Latest News

Monday, April 25, 2011

Apologetika singkat kontra Argumen Keterkejutan untuk Yohanes 20:28

Banyak orang non-kristen sekarang membaca ayat Yohanes 20:28 dengan menggunakan perspektif sekarang bukan mencoba mengetahui latar belakang Thomas yg adalah Yahudi. Memang orang-orang sekarang dengan gampang berkata "oh my god" untuk sesuatu yang mengejutkan. Tapi apakah Thomas demikian?? TIDAK, karena dia seorang yahudi dan yahudi sesuai dgn 10 perintah Allah dilarang MENYEBUTKAN NAMA TUHAN SECARA SEMBARANGAN. So, berdasarkan hal ini saja, argumen keterkejutan adalah argumen yang DIPAKSAKAN.Mari ke Yohanes 20:28
Jn 20:28 kai apekriqh o qwmaV kai eipen autw o kurioV mou kai o qeoV mou
kita harus cukup jeli melihat ayat ini. sebelum kata "kurioV" dan "qeoV" didahului oleh article "o". article "o" inilah yg membuat kata2 ini menjadi vokatif, arti "o" ini sendiri adalah "the".

Kata kunci lain adalah "eipen autw" yang berarti "said to Him". Sudah jelas hal ini menunjukkan Thomas berbicara kepada Yesus. Frase "o kurioV mou" dan "o qeoV mou" menunjukan possesion (kepemilikan) yang arti literalnya dalam bahasa inggris adalah "The Lord of me" dan "The God of me".

Bandingkan dengan
Mk 15:34 kai th wra th ennath ebohsen o ihsouV fwnh megalh legwn elwi elwi lamma sabacqani o estin meqermhneuomenon o qeoV mou o qeoV mou eiV ti me egkatelipeV

Mrk 15:34 Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Lihat disini bahwa ternyata kata "qeoV" didahului article "o" dan ini menunjukan keadaan "berbicara kepada".

Argumen Keterkejutan sekali lagi tidak berdasar dan gugur jika dihadapkan dengan pernyataan-pernyataan di atas.  

==================
Keterangan: ayat-ayat dalam Bahasa Yunani diambil dari situs ekaristi dot org
Pax et Bonum

Berpeganglah Pada Ajaran Gereja

[draft]

Ayat yang menunjukkan kita harus mengawasi setiap apa saja yang kita sampaikan dalam ajaran Iman dan Moral.
Mat 18:6 "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.
Mat 18:7 Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.
Mat 18:8 Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal.
Mat 18:9 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.
1Tim 4:16 Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.
Ayat yang menunjukkan bahwa ajaran yang kita sampaikan harus sesuai ajaran Gereja.  
1Tim 3:15 Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.
1Tim 3:15 But if I tarry long, that thou mayest know how thou oughtest to behave thyself in the house of God, which is the CHURCH of the living God, the pillar and ground of the truth.
Mat 18:15 "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
Mat 18:16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
Mat 18:17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada GEREJA. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan GEREJA, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Mat 18:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.

Mt 18:15 But if thy brother shall offend against thee, go, and rebuke him between thee and him alone. If he shall hear thee, thou shalt gain thy brother.
Mt 18:16 And if he will not hear thee, take with thee one or two more: that in the mouth of two or three witnesses every word may stand.
Mt 18:17 And if he will not hear them: tell the CHURCH. And if he will not hear the CHURCH, let him be to thee as the heathen and publican.
Mt 18:18 Amen I say to you, whatsoever you shall bind upon earth, shall be bound also in heaven; and whatsoever you shall loose upon earth, shall be loosed also in heaven.
 
Dengan demikian, ketika kita menyampaikan ajaran Iman dan Moral baik ke sesama Katolik atau ke umat lain yang bukan Katolik, hendaknya kita mengetahui dulu dan berpegang pada pemahaman Gereja akan ajaran Iman dan Moral tersebut.

Extra Ecclesiam Nulla Salus; Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan

Extra Ecclesiam Nulla Salus; Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan. Pengertian yang terdengar sempit namun memiliki arti yang sangat dalam, namun kebanyakan orang awam Katolik dan para Imam berhaluan liberal sering menafsirkan doktrin ini sudah dianulir dan tak sesuai perkembangan jaman. Pandangan ini yang justru harus diluruskan, sebab Gereja TIDAK PERNAH menganulir doktrinnya. Pemahaman lebih lanjut bisa dibaca di KGK 846.
"Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, konsili mengajarkan, bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam Tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis, Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu ANDAIKATA ADA ORANG YANG BENAR-BENAR TAHU, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan" (LG 14)
Dan berbagai dokumen KV II seperti Lumen Gentium, Nostra Aetate dan Dignitatis Humanae memberikan penjelasan akan doktrin tersebut tanpa melenceng dari arti asal doktrin tersebut.


Perlu pula dipahami KGK 1260 yang berbunyi sebagai berikut;

"Sebab karena Kristus telah wafat bagi semua orang, dan panggilan terakhir manusia benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita harus berpegang teguh, bahwa Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang, untuk bergabung dengan cara yang diketahui oleh Allah dengan misteri Paska itu" (GS 22) Bdk. LG... See More 16; AG 7.. Setiap manusia yang tidak mengenal Injil Kristus dan Gereja-Nya, tetapi mencari kebenaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pemahamannya akan hal itu, dapat diselamatkan. Orang dapat mengandaikan bahwa orang-orang semacam itu memang menginginkan Pembaptisan, seandainya mereka sadar akan peranannya demi keselamatan."
Dua bagian di atas menunjukkan keselamatan semua orang selalu terhubung dengan Gereja walaupun caranya berbeda (ada yang de facto menjadi anggota, ada yang dihubungkan secara misterius dengannya), dan karenanya tidak mungkin ada keselamatan tanpa hubungannya dengan Kristus dan Gereja (inilah arti sebenarnya dari ungkapan Extra Ecclesiam Nulla Salus).

Seringkali muncul di benak kita semua sebuah pernyataan berikut:
[Saya kurang sepakat karena ada banyak agama di dunia ini di Indonesia saja ada enam agama, yang berkembang dan mereka juga berbuat kebaikan bagi sesama yg akhirnya akan membawa umatnya ke yang benar sehingga dapat masuk surga. Hanya katoliknya yang the best.]
Nah, menarik bukan untuk didiskusikan? sebelumnya ada prinsip yang harus dipegang dalam mengartikan dokumen-dokumen KV II dalam kaitannya dengan doktrin EENS tersebut. Yaitu KEBENARAN "BERBEDA" dengan "KESELAMATAN". Kebenaran ada di luar Gereja sebab manusia memiliki kodrat luhur yaitu suatu kerinduan yang mendalam untuk bersatu kembali dengan Allah penciptanya, kita bisa membuktikan ini bahwa di suku-suku terpencil pun yang jauh dari peradaban manusia modern masih memiliki kepercayaan akan sebuah "kekuatan yang tak terlihat", dalam antropologi hal ini disebut dengan animisme dan dinamisme. Maka Gereja pun mengajarkan bahwa "manusia adalah mahluk religius". Dalam diri Allah terdapat kebenaran sejati. Maka dalam setiap usaha mereka manusia dalam mencari Allah, sudah tentu terdapat nilai-nilai kebenaran.

Tetapi keselamatan datangnya hanya dari Allah, dan manusia dituntut untuk kerjasamanya secara aktif bersama Allah untuk mencapai keselamatan tersebut. Jika kita memperhatikan kisah-kisah Perjanjian Lama (PL), kita bisa melihat bahwasanya Allah telah menjanjikan keselamatan itu kepada manusia sejak manusia pertama jatuh ke dalam dosa (Kej 3:15). Namun sifat Allah yang maha segalanya, dan keterpisahan antara manusia dengan Allah akibat dosa telah menjauhkan dariNya. Maka Allah mewahyukan diri secara bertahap melalui para Nabi PL dan para nabi PL terus menubuatkan kepenuhan sabda Allah dalam diri Mesias.

