, yang diperkirakan sekitar 8-6 BC. Menurut St. Yohanes Krisostomus, Natal memang jatuh pada tanggal 25 Desember, dengan perhitungan kelahiran Yohanes Pembaptis. Karena Zakaria, ayah Yohanes Pembaptis, adalah imam agung yang memimpin ibadah pada hari Atonement yang jatuh pada tanggal 24 September (pada saat ia menerima kabar dari malaikat bahwa istrinya Elisabet akan mengandung). Yohanes Pembaptis lahir 9 bulan sesudahnya, yaitu tanggal 24 Juni; dan Kristus lahir enam bulan setelahnya, yaitu tanggal 25 Desember (sumber: New Catholic Encyclopedia, Vol. 3: Can-Col, 2nd ed. (Gale Cengage, 2002), p.655-656).

Dan banyak orang yang mempercayai bahwa kelahiran Kristus pada tanggal 25 Desember adalah berdasarkan tanggal winter solstice (25 Desember dalam kalendar Julian), karena pada tanggal tersebut, matahari mulai kembali ke utara. Dan pada tanggal yang sama kaum kafir /pagan berpesta �dies natalis Solis Invicti� (perayaan dewa Matahari). Pada tahun 274, kaisar Aurelian menyatakan bahwa dewa matahari sebagai pelindung kerajaan Roma, yang dirayakan setiap tanggal 25 Desember. Hal ini juga berlaku untuk tahun baru, yang dikatakan berasal dari kebiasaan suku Babilonia. Dan semua itu adalah masih merupakan spekulasi.

Pertanyaannya, anggaplah bahwa data histori tersebut di atas adalah benar, dan pesta Natal diambil dari kebiasaan kaum kafir, apakah kita sebagai orang Kristen boleh merayakannya? Jawabannya YA, dengan beberapa alasan:
  1. Dari alasan inkulturasi. Kita tidak harus menghapus semua hal di dalam sejarah atau kebiasaan tertentu di dalam kebudayaan tertentu, sejauh itu tidak bertentangan dengan ajaran dan doktrin Gereja dan juga membantu manusia untuk lebih dapat menerima Kekristenan. Essensi dari perayaan Natal ini adalah kita ingin memperingati kelahiran Yesus Kristus, yang menunjukkan misteri inkarnasi. Dan karena Yesus adalah terang dunia (Lih Yoh 8:12; Yoh 9:5), adalah sangat wajar untuk mengganti penyembahan kepada dewa matahari dengan Allah Putera, Yesus, Sang Terang Dunia. Dan karena Yesus adalah �awal dan akhir� dan datang �untuk membuat semuanya baru� (Wah 21:5-6), maka tahun kelahiran Kristus diperhitungkan sebagai tahun 1. Dengan ini, maka orang-orang yang tadinya merayakan dewa matahari, setelah menjadi Kristen, mereka merayakan Tuhan yang benar, yaitu Yesus. Dan orang-orang tersebut akan dengan mudah menerima Kekristenan dan sebaliknya Gereja juga tidak mengorbankan nilai-nilai Kekristenan.
    Namun di satu sisi, Gereja tidak pernah berkompromi terhadap hari Tuhan, yang kita peringati sebagai hari Minggu. Di sini Gereja mengetahui secara persis,  bahwa kematian Tuhan Yesus di kayu salib jatuh pada hari Jumat dan kebangkitannya adalah hari Minggu. Pada masa gereja awal, ada yang memaksakan untuk mengadakan hari Tuhan pada hari Sabat (mulai hari Jumat sore sampai Sabtu malam). Namun beberapa Santo di abad awal mempertahankan bahwa hari Tuhan harus hari Minggu dengan alasan: 1) Yesus bangkit pada hari Minggu, 2) Yesus memperbaharui hukum dalam Perjanjian Baru dengan hukum yang baru. Dengan dasar inilah Gereja berkeras untuk mempertahankan hari Minggu sebagai hari Tuhan. Namun dalam kasus perayaan Natal, tidak ada yang tahu secara persis hari kelahiran Tuhan Yesus.
  2. Kalau kita amati, manusia dalam relung hatinya, mempunyai keinginan untuk menemukan penciptanya. Penyembahan kepada dewa matahari adalah merupakan perwujudan bahwa ada sesuatu yang lebih tinggi daripada manusia, dalam hal itu adalah matahari, yang dipandang dapat memberikan kehidupan bagi mahluk hidup pada waktu itu. Namun sesuai dengan prinsip �grace perfects nature atau rahmat menyempurnakan sifat alamiah� (lihat St. Thomas Aquinas, ST, I, Q.1, A.8.), maka tidak ada salahnya untuk mengadopsi tanggal yang sama, dengan menyempurnakan konsep yang salah sehingga menjadi benar, dalam hal ini penyembahan terhadap dewa terang/matahari dialihkan penyembahan kepada Yesus, Sang Sumber Terang. Kalau kita perhatikan, tanggal 1 Mei adalah hari buruh sedunia (Labour day) yang disponsori kaum komunis, namun Gereja memperingatinya sebagai hari St. Yosep pekerja (ditetapkan oleh Paus Pius XII, tahun 1955). Gereja ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa St. Yosep seharusnya menjadi figur bagi para buruh, di mana dengan mencontoh figur St. Yosep, maka dunia dapat dibangun dengan lebih adil. Juga permulaan tahun baru, Gereja menjadikan hari tersebut perayaan �Maria, bunda Allah�.
  3. Adalah baik untuk mempunyai tanggal tertentu (dalam hal ini 25 Desember untuk perayaan Natal), yang setiap tahun diulang tanpa henti sampai pada akhir dunia. Tanggal ini senantiasa akan mengingatkan kita akan kelahiran Yesus Kristus. Kalau kita mengadakan angket di seluruh dunia, dengan pertanyaan �Kita memperingati apakah pada tanggal 25 Desember?� saya yakin bahwa hampir semua jawaban akan mengatakan �Natal, atau kelahiran Kristus� dan bukan merayakan dewa matahari.
  4. Untuk umat Katolik, dengan masa adven, Gereja menginginkan agar seluruh umat Katolik mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya Sang Raja. Dari sini kita melihat bahwa Gereja justru menyuruh umat-Nya untuk berpartisipasi dalam persiapan Natal, yang jatuh tanggal 25 Desember.