Dalam diri Yesus Kristus lah, sang Sabda telah menjadi daging dan tinggal diantara kita, suatu pewahyuan yang sempurna dan terakhir, dan wahyu tersebut hidup abadi dalam tubuh MistikNya di dunia yaitu Gereja. Dan Gereja yang didirikan oleh Kristus adalah Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik (Mat 16:18-19), Gereja tersebut adalah Gereja Katolik. Sang kebenaran sejati telah mewahyukan diriNya kepada manusia dan mempercayakan perintah-perintahNya yang hidup dalam Gereja, dan Gereja telah diberikan suatu kuasa dan rahmat sehingga Gereja tak akan dapat jatuh ke dalam alam maut, maka Gereja tak pernah mengajarkan suatu kesesatan.

Bagaikan bahtera Nuh, Allah yang telah mengirimkan air bah dan memusnahkan seluruh kehidupan di muka Bumi yang penuh dosa, seperti halnya air pembaptisan yang telah membersihkan diri dari segala dosa yang memisahkan Allah dan manusia. Gereja bagaikan pula bahtera Nuh di tengah air bah, di luarnya, tak ada keselamatan melainkan kebinasaan.

Jadi, Gereja mengakui adanya kebenaran di luar Gereja, tetapi kebenaran tersebut hanyalah partial atau sebagian, mari kita telaah kembali yang tertulis dalam Lumen Gentium art 16;
"....Tetapi sering orang-orang, karena ditipu oleh si Jahat, jatuh ke dalam pikiran-pikiran yang sesat, yang mengubah kebenaran Allah menjadi dusta, dengan lebih mengabdi kepada ciptaan daripada Sang Pencipta......" (LG 16)
Memang sulit mengartikan keseluruhan doktrin ini jika masih terpatri dalam benak kita kalau kebenaran = keselamatan. Namun keselamatan sendiri datangnya dari Allah, segala macam usaha manusia TANPA rahmat Allah untuk mencapai keselamatan hanyalah sia-sia belaka. Pada tulisan sebelumnya di atas, bisa kita lihat, bagaimana Allah yang begitu cintanya kepada manusia memberikan RAHMAT tersebut kepada manusia dengan berbagai tahapan-tahapannya. Sedikit memberikan gambaran saja, "jika SELURUH manusia di muka Bumi ini masuk ke dalam neraka, kemuliaan ALLAH tak berkurang secuil apa pun", "Kemuliaan ALLAH sama sekali tak bergantung kepada manusia", jadi, lihatlah, betapa kerdilnya kita manusia dihadapan Allah, dan hanya ada satu kurban yang mampu menyenangkan hati Allah, tak lain adalah kurban putraNya yang tunggal Yesus Kristus di kayu salib, karya penebusan dosa, yang hanya dapat kita terima kembali, penghadiran kembali (bukan pengulangan) secara utuh dalam perayaan Ekaristi Kudus, dan ini hanya kita dapatkan dalam Gereja Katolik.
"....Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan...." (LG 14)
Didalamnya memang terkandung "BENAR-BENAR TIDAK TAHU", siapa yang mengetahui akan hal ini? tentunya hanya Allah yang tahu kedalaman hati nurani manusia, apakah benar ia benar-benar tidak tahu, atau malas mencari tahu, atau bahkan menolak untuk mencari tahu. Kita tidak bisa berandai-andaii dalam hal ini dan berspekulasi, namun satu hal yang pasti, adalah untuk kita yang sudah menjadi anggota GerejaNya untuk TERUS mencari tahu, menghayati dan menjalankan ajaran-ajaran Kristus yang tertuang baik dalam ajaran-ajaran Magisterium (Tradisi Suci) dan Kitab Suci. Serta terus turut serta mewartakan kabar keselamatan ini dalam bersikap dan berbuat dan terus pula berdoa kepada mereka yang masih belum tergabung dalam GerejaNya yang kepada mereka tidak ada JAMINAN keselamatan kekal.

Lalu:
[apa bedanya "kebenaran" dan "kebenaran sesungguhnya" ?]
Baik, "kebenaran" memang ada di luar Gereja, agama-agama di luar Gereja mengandung nilai-nilai kebenaran, namun kebenaran yang diwartakan tidak mencapai kepenuhannya, Gereja memandangnya sebagai "pantulan sinar kebenaran", seperti cahaya bulan yang hanya pantulan dari sinar Matahari.

Seperti yang sudah kuuraikan di atas, Allah menyapa manusia, dan manusia wajib menanggapinya. Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, terpisah hubungan mesranya dengan Allah, dan manusia tak lagi bisa menatap Allah. Ini berlaku untuk SEMUA manusia. Di dalam keselamatan, terdapat "kebenaran yang sesungguhnya" atau "kebenaran sejati", yaitu kebenaran yang membawa kepada keselamatan, yaitu persatuan kembali secara sempurna dengan Allah. Allah tahu, bahwa manusia dengan segala keterbatasannya tidak dapat mencapai diriNya secara sempurna, dan sejak jatuhnya manusia ke dalam dosa, manusia terus cenderung berbuat dosa yang senantiasa menggiringnya kepada maut. Maka Allah menggenapi janji keselamatan kepada manusia (Kej 3:15) dengan mewartakan dirinya secara bertahap kepada para nabi PL, dan mencapai kesempurnaannya pada diri Yesus Kristus, dan Yesus menyerahkan kunci kerajaan sorga kepada Petrus dan para penggantinya, dan mendirikan GerejaNya (Mat 16: 18-19). Dalam Allah terdapat "kebenaran sejati" yang membawa seluruh manusia kepada diriNya, dan Allah telah menyatakannya secara sempurna kepada Yesus, dan Yesus menyerahkannya kepada Gereja agar janjiNya akan keselamatan tergenapi hingga Akhir Jaman. Inilah "kebenaran yang sesungguhnya".

Kebenaran pada agama lain adalah kebenaran partial karena didasarkan pada usaha manusia semata yang memang tidak pernah sempurna dan berdosa, kecuali Yesus Kristus, sungguh Allah dan sungguh manusia, sang Sabda yang Hidup.

Bisa dibayangkan, bagaimana sungguh besar kasih Allah kepada manusia, bahkan sejak manusia jatuh ke dalam dosa pun, Allah begitu menyayangi manusia dengan memberikan janji keselamatan. Mulai dari para nabi PL, hingga Yesus Kristus. Namun manusia masih terus saja berdosa, tetapi Allah tak ada henti-hentinya menyapa manusia untuk kembali menuju jalan yang telah Ia siapkan untuk keselamatan diri manusia, yaitu Sakramen Tobat dan Ekaristi, yang mana mereka hanya dapat menerima ini semua melalui Sakramen Pembaptisan. Ada tiga bentuk pembaptisan;
1. Baptis air
2. Baptis darah
3. Baptis rindu
Mereka yang tidak mengalami satu dari pembaptisan ini TIDAK akan diselamatkan dan akan masuk neraka dengan siksa abadi yang kekal. Kejam? TIDAK, sebab sejak awal manusia jatuh ke dalam dosa, hakikatnya adalah NERAKA, jika seluruh manusia masuk ke dalam neraka, kemuliaan Allah TIDAK berkurang secuil pun. Justru begitu besar kasih Allah kepada manusia, maka Ia tetap terus menyapa dan memanggil manusia menuju diriNya melalui sarana yang dianugerahkanNya, tak lain adalah Gereja, dan Gereja itu adalah Gereja Katolik. Bukan Orthodox maupun Protestan.

Mereka (umat non-Katolik), sekalipun terkait oleh Kristus dan InjilNya, namun mengingkari GerejaNya yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik, dan menolak untuk masuk di dalamnya sekalipun telah mengetahui bahwa Gereja Katolik adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan, mereka tidak dapat diselamatkan.

Pernahkah terpikir oleh kita? bayi yang lahir belum terbaptis, namun karena berbagai sebab, ia mati. Kemanakah jiwanya akan pergi? Surga? Api Penyucian? atau Neraka? Kita seringkali berpikir bahwa bayi, yang belum sempat melakukan dosa apa pun, tentunya pintu surga terbuka lebar baginya. Namun Gereja tidak mengajarkan demikian, Gereja hanya menyerahkan jiwa bayi itu kepada belas kasih Allah. Bisa kita bayangkan? bayi yang tidak sempat melakukan dosa, belum dibaptis, belum tentu memperoleh keselamatan, apalagi mereka manusia, yang ada di luar Gereja, telah melakukan dosa, tidak mencari Allah dengan ketulusan dan kerendahan hati, dapat beroleh bagi mereka keselamatan? masihkah kita memandang mereka berpeluang untuk diselamatkan? bagaimana agar mereka berpeluang untuk diselamatkan? yaitu adalah agar dengan tulus dan rendah hati, terus mencari Allah, menghindari segala perbuatan dosa dan tidak mati dalam keadaan berdosa berat (ini berlaku untuk orang Katolik juga), serta benar-benar tidak tahu akan adanya Gereja Katolik yang menyelamatkan. Maka, dengan cara yang misterius, Allah akan mempersatukan mereka ke dalam GerejaNya dan diselamatkan, inilah Baptis kerinduan.

Extra Ecclesiam Nulla Salus; Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan. Sebuah dogma Gereja yang tidak dapat salah dan WAJIB diimani oleh seluruh anggotanya, tanpa terkecuali. 

Saturday, April 23, 2011

Kalimat-kalimat Indonesian Papist

1. "Sang Jalan dan Kebenaran dan Hidup telah mengikatku di dalam Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran yang IA sendiri dirikan di atas Sang Batu Karang."

2. "Aku mencintai Kristus maka aku juga mencintai Gereja-Nya. Bagiku, tidaklah mungkin aku mencintai Kristus tapi tidak mencintai Gereja-Nya sebab dengan demikian cintaku hanyalah setengah saja bagi-Nya. Aku hendak mencintai-Nya dengan segenap hati, pikiran, jiwa, dan akalku dan itu berarti aku harus mencintai Gereja-Nya juga."

3. "Dengan berdoa satu kali Salam Maria, aku telah memberikan sekuntum mawar bagi Sang Bunda. Dengan berdoa satu kali Rosario, aku telah memberikan rangkaian mawar bagi Sang Bunda. Sekarang, tergantung padaku seberapa baik dan tulus aku memberikannya kepada Bunda"

4. "Sang Allah mengutus Sang Sabda Allah ke dunia dan Sang Sabda Allah memberikan deposit ajaran iman ke dunia. Gereja, dibimbing oleh Sang Roh Allah, menggalinya dan mengajarkannya kepada kita, umat Tritunggal Mahakudus."

5. "Ciri paling khas dari Gereja Katolik adalah Persatuan dengan Paus Roma yang sedang memimpin Gereja. Ada banyak kelompok menamai dirinya Katolik tetapi tidak bersatu dengan Paus Roma, maka mereka sudah pasti bukan Gereja Katolik sesungguhnya."

6. "Santa Perawan Maria adalah Ibu karena Santa Perawan Maria melahirkan, membesarkan, dan mendidik Putera Tunggal Allah, Yesus Kristus. Gereja juga adalah Ibu karena Gereja melahirkan kita Putera-puteri angkat Allah melalui Sakramen Pembabtisan, membesarkan kita dengan Sakramen-sakramen lainnya, dan mendidik kita dengan ajaran-ajaran Allah."

7. "Lucifer tidak sadar bahwa ia berasal dari ketiadaan & memusatkan perhatiannya pada keindahan dan semaraknya sendiri & ia ditinggikan oleh kesombongan dalam hatinya. (St. Bernadus) dan karena perendahan membuntuti siapapun yang sombong, segera ia dicampakkan dari tahta kemuliaanNya (surga) ke suatu tempat yang sangat hina; dia yang dahulu menjadi yang terbaik di antara para malaikat, sekarang menjadi yang termalang di antara para setan. ( St. Bonaventura)"

8. "Becoming Orthodox is not enough. We have to become Catholic."

9. "Tuhan Yesus adalah SANG ADA yang membuat segala sesuatu ada di dunia dari ketiadaan. Sedangkan manusia hanya mampu membuat sesuatu ada dari sesuatu yang telah ada. SANG ADA telah ada sebelum segala abad, sebelum dunia dijadikan ada."

10. "Banyak orang Katolik sendiri mengatakan saya kepala batu, fanatik, ekstrimis Roma dan sebagainya karena ketegasan saya untuk taat dan setia sepenuhnya kepada Gereja Katolik dan ajarannya. Namun, saya lebih memilih dikatakan demikian daripada menjual jiwa saya untuk kesesatan akibat ketidaktaatan. Bukankah para martir pun demikian?"

11. "Mungkin ada orang di luar sana yang mengatakan saya percaya buta atau taat buta terhadap Gereja Katolik. Tetapi, sesungguhnya saya tidak memiliki alasan dan tidak mampu membuat alasan apapun untuk menolak percaya dan taat kepada Gereja Katolik."

12. "Setiap umat Katolik memiliki dua ibu rohani: 
1. Bunda Maria yang melahirkan Juruselamat kita.
2. Gereja Katolik yang melahirkan kita kembali melalui pembabtisan dan memberikan umat Katolik makanan surgawi yaitu Tubuh dan Darah Kristus.
Karena aku seorang Katolik, maka aku akan setia membela keduanya."

13. "Aku telah dipercayakan Kristus kepada mempelai-Nya yang kudus yaitu Gereja Katolik supaya aku dilahirkan kembali melalui Pembabtisan, diberi makan Tubuh dan Darah-Nya dalam Ekaristi Kudus, dibesarkan dengan sakramen-sakramen kudus lainnya dan dididik dengan kasih dalam kebenaran. Intinya, aku dipercayakan Kristus kepada Gereja Katolik supaya aku selamat."

14. "Gereja itu Kudus sekalipun ada banyak orang tidak kudus di dalamnya. Ketidakkudusan saya dan anda sekalian sama sekali tidak membuat cacat kekudusan Gereja. Gereja itu kudus pertama-tama karena ia adalah Mempelai Kristus. Bila kekudusan Gereja cacat atau dapat cacat, lalu dengan apa lagi Gereja menguduskan jiwa-jiwa di dalamnya? Bila kekudusan Gereja cacat atau dapat cacat, maka tidak akan ada Para Kudus."

15. "Catholics, you have to proclaim and preach the truth of your Church to the world even to the Protestants."

16. "Mengetahui, menghidupi dan mewartakan Iman Katolik adalah tugas kita sebagai umat Katolik. Ketiganya berjalan berdampingan dan beriringan dalam kehidupan kita. Setiap dari kita tidak dapat mengabaikan salah satunya." 

17. "SANG ADA yang membuat ada segala yang kelihatan dan tak kelihatan; lahir dan rela menjadi hamba dan hampa demi segala citra-Nya. Sungguh, misteri agung yang mengagumkan yang pernah ada, tetap ada dan akan terus ada." 

18. "Kritik terhadap Protestan yang menolak Dogma Maria Bunda Allah: Mereka yang menolak ajaran Maria adalah Bunda Allah (Theotokos), sesungguhnya telah jatuh kepada bidaah Nestorianisme yang telah dihukum oleh Konsili Efesus (431), jauh sebelum Protestantisme muncul. Mereka yang menolak ajaran Maria adalah Bunda Allah (Theotokos), sesungguhnya telah menyerang ajaran Inkarnasi Sang Firman Allah."

19. "Saya seorang Katolik dengan spiritualitas Fransiskan dan saya akan membela Kepausan Roma sama akhir hidup saya."

20. "Mengapa saya tetap menjadi pengikut Kristus (Kristen) di dalam Gereja-Nya, Gereja Katolik? Karena Kristus dan Gereja-Nya telah menjerat saya tidak hanya dengan kasih, tetapi juga dengan kebenaran yang menyelamatkan."

21. "Saya percaya dan saya akan membela dogma Katolik ini, Extra Ecclesiam Nulla Salus."