Sambutlah Allah yang telah menjelma menjadi manusia,
Hosanna in Excelsis!

Wednesday, December 5, 2012

Bolehkah Umat Katolik Merayakan Natal pada Masa Adven?

Siapkan jalan untuk kedatangan Tuhan
Hari ini kita memasuki Masa Adven. Pada masa-masa Adven ini, banyak Gereja Kristen Protestan akan merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember. Bagaimana sikap kita, orang Katolik, terhadap undangan dan ajakan untuk merayakan Pesta Natal pada masa Adven? Kita hendaknya mempunyai sikap tegas terhadap pesta Natal sebelum tanggal 25 Desember dengan mengatakan �tidak�. Kita hendaknya menghindari sikap kompromi dengan alasan demi persahabatan atau tidak ada kesempatan lagi merayakannya setelah tanggal 25 Desember karena banyak orang akan mengadakan liburan.
 
Gereja Katolik melarang pesta Natal pada Masa Adven karena Masa Adven merupakan masa pertobatan, sebagai persiapan menyambut kedatangan Tuhan. Bertobat berarti kita meratakan hati kita yang lekuk-lekuk oleh rupa-rupa dosa, seperti kebencian, irihati, dan dendam dengan cara menerima Sakramen Pengampunan Dosa di lingkungan-lingkungan atau di gereja. Dalam Sakramen Tobat itu, kita tidak hanya menyesali dosa-dosa kita, tetapi kita juga membuka diri terhadap pimpinan Roh Kudus sehingga kita mau diubah untuk menjadi manusia baru. Terus menerus berusaha menjadi manusia baru merupakan persiapan yang pantas untuk menyambut kedatangan Sang Raja ke dalam jiwa dan hati kita. Karena itu, perayaan Natal yang sangat meriah dan hebat, tetapi tanpa pertobatan adalah tidak berarti dan kosong. Dengan kata lain, kehilangan adven berarti kehilangan Natal, karena kita kehilangan sukacita Natal yang sesungguhnya, yaitu Lahir Baru di dalam Tuhan.

Supaya Natal sungguh bermakna, marilah kita menggunakan Masa Adven ini sebagai sebuah kesempatan yang indah untuk meluruskan hidup kita sebagai jalan untuk menyambut kedatangan Raja dari segala Raja. Yohanes Pembaptis mengulangi seruan Nabi Yesaya untuk menyongsong kedatangan Yesus Kristus, Sang Mesias : �... ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya� (Markus 1:3). Tuhan memberkati!