22. "Jika Petrus adalah Pemimpin Para Rasul, maka Paus Roma adalah Pemimpin Para Patriark dan Uskup."

23. "Marriage is only between one man and one woman according to the natural law, divine law, and canon law."

24. "Kita sering mendaraskannya setiap Minggu, "Aku percaya akan ... Gereja Katolik yang kudus". Tapi apakah ini cuma lips service belaka?? Kristus mendirikan Gereja dan Gereja itu bernama Katolik, sudah jelas hal ini tercantum dalam syahadat iman kita. Selain Katolik, tidak ada nama lain dalam syahadat kita."

25. "Saya pikir setiap orang itu fanatik, bedanya pada objek fanatik tersebut. Ada yang fanatik bahwa kebenaran itu absolut, dan ada yang fanatik bahwa kebenaran itu relatif."

26. "Jangan terbolak balik antara rahmat dan keselamatan. Gereja Katolik mengakui bahwa di luar Gereja Katolik ada rahmat Allah yang bila ditanggapi �ya� oleh manusia akan membawa mereka ke dalam Gereja Katolik sehingga beroleh keselamatan. Dogma Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan (Extra Ecclesiam Nulla Salus) sama sekali tidak menyangkal adanya rahmat Allah di luar Gereja. Kalau tidak ada rahmat di luar Gereja; tidak mungkin Scott Hahn (eks Protestan), Kardinal Manning (eks Anglikan) dan yang lain pulang ke pangkuan Bunda Gereja yang kudus ini."

27. "I'd really love to defend Immaculate Conception of Mary. It's a beautiful Catholic dogma. And you evangelicals, don't attack my Mother Mary!! Thanks for Blessed Duns Scotus The Subtle Doctor for his theology about this dogma."

28. "Dulu aku percaya adanya kebetulan, tapi sejak lama tidak lagi demikian. Aku memilih percaya pada Penyelenggaraan Ilahi."

29. "Allah, Sabda Allah dan Roh Allah. Tiga Pribadi dalam satu Allah. Sejak awal mula Allah itu tiga Pribadi. Tidaklah mungkin Allah tanpa Sabda Allah dan Roh Allah, kalau tidak ada Sabda Allah bagaimana Allah bersabda? Kalau Allah tanpa Roh Allah, bagaimana Allah bisa memberi kehidupan bila Allah sendiri tidak memiliki kehidupan itu? (dalam Syahadat Panjang, kita mengakui bahwa Roh Kudus adalah Tuhan dan Yang menghidupkan)"

30. "Evolusi Perayaan Natal: Dari sebuah perayaan yang dirayakan secara sembunyi-sembunyi di katakombe-katakombe semasa penganiayaan menjadi sebuah perayaan yang dirayakan secara besar-besaran di berbagai belahan dunia. Kondisi yang terakhir rentan atau malah sudah terjangkiti hedonisme dan konsumerisme."

31. Sebuah bentuk kegembiraan dalam Misa Kudus adalah ketika saya mampu menghilangkan ego dan selera pribadi, melepaskan ke-aku-an saya serta memilih taat dan setia pada ajaran dan aturan Gereja mengenai Misa Kudus. Bagi saya, ini kemenangan yang besar melawan kedagingan saya dan saya gembira akan hal ini.

32. Dalam Sakramen Tobat, kita melihat dan merasakan langsung kerahiman Allah yang besar yang memulihkan persatuan kita dengan Dia dan Gereja-Nya.

33. Kurban Kudus Misa (Perayaan Ekaristi) bukanlah pemuas selera dari setiap umat bukan juga untuk improvisasi Liturgi, melainkan kurban pereda kemarahan Allah atas dosa-dosa manusia. Mengutak-atik Kurban Kudus Misa akan semakin menyakiti Allah.

34. Banyak orang berkata iman adalah tindakan dan hubungan pribadi manusia kepada Allah saja. Tetapi, sebagai umat Katolik hendaklah kita sadari dan ketahui bahwa Iman Katolik bukanlah semata-mata iman yang individual melainkan juga iman yang komunal. Iman Katolik juga merupakan tindakan dan hubungan setiap pribadi Katolik  bersama dan kepada Gereja. Setiap umat Katolik beriman kepada Allah bersama Gereja.  

35. Hendaklah Para Uskup dan Imam menyadari bahwa mereka adalah pelayan liturgi bukan pemilik liturgi. Dan karena mereka adalah pelayan liturgi, hendaklah mereka juga menyadari bahwa mereka harus melindungi liturgi dari segala bentuk pelecehan dan pelanggaran.

36. Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus janganlah dinilai dari covernya semata tetapi perhatikanlah esensinya. Dogma ini merupakan cambuk bagi setiap Katolik untuk hidup kudus dan menjadi saksi Kristus yang benar-benar nyata sehingga orang lain bersedia menjadi pengikut Kristus di dalam Gereja Katolik dan beroleh keselamatan. Hidup Kudus merupakan kesaksian yang lebih kuat dibandingkan kata-kata. 

37. Saat kita menolak menerima Sakramen Tobat, pada saat itu pula kita telah menolak undangan Kristus untuk bertemu dengan-Nya dan menerima rahmat pengampunan dari-Nya di ruang pengakuan.

38. Seorang Muslim menyimpulkan: "Tritunggal tidak logis. Karena tidak ada yang bisa menjelaskan secara logis kepada saya." Betapa dangkalnya kesimpulan ini. Dengan standar logika apakah atau siapakah dia menyatakan Tritunggal tidak logis? Bila kita menetapkan standar logika kita masing-masing sebagai standar untuk mempercayai suatu wahyu Ilahi maka bukanlah wahyu itu yang kita percayai, tetapi diri kita sendiri yang kita percayai. Maka benarlah apa yang diajarkan oleh Gereja bahwa segala wahyu Ilahi semata-mata dipercayakan Allah kepada Gereja untuk dijaga dan diajarkan oleh Gereja kepada semua orang, wahyu Ilahi tidak dipercayakan kepada masing-masing pribadi dengan standar logika yang berbeda-beda.

39. Bagi liberalist, kebebasan itu berarti bebas melakukan apa yang disukai menurut penilaian masing-masing individu manusia. Bagi Gereja Katolik, kebebasan yang valid itu berarti bebas melakukan apa yang benar seturut kehendak Allah dan Gereja. 

40. Sekarang sejumlah orang Katolik berpikir bahwa dengan memasukkan unsur-unsur seperti dangdut, band, lagu-lagu rohani populer, drama dan sebagainya ke dalam Perayaan Ekaristi; mereka telah memuliakan Tuhan, telah memuji Tuhan, dan telah menyenangkan hati Tuhan. Padahal, dengan demikian mereka telah melukai kurban Kristus dan jantung Gereja. Saya orang muda dan saya tidak suka dan tidak setuju Ekaristi diutak-atik seturut selera kaum muda.  

41. Aku adalah pendosa yang tidak tahu apa saja yang sesungguhnya adalah ajaran Allah sampai ketika Gereja mengajarkannya kepadaku.


42. The Catholic Church is the hospital for the sinners and the training center for the future saints.


43. Keindahan Ekaristi tidak akan engkau lihat dengan jelas sampai engkau menanggalkan segala ke-aku-an yang ada pada dirimu.

44. Saat Gereja Katolik mengajarkan kasih, umat Katolik menjadi senang. Saat Gereja Katolik mengajarkan kasih dalam kebenaran, ternyata banyak umat Katolik menjadi tidak senang. Inilah buah dari kediktatoran relativisme iman. 

45. Orang-orang ateis dan agnostik seringkali membanggakan diri mereka sebagai orang-orang "free-thinker". Tetapi, adalah lebih baik menjadi seorang "right-thinker" ketimbang seorang "free-thinker".

46. Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa tidak berarti bahwa ia tidak memerlukan penebusan Kristus. Justru ia terbebas dari noda dosa karena Allah telah lebih dulu menebusnya sejak ia dikandung. Allah tak mungkin bersatu dengan kodrat yang bernoda, oleh karena itu perlulah Maria dikuduskan sehingga ia menjadi layak untuk memberikan kodrat manusia yang tak bercela kepada Kristus. Pemurnian Maria dari noda dosa ini menjadi bagian dari karya keselamatan Allah bagi manusia. Sebagai umat Allah, patutlah kita bersyukur akan pengudusan Maria sejak ia dikandung karena dengan demikian Maria menjadi pintu kudus untuk hadirnya Kristus, Sang Firman Allah, ke dunia untuk menebus manusia.

47. Di Misa Kudus, Kristus menunjukkan diri-Nya dalam rupa roti dan anggur. Dialah Allah yang tersamar yang kita sembah dengan penuh iman. Dia adalah Yang paling menarik di dalam Misa Kudus. Wahai orang muda, ketika engkau merasa Misa Kudus tidak menarik sehingga engkau berpikir Misa perlu band, drama, lagu-lagu populer, dan hal-hal sejenis untuk membuatnya menarik; maka saat itu juga Kristus dalam Misa Kudus sudah tidak lagi menjadi daya tarik bagimu.

48. Mana mungkin aku bisa melupakanmu, Bapa Suci Emeritus Benediktus XVI. Pada masa kepausanmu, aku menemukan imanku.

49. Paus Benediktus XVI ingin engkau mengetahui iman Katolik-mu; Paus Fransiskus ingin engkau menghidupi iman Katolik-mu; dan keduanya ingin engkau mewartakannya.

Monday, April 18, 2011

Situs Ordo dan Kongregasi Suster di Indonesia

Ordo Santa Ursula (OSU)
http://www.ursulin.or.id/


Suster-suster Kongregasi Passionis (CP)
http://sustercpindonesia.blogspot.com/

Ordo Klaris Kapusines (OSC Cap.)
http://klaris.kapusin.org/index.php

Ordo Klaris (OSC)
http://klarisindonesia.blogspot.com/
http://klarisindonesia.wordpress.com/
http://indonesian-papist.blogspot.com/2010/11/ordo-santa-clara-osc-claris.html

Suster-suster Amal Kasih Darah Mulia (ADM)
http://amalkasihdarahmulia.blogspot.com/

Suster-suster Carolus Borromeus (CB)
http://www.sustercb.org/

Suster-suster Notre Dame (SND)
http://www.snd-indonesia.org/

Tuesday, April 5, 2011

Dogma Infallibilitas Paus


Pendahuluan
Artikel ini adalah upayaku, administrator page Gereja Katolik (Pax et Bonum),  untuk membantu umat Katolik memahami sebuah dogma Katolik yaitu Dogma Infallibilitas Paus. Dalam artikel ini, dapat anda temukan bahwa dogma ini adalah dogma yang sangat alkitabiah dan sesuai pengajaran Para Bapa Gereja Perdana. Dogma ini juga merupakan dogma yang sangat dapat dipertanggungjawabkan. Dogma ini adalah sebuah karunia (gift) dari Allah bagi Gereja dan dogma ini berlandaskan Kasih dalam Kebenaran (Caritas In Veritate) sama seperti dogma-dogma Katolik lainnya.

Artikel ini tidak memiliki Nihil Obstat dan Imprimatur. Juga, saya sebagai seorang awam tentu tidak luput dari kekeliruan. Oleh karena itu, jika ada isi artikel ini yang tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, maka saya dengan rendah hati dan taat akan menerima koreksi dari Magisterium Gereja Katolik. Saya akan taat karena Kristus sendiri menghendaki agar setiap umat Katolik taat kepada Magisterium Gereja Katolik.
Luk 10:16 �Barangsiapa mendengarkan kamu (70 Murid, gambaran awal dari Magisterium), ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.�

Infallibilitas Paus
Infallibilitas Paus adalah ketidakdapatan sesat Sang Imam Agung di Roma (Paus), Kepala Dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau selaku gembala dan guru tertinggi segenap Umat beriman serta yang meneguhkan saudara-saudara beliau dalam iman (lih. Luk 22:32); dalam menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan definitif.1

Infallibilitas sendiri tidak hanya dimiliki oleh Paus sendiri. Sebenarnya, infallibilitas juga dimiliki oleh Magisterium Gereja Katolik, yaitu Paus bersama Para Uskup yang bersatu dengan Paus, ketika mengajarkan secara otentik ajaran Iman dan Moral.2

Kristus sendiri yang menganugerahkan infallibilitas ini. Kristus memberikan kepada Petrus dan Para Rasul kuasa �mengikat dan melepaskan�. Tentunya kuasa ini haruslah disertai dengan karunia Infallibilitas sebab jika Petrus dan Para Rasul sesat dalam �mengikat dan melepaskan� di bumi maka kesesatan masuk ke dalam surga. Kristus berkata kepada St. Petrus dan Para rasul serta para suksesor mereka, Magisterium Gereja, bahwa (tanda kurung ditambahkan oleh saya):

Mat 16:19 �Kepadamu (Petrus) akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Mat 18:18 �Aku berkata kepadamu (Petrus dan Para Rasul): Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.�


Konsili Vatikan I dan II Mengenai Infallibilitas Paus
Infallibilitas menjadi anugerah secara khusus bagi Paus sebagai kepala Para Uskup (Mat 16:17-19 ; Joh 21:15-17). Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium art. 25 memberikan kita penjelasan mengenai infallibilitas Paus.

�Ciri tidak dapat sesat itu ada pada Imam Agung di Roma, Kepala Dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan guru tertinggi segenap Umat beriman, yang meneguhkan saudara-saudara beliau dalam iman (lih. Luk 22:32), menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan definitif. Oleh karena itu sepantasnyalah dikatakan, bahwa ketetapan-ketetapan ajaran beliau tidak mungkin diubah dari dirinya sendiri, dan bukan karena persetujuan Gereja. Sebab ketetapan-ketetapan itu dikemukakan dengan bantuan Roh Kudus, yang dijanjikan kepada Gereja dalam diri Santo Petrus.�

Sedangkan Konsili Vatikan I memberikan informasi kepada kita mengenai syarat-syarat infallibilitas Paus yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Paus harus berbicara dari Tahta St. Petrus (ex-Cathedra) dalam kapasitasnya sebagai pengganti Petrus.
2. Keputusan Paus harus mengikat Gereja secara keseluruhan.
3. Keputusan tersebut harus mengenai ajaran Iman dan Moral.

Ketiga syarat ini harus dipenuhi seluruhnya. Jika hanya sebagian saja yang dipenuhi, maka keputusan Paus tidak infallible.3

Infallibilitas Paus dalam Kitab Suci dan Pengajaran Bapa Gereja
Infallibilitas Paus bukanlah dogma yang muncul tiba-tiba dalam ajaran Gereja. Infallibilitas adalah dogma telah hadir dalam Kitab Suci dan Gereja perdana.

Dogma Infallibilitas hadir dalam perikop-perikop seperti Yoh 21:15-17 ; Lukas 5:3; Lukas 22:32,  dan Mat 16:18.

Yoh 21:15-17 menunjukkan kepada kita bahwa Kristus menyerahi mandat penggembalaan pertama-tama kepada Petrus. Bukankah Kristus adalah Gembala yang baik? Sang Gembala yang baik ini tentunya tidak mau agar domba-domba-Nya tercerai-berai dan diterkam oleh serigala (Serigala dapat kita sebut metafora dari ajaran-ajaran sesat / heresy). Sang Gembala yang baik ini memang sungguh baik. Kasih-Nya kepada domba-domba-Nya diwujudkan secara nyata dan kelihatan tidak lagi abstrak dengan menunjukkan wakil-Nya di dunia yang kelihatan dan nyata untuk mengajarkan kepada kita ajaran Kristus yang sepenuhnya dan untuk menjaga kita domba-domba-Nya dari serigala (baca:kesesatan). Sang wakil Kristus ini haruslah dikaruniai karisma Infallibilitas sebagai senjata untuk mengusir serigala yang mengancam domba-domba Kristus. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa Petrus Sang Wakil Kristus memang memiliki karunia infallibilitas tersebut.