Sumber : http://renunganpagi.blogspot.com/2011/12/bolehkah-kita-merayakan-natal-pada-masa.html

Monday, December 3, 2012

Penampakan Bunda Maria Hebohkan Malaysia

Penampakan Bunda Maria di jendela RS Sime Darby

Sosok menyerupai Bunda Maria muncul di sebuah jendela di Rumah Sakit Sime Darby, di Kota Subang Jaya, Negara Bagian Selangor, Malaysia. Alhasil, gambar terletak di lantai tujuh itu langsung menghebohkan umat Katolik di negara jiran itu sejak dua hari lalu.

Situs emirates247.com melaporkan, Senin (12/11), gambar Bunda Maria itu langsung menyebar di kalangan umat Kristen setempat melalui media sosial Facebook. Sejumlah orang langsung memadati rumah sakit untuk melihat secara langsung.

Bahkan, mereka yang menginap menyebut telah melihat sosok seperti Yesus tidak jauh dari penampakan Bunda Maria. Mereka melihat Yesus selang dua jendela di sebelah Bunda Maria.

Umat Katolik berduyun-duyun datang memadati lokasi penampakan Bunda Maria

Ibu rumah tangga tinggal tidak jauh dari situ, Eunice Fernandez, percaya Bunda Maria mencoba mengirim pesan kepada semua orang. Ini lantaran gambar Bunda Maria seperti melihat ke arah bawah dan bendera Malaysia. "Kita juga melihat Yesus dan seperti bergerak. Keduanya tidak diam," ujar Fernandez. Perempuan 54 tahun ini membantah penampakan Bunda Maria itu tipuan belaka.

Kurang lebih seratus umat Katolik menginap di sekitar rumah sakit sambil menyalakan lilin, menyanyikan lagu pujian, dan berdoa. Beberapa bus pelancong terlihat memacetkan jalan menuju rumah sakit. Tidak hanya warga Malaysia, beberapa orang di antaranya berasal dari Singapura. Mereka datang untuk melihat gambar dipercaya sebagai mukjizat itu.

Rumah sakit yang terletak di Kota Subang Jaya, negara bagian Selangor, Malaysia ini, dikunjungi sejumlah wisatawan yang memadati wilayah RS hingga menimbulkan kemacetan. Menurut Simon Labrooy, imam terdekat di Paroki St Thomas More Subang Jaya, panel kaca jendela akan dipindahkan ke Gereja Maria Our Lady of Lourdes di Klang, Malaysia, agar umat dapat berdoa lebih kondusif. Demikian dilansir The Sun, Rabu, (14/11/2012).
Panel Kaca Jendela dipindahkan ke Gereja Maria Our Lady of Lourdes di Klang, Malaysia

Redaktur majalah mingguan Katolik asal Malaysia, the Herald, Lawrence Andrew, mengatakan gereja akan meneliti keaslian gambar dan memeriksa saksi. "Bisa saja ini wahyu. Tapi memang harus dipastikan lebih dulu apakah gambar ini buatan atau benar-benar Bunda Maria," katanya.

Rumah sakit yang terletak di Kota Subang Jaya, negara bagian Selangor, Malaysia ini, dikunjungi sejumlah wisatawan yang memadati wilayah RS hingga menimbulkan kemacetan. Menurut Simon Labrooy, imam terdekat di Paroki St Thomas More Subang Jaya, panel kaca jendela akan dipindahkan ke Gereja Maria Our Lady of Lourdes di Klang, Malaysia, agar umat dapat berdoa lebih kondusif. Demikian dilansir The Sun, Rabu, (14/11/2012).

Lebih lanjut klik: http://www.kabargereja.tk/2012/11/fenomena-menarik-penampakan-sosok-mirip.html
Copyright � 2011 TimPPGI di KabarGereja
Rumah sakit yang terletak di Kota Subang Jaya, negara bagian Selangor, Malaysia ini, dikunjungi sejumlah wisatawan yang memadati wilayah RS hingga menimbulkan kemacetan. Menurut Simon Labrooy, imam terdekat di Paroki St Thomas More Subang Jaya, panel kaca jendela akan dipindahkan ke Gereja Maria Our Lady of Lourdes di Klang, Malaysia, agar umat dapat berdoa lebih kondusif. Demikian dilansir The Sun, Rabu, (14/11/2012).

Lebih lanjut klik: http://www.kabargereja.tk/2012/11/fenomena-menarik-penampakan-sosok-mirip.html
Copyright � 2011 TimPPGI di KabarGereja

Recent Post