Lukas 5:3 adalah salah satu ayat yang secara jelas dan unik memberikan kita gambaran mengenai infallibilitas Paus.
�Luk 5:3 Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.�
Menarik untuk melihat ayat ini. Kristus mengajar orang banyak dari atas perahu Simon dan tentunya ajaran Kristus tidaklah sesat sebab Ia adalah Kebenaran. Maka, Di perahu Simonlah kita menemukan ajaran Kristus yang sepenuhnya tanpa ada sedikit pun ajaran yang sesat.

Lukas 22: 31-32 � Yesus juga berdoa supaya Iman Petrus tidak dapat gugur dan meminta Petrus menjadi seorang yang meneguhkan Para Rasul lain � Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kalian (Para Rasul) seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau (Petrus seorang), supaya imanmu (Iman Petrus) jangan gugur. Dan engkau (Petrus), jikalau engkau (Petrus) sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."
Untuk menguatkan iman saudara-saudaranya, tentunya Petrus haruslah memiliki karunia infallibilitas dan karunia itu juga diwariskan kepada para pengganti Petrus (Paus) melalui suksesi apostolik.

Mat 16:18 �Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.�
Jikalau Sang Batu Karang mengajarkan kesesatan (yang berarti alam maut telah menguasai Gereja), maka pernyataan Yesus di atas adalah kebohongan semata. Tapi, apakah Kristus berbohong? Tentu tidak. Kristus Sang Kebenaran tidaklah mungkin berbohong. Kristus Sang Kebenaran tentu setia kepada janji-Nya. Untuk menepati janji-Nya, Ia menganugerahkan infallibilitas sebagai senjata untuk mengalahkan alam maut.

Karena umat Kristen mulai memahami otoritas mengajar dan Primat Sang Paus, mereka mengembangkan pemahaman yang lebih jelas mengenai Infallibilitas Paus. Pengembangan ini memiliki awal yang jelas pada masa Gereja Perdana.

Sebagai contoh, Paus St. Klemens menulis hal-hal berikut dalam suratnya kepada umat di Korintus:
a. St. Klemens mengajarkan tentang otoritas dari Tuhan
�Terimalah nasihat kami, dan kamu tidak akan menyesal. Sebab selama Tuhan hidup, dan Tuhan Yesus hidup, dan Roh Kudus, � demikianlah ia, yang dengan kerendahan hati dan bergegas dalam kelemahlembutan, tanpa menyesal, telah melaksanakan perintah- perintah yang diberikan oleh Tuhan [melalui kami], menjadi terdaftar dan namanya terletak di antara mereka yang diselamatkan melalui Yesus Kristus� tetapi jika orang- orang tertentu menjadi tidak taat akan kata- kata yang diucapkan oleh Dia [Yesus Kristus] melalui kami, biarlah mereka mengerti bahwa mereka akan menyusahkan diri sendiri di dalam pelanggaran yang tidak kecil dan bahaya; tetapi kami tidak bersalah atas dosa ini.� (THE FIRST EPISTLE OF CLEMENT TO THE CORINTHIANS 58:2, 59:1 ; diterjemahkan oleh administrator katolisitas dot org)

b. Klemens mensyaratkan ketaatan terhadap suratnya ini.
�Sebab kamu akan memberikan suka cita yang besar dan kegembiraan, jika kamu memberikan ketaatan kepada hal- hal yang dituliskan oleh kami melalui Roh Kudus, dan cabutlah kemarahan yang tidak benar dari kecemburuanmu, sesuai dengan permohonan yang telah kami buat demi damai sejahtera dan perjanjian di dalam surat ini.� (THE FIRST EPISTLE OF CLEMENT TO THE CORINTHIANS 63:2 ; diterjemahkan oleh administrator katolisitas dot org)

Contoh lain, St. Siprianus, Uskup Kartago, menaruh pertanyaan sebagai berikut pada tulisannya (256 M):
 �Akankah para penganut ajaran sesat berani untuk datang kepada tahta Petrus di mana iman yang apostolik berasal dan tidak ada sedikit pun kesesatan dapat datang?� (Letter 59 {55}, 14)
Pada Abad keempat, St. Hieronimus (Penerjemah Kitab Suci dari Bahasa Yunani ke Bahasa Latin serta salah seorang dari empat Bapa Gereja Besar di Barat) menuliskan pernyataan berikut:
�Saya berbicara dengan pengganti Sang Nelayan dan Murid Salib. Hanya dengan mengikuti Kristus pemimpin saya, saya dipersatukan dalam persekutuan dengan Yang Terberkati, yaitu dia yang duduk di tahta Petrus. Di atas Karang itu, aku tahu bahwa Gereja dibangun. Siapapun yang makan domba di luar rumah ini adalah fana. Siapapun yang tidak berada dalam perahu Nuh akan binasa ketika banjir melanda.� (Surat Kepada Paus St. Damasus di Roma 15:1-2)
Pada abad kelima, St. Petrus Krisologus juga menekankan perlunya persetujuan dari Paus Roma dalam pembahasan mengenai ajaran iman.
 �Kami mendesakmu dengan sungguh hormat, saudara yang terhormat, untuk memperhatikan dengan taat apa yang telah dituliskan oleh Paus Yang Terberkati di Kota Roma, karena Petrus Yang Terberkati, yang hidup dan memimpin dalam tahtanya miliknya, menyediakan iman yang benar kepada mereka yang mencarinya. Karena kita ... tidak dapat membahas kasus mengenai iman tanpa persetujuan dari Uskup Roma.� (St. Peter Chrysologus, Letters 25:2)
Konsili Kalsedon pada tahun 451 menuliskan surat kepada Paus St. Leo Agung yang berisi pernyataan sebagai berikut:
�Anda telah ditetapkan sebagai penerjemah suara Petrus yang terberkati kepada semuanya dan kepada semuanya anda mengabarkan berkat-berkat dari iman itu. Dan begitu juga kami, dengan bijak mengambilmu sebagai pemandu kami dalam segala hal yang baik, telah menunjukkan kepada putera-puteri Gereja warisan kebenaran mereka.� (Konsili Kalsedon, kepada Leo, 451 M).
Contoh-contoh di atas adalah sebagian kecil dari banyak  Bapa Gereja yang mengajarkan ajaran Infallibilitas Paus.
 
Dogma Infallibilitas Paus dalam Sejarah Gereja 
Teolog Katolik dan sejarawan gereja, Klaus Schatz membuat sebuah karya yang diterbitkan pada tahun 1985 yang mengidentifikasikan dokumen-dokumen berikut sebagai dokumen ex cathedra (dari Tahta Petrus), yang berbicara mengenai ajaran Iman, dan ditujukan kepada Gereja Universal. 4
  • Tome to Flavian, ditulis oleh Santo Paus Leo Agung pada tahun 449 mengenai dua kodrat di dalam Kristus. Dokumen ini diterima oleh Konsili Kalsedon.
  • Surat Paus Agatus, ditulis oleh Santo Paus Agatus pada tahun 680 mengenai dua kehendak di dalam Kristus. Dokumen ini diterima oleh Konsili Konstantinopel Ketiga.
  • Benedictus Deus, ditulis oleh Paus Benediktus XII pada tahun 1336 mengenai beatific vision orang benar sebelum penghakiman terakhir.
  • Cum Occasione, ditulis oleh Paus Innosensius X pada tahun 1653 untuk menyatakan bahwa 5 proposisi Jansen (pencetus Jansenisme) adalah ajaran sesat.
  • Auctorem Fidei, ditulis oleh Paus Pius VI pada tahun 1794 untuk menyatakan bahwa 7 proposisi kaum Jansenis dalam Sinode Pistoia adalah ajaran sesat.
  • Ineffabilis Deus, ditulis oleh Beato Paus Pius IX pada tahun 1854 untuk menetapkan Dogma Santa Perawan Maria Dikandung tanpa noda dosa.
  • Munificentissimus Deus, ditulis oleh Venerabilis Paus Pius XII pada tahun 1950 untuk menetapkan Dogma Santa Perawan Maria diangkat ke Surga.

Beberapa Klarifikasi
Ajaran gereja Katolik mengenai Infallibilitas Kepausan adalah salah satu ajaran Gereja Katolik yang umumnya disalahmengerti oleh mereka yang berada di luar Gereja. Fundamentalis dan �Kristen Alkitabiah� lainnya sering bingung antara Infallibility (ketidakdapatan untuk sesat) dan Impeccability (ketidakdapatan untuk berdosa). Mereka membayangkan bahwa umat Katolik percaya bahwa Paus tidak dapat berdosa.

Mereka bertanya bagaimana mungkin Para Paus infallible jika beberapa dari mereka hidup dalam skandal. Pertanyaan ini jelas menggambarkan kebingungan yang umum tersebut. Infallibilitas tidak berarti ketiadaan dosa. Perlu ditegaskan bahwa tidak ada jaminan bahwa Para Paus tidak akan berdosa dan tidak ada jaminan juga bahwa Para Paus selalu memberi contoh yang baik. Paus adalah seorang manusia dan dengan demikian dia sendiri adalah seorang pendosa. Bahkan, Paus sekurang-kurangnya mengakukan dosanya kepada Imam atau Uskup lain sekali dalam seminggu.

Beberapa orang lainnya bingung bagaimana bisa infallibilitas eksis jikalau beberapa Paus saling tidak setuju satu sama lain. Pertanyaan ini menunjukkan pemahaman yang tidak akurat mengenai infallibilitas, yang hanya diaplikasikan secara khidmat dan resmi mengenai ajaran Iman dan Moral Gereja, bukan mengenai keputusan disipliner atau bahkan komentar tidak resmi mengenai Iman dan Moral Gereja. Pendapat teologis pribadi Paus tidak infallible. Hanya hal yang ia definisikan secara resmi dan mengikat seluruh Gereja dari tahta St. Petrus mengenai Iman dan Moral adalah infallible.

Bahkan kaum fundamentalis dan evangelikal yang tidak memiliki pemahaman umum yang keliru sering berpikir infallibilitas berarti bahwa Para Paus diberi rahmat spesial yang mengizinkan mereka untuk mengajarkan secara positif apapun mengenai kebenaran-kebenaran yang perlu diketahui. Tapi, pandangan ini tidak sungguh benar. Infallibilitas bukanlah pengganti untuk studi teologis mengenai sebagian Paus.

Infallibilitas mencegah Paus dari tindakan mengajarkan secara resmi dan khidmat sesuatu, yang faktanya adalah salah/sesat/error, sebagai kebenaran yang harus diimani setiap umat Katolik. Infallibilitas tidak menolong Paus untuk mengetahui apa yang benar. Infallibilitas tidak pernah berarti bahwa pada saat mendefinisikan materi Iman dan Moral, Paus menerima wahyu spesial dari Allah untuk mengajarkan apa yang benar. Seorang Paus harus memahami kebenaran melalui studi/pembelajaran sama seperti yang kita lakukan untuk membuatnya semakin yakin mengenai kebenaran tersebut sekaligus memperkuat posisinya untuk mendeklarasikan pernyataan yang infallible.

Berdasarkan fakta, ada banyak topik besar mengenai Iman dan Moral di mana seorang Paus mustahil mampu membuat definisi yang infallible tanpa menduplikat satu atau lebih pernyataan infallible dari Konsili-konsili Ekumenis atau Magisterium Gereja.

Apakah Petrus tidak infallible?
Kaum Fundamentalis senang mengacu pada penentangan St. Paulus terhadap tindakan St. Petrus  (Galatia 2:11-16) -- yang menolak makan dengan umat Kristen yang tidak bersunat saat para umat Kristen yang bersunat datang � untuk menyerang Dogma Infallibilitas Paus. Apakah perikop ini menunjukkan bahwa Infallibilitas Paus itu tidak pernah eksis dalam dunia Kekristenan? Tidak sama sekali. Tindakan St. Petrus berkaitan dengan materi kedisiplinan bukan dengan isu Iman atau Moral. Lebih jauh lagi, yang ditentang oleh St. Paulus adalah tindakan St. Petrus bukan ajaran St. Petrus. St. Paulus tentu mengakui bahwa ajaran St. Petrus adalah ajaran yang benar. Tindakan St. Petrus tersebut menunjukkan bahwa St. Petrus tidak menghidupi ajarannya sendiri. Namun, pada perikop ini sama sekali kita tidak dapat melihat bahwa St. Petrus sedang mendeklarasikan secara khidmat dan resmi sebuah pernyataan Iman dan Moral yang infallible. Dengan demikian, kaum fundamentalis sekali lagi telah gagal menunjukkan bahwa Infallibilitas Paus tidak pernah eksis di dalam dunia Kekristenan. Kaum Fundamentalis juga harus mengakui bahwa St. Petrus memiliki karunia infallibilitas. Mereka tidak bisa menolak bahwa St. Petrus menulis dua surat (Surat Pertama dan Kedua Petrus) yang infallible untuk melawan kesesatan.

Tanggapan mengenai Mat 16:23 � Yesus menghardik Petrus
Perkataan Yesus di Mat 16:23 tidak mengubah kenyataan bahwa Yesus mendirikan Gereja di atas Sang Batu Karang, Petrus (Mat 16:18). Sama seperti kita telah menjadi anak Allah melalui Sakramen Baptis, namun kemudian kita berbuat dosa lagi. Yang terpenting adalah Petrus berbalik kepada Allah, dan kemudian setelah Pentekosta, Petrus yang berbicara kepada banyak orang, sehingga banyak orang diselamatkan (Kis 2).

Apakah Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas Iblis (karena Yesus berkata Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia. Mat 16:23)?  Tentu saja tidak demikian, dengan beberapa alasan sebagai berikut:
Perhatikan ayat 22, dimana dikatakan �Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: �Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.� (Mat 16:23).
Disini Petrus berbicara kepada Yesus secara pribadi dan sungguh berbeda dengan pernyataan Petrus yang dibuat secara terbuka di ayat 15-16 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: �Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?�
Mat 16:16  Maka jawab Simon Petrus: �Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!� .

Dan Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa semua yang dikatakan oleh Petrus dan penerusnya, para Paus tidak mungkin salah (infallible). Infallibilitas bagi Paus harus memenuhi syarat-syarat yang telah dikemukakan sebelumnya.

Tentang Paus Honorius
Kasus Paus Honorius adalah kasus yang sering diangkat oleh Kaum Fundamentalis untuk menyerang Dogma Infallibilitas. Mereka berkata bahwa Paus Honorius secara spesifik mengajarkan Monotelitisme dalam tulisannya kepada Sergius, Patriarkh Konstantinopel. Monotelitisme adalah sebuah bidaah yang menyatakan bahwa Kristus hanya memilik Satu Kehendak (One Will) yaitu Kehendak Ilahi SAJA, bukan Dua Kehendak (Kehendak Ilahi dan Kehendak Manusia) seperti yang diimani oleh Umat Kristen yang benar.5 Paus Honorius sendiri bersama Sergius dari Konstantinopel dan beberapa penganut Monotelitisme kemudian di-anathema (dikutuk) oleh Konsili Konstantinopel III.6 Mari kita memeriksa kasus Paus Honorius tersebut.
1. Apakah Paus Honorius mengajarkan Monotelitisme dalam Kapasitasnya sebagai Pengganti Petrus?7 Tidak,  dia sedang berbicara kepada Sergius dalam kapasitasnya sebagai teolog bukan sebagai seorang Suksesor St. Petrus.
2. Apakah Surat Paus Honorius mengikat seluruh Gereja?8 Tidak juga, tulisan tersebut hanya ditujukan kepada Sergius seorang, tidak kepada seluruh Gereja.

Dengan demikian, syarat infallibilitas tidak terpenuhi semua. Sekali lagi fundamentalis keliru memahami kaitan antara dogma ini dengan kasus Paus Honorius.

Problem lain dari Protestan mengenai Suksesi Apostolik
Beberapa sarjana Protestan lain telah mengakui bahwa Kristus mengangkat St. Petrus sebagai kepala Para Rasul, namun mereka menolak suksesi Primat St. Petrus ini. Para sarjana Protestan ini berargumen bahwa Keutamaan petrus ini berakhir dengan kematian St. Petrus. Menurut mereka karisma spesial ini hanya dibutuhkan dalam Gereja perdana yang masih �anak-anak�.

Protestan didirikan oleh para pendirinya dengan prinsip Sola Scriptura -  yaitu bahwa Kitab Suci adalah satu-satunya Otoritas iman. Oleh karena itu, kita bisa bertanya pertanyaan berikut ini. Dimanakah dalam Kitab Suci yang mengajarkan bahwa Primat yang Kristus berikan kepada St. Petrus berakhir dengan kematian St. Petrus?

Tulisan ini bukanlah tempat untuk membahas Gereja Katolik sebagai Kerajaan Allah di dunia secara detail. Namun, di sini akan disampaikan secara sepintas bahwa Kitab Suci menyatakan Yesus mendirikan sebuah Kerajaan dan Kerajaan itu disebut Gereja-Nya.

Dalam Perjanjian Lama, Allah berjanji kepada Daud bahwa �Keluarga dan Kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, tahtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.(2 Samuel 7:16)� Kerajaan Daud ini didirikan atas suatu Perjanjian Ilahi yang kekal dan mengalami kepenuhannya melalui kedatangan Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Keturunan Daud dan Dialah kelak yang mewarisi tahta Daud dan menjadi Raja. Dalam Lukas 1:32-33, terekam pernyataan bahwa �... Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya (Yesus Kristus) tahta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.�

Yesus adalah seorang Raja dalam Tradisi Daud, maka kerajaan-Nya dalam arti tertentu haruslah suatu kerajaan dalam Tradisi Daud juga � Kerajaan Daud. Kerajaan Allah dari Yesus bukanlah kerajaan pengganti dari Kerajaan kekal yang dijanjikan Allah kepada Daud. Kerajaan Yesus adalah Kerajaan Daud yang dibawa kepada kepenuhannya.

Salah satu ciri khas dari Kerajaan Daud itu adalah adanya Perdana Menteri. Yesaya menubuatkan suatu pergantian pemerintahan di mana seorang perdana menteri akan diganti (Yes 22:15-25). Tanda dari jabatan Perdana Menteri itu adalah Kunci. Kunci tersebut menggambarkan otoritas Sang Perdana Menteri. �Apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.�  Dalam Injil, Kepenuhan ciri khas Kerajaan Daud di atas ditemukan dalam penunjukan Petrus sebagai Perdana Menteri yang dilimpahi otoritas yang disimbolkan dengan Kunci-kunci Kerajaan oleh Sang Raja, Yesus Kristus. Posisi menteri sendiri dalam Kerajaan-Nya diisi oleh Para Rasul lain.

Karena Kerajaan Kristus berlangsung selamanya, maka posisi, otoritas, serta kewibawaan Para Rasul sekarang diteruskan kepada para suksesornya, yaitu Para Uskup dan Posisi Petrus kepada Para Paus sebagai suksesornya.  Pemahaman ini dengan jelas terekam melalui pernyataan Petrus pada saat pemilihan Matias sebagai pengganti Yudas dalam Kisah Para Rasul  1:15-26. Petrus sendiri berkata, �Biarlah jabatannya diambil orang lain� (Kis 1:20). Hal menarik untuk dilihat bahwa Kitab Suci versi terjemahan  King James Version menerjemahkan ayat 20 menjadi  "and his bishoprick (jabatan Keuskupan) let another take."

Perjanjian Baru dan Sejarah juga menunjukan bahwa Para Rasul mengatur sebuah organisasi yang terlihat. Setiap penulis Kristen pada abad-abad awal hingga Reformasi Protestan mengakui bahwa Kristus mendirikan sebuah institusi yang berkelanjutan. Contoh tertua datang dari tulisan St. Ignasius dari Antiokia kepada umat di Smyrna pada awal abad kedua. Dia menulis sebagai berikut:
 "Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ. (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110])".
Jika Kristus mendirikan institusi ini, Ia harus menjaga agar institusi ini tetap eksis dan dapat dikenali. Tambahan lagi, karena Ia akan segera meninggalkan bumi dan kembali ke Surga, maka dengan hadirnya Gereja, maka ajaranNya akan tetap terjaga. Semua ini terpenuhi melalui suksesi apostolik para uskup dan kepenuhan pemeliharaan pesan-pesan kepada umat Kristen dijamin melalui karunia infallibilitas. St. Irenaeus , Uskup Lyon, murid dari St. Ignatius dari Antiokia dan St. Polikarpus dari Smyrna (Keduanya adalah murid langsung dari St. Yohanes Rasul Sang Penulis Injil) juga menekankan akan pentingnya suksesi apostolik dalam bukunya Adversus Haereses (180 M) . 9

Kesimpulan
Kristus dalam Injil menginstruksikan Petrus dan Para Rasul untuk mewartakan segala yang IA ajarkan (Mat 28:19-20) dan menjanjikan perlindungan dari Roh Kudus untuk �membimbing kepada seluruh kebenaran (Yoh 16:13). Mandat dan janji tersebut menjamin Gereja tidak akan pernah jatuh kepada kesesatan ajaran (Mat 16:18) malah Gereja-lah yang menjadi tiang dasar dan penopang kebenaran  (1 Tim 3:15).
Adalah Roh Kudus yang mencegah Paus dari mengajarkan kesesatan secara ex-Cathedra dan karunia ini telah hadir sejak Gereja ada. Jika, seperti yang Kristus janjikan, alam maut tidak akan menguasai Gereja Katolik maka Gereja Katolik harus terlindung dari kejatuhan kepada kesesatan ajaran. Hal ini berlaku juga kepada Petrus dan Para Paus sebagai nakhoda Gereja Katolik dan Wakil Kristus.




Catatan Kaki:
1. Konsili Vatikan II dalam Dokumen Lumen Gentium art 25
2. Konsili Vatikan II dalam Dokumen Lumen Gentium art 25
3. Konsili Vatikan I dalam Dokumen Pastor Aeternus Chapter 4
4. Lihat Creative Fidelity: Weighing and Interpreting Documents of the Magisterium, oleh RD. Francis A. Sullivan, chapter 6
5. Lihat Pope Honorius Before The Tribunal of Reason and History oleh RP. Paul Bottalia, SJ halaman 1-16.
6. Konsili Konstantinopel III (680-681 M)
This pious and orthodox creed of the divine favour was enough for a complete knowledge of the orthodox faith and a complete assurance therein. But since from the first, the contriver of evil did not rest, finding an accomplice in the serpent and through him bringing upon human nature the poisoned dart of death, so too now he has found instruments suited to his own purpose--namely Theodore, who was bishop of Pharan, Sergius, Pyrrhus, Paul and Peter, who were bishops of this imperial city, and further Honorius, who was pope of elder Rome, Cyrus, who held the see of Alexandria, and Macarius, who was recently bishop of Antioch, and his disciple Stephen -- and has not been idle in raising through them obstacles of error against the full body of the church sowing with novel speech among the orthodox people the heresy of a single will and a single principle of action in the two natures of the one member of the holy Trinity Christ our true God, a heresy in harmony with the evil belief, ruinous to the mind, of the impious Apollinarius, Severus and Themistius, and one intent on removing the perfection of the becoming man of the same one lord Jesus Christ our God, through a certain guileful device, leading from there to the blasphemous conclusion that his rationally animate flesh is without a will and a principle of action.
7. Lihat Pope Honorius Before The Tribunal of Reason and History oleh RP. Paul Bottalia, SJ halaman 16-44.
8. Lihat Pope Honorius Before The Tribunal of Reason and History oleh RP. Paul Bottalia, SJ halaman 16-44.
9. Baca Audiensi Umum Paus Benediktus XVI mengenai St. Ireneus dari Lyon, Rabu 28 Maret 2007 di Lapangan St. Petrus.

Recent Post