Latest News

Monday, February 28, 2011

PRAYER FOR THE UNBORN CHILD

PRAYER FOR THE UNBORN CHILD


Almighty God, our Father,
you who have given us life
and intended us to have it forever,
grant us your blessings.
Enlighten our minds to an awareness
and to a renewed conviction
that all human life is sacred
because it is created
in your image and likeness.
Help us to teach by word
and the example of our lives
that life occupies the first place,
that human life is precious
because it is the gift of God
whose love is infinite.
Give us the strength to defend human life
against every influence
or action that threatens or weakens it,
as well as the strength
to make every life more human
in all its aspects.

Give us the grace...

When the sacredness of life
before birth is attacked,
to stand up and proclaim
that no one ever has the authority
to destroy unborn life.

When a child is described as a burden
or is looked upon only as a means
to satisfy an emotional need,
to stand up
and insist that every child is a unique
and unrepeatable gift of God,
a gift of God
with a right to a loving
and united family.

When the institution of marriage
is abandoned to human selfishness
or reduced to a temporary conditional arrangement
that can easily be terminated,
to stand up and affirm
the indissolubility of the marriage bond.

When the value of the family is threatened
because of social and economic pressure,
to stand up and reaffirm
that the family is necessary
not only for the private good of every person,
but also for the common good of every society,
nation and state.

When freedom is used to dominate the weak,
to squander natural resources and energy,
to deny basic necessities to people,
to stand up and affirm
the demands of justice and social love.

Almighty Father,
give us courage to proclaim the supreme dignity
of all human life and to demand
that society itself give its protection.
We ask this in your name,
through the redemptive act
of your Son and in the Holy Spirit.

Amen.


(Adapted from Pope John Paul II's homily of October 7, 1979.)

Wednesday, February 23, 2011

SUARANYA ADALAH YOHANES, SABDANYA ADALAH KRISTUS

oleh: St Agustinus, Uskup (354-430)

Yohanes adalah suara, tetapi Yesus adalah Sabda yang ada sejak semula. Yohanes adalah suara yang ada untuk suatu masa; tetapi sejak dari semula Kristus adalah Sabda yang hidup untuk selamanya.

Singkirkanlah sabdanya, maknanya, dan apalah artinya suara? Bilamana tidak ada makna, maka yang tinggal hanyalah suara tanpa makna. Suara tanpa kata sampai ke telinga tetapi tidak menggerakkan hati.

Tetapi, marilah kita cermati apa yang terjadi apabila kita pertama-tama berusaha menggerakkan hati. Ketika aku memikirkan mengenai apa yang hendak aku katakan, kata atau pesan telah ada dalam hatiku. Apabila aku hendak berbicara kepadamu, aku mencari cara untuk membagikan kepada hatimu apa yang telah ada dalam hatiku.


Dalam usahaku untuk mencari cara agar pesan ini sampai kepadamu, agar kata yang telah ada dalam hatiku mendapatkan tempat juga dalam hatimu, aku mempergunakan suaraku untuk berbicara kepadamu. Suaraku menyampaikan makna kata kepadamu dan kemudian suara itu pun hilang. Kata yang disampakan suara kepadamu sekarang ada dalam hatimu, dan meski demikian kata yang sama masih tetap ada pula dalam hatiku.

Ketika kata telah disampaikan kepadamu, tidakkah suara seakan berkata: Kata haruslah bertumbuh, sementara aku harus lenyap? Suara telah menjadikan dirinya terdengar demi melayani kata, dan kemudian suara pun lenyap, seolah hendak mengatakan: Sukacitaku telah sempurna. Marilah kita mencamkan kata; janganlah kita kehilangan kata yang telah dikandung dalam lubuk hati kita.

Adakah kalian memerlukan bukti bahwa suara berlalu tetapi Sabda Allah tinggal? Di manakah suara Yohanes Pembaptis sekarang? Ia telah menunaikan tugasnya, dan ia pun lenyap. Sekarang, pembaptisan Kristus-lah yang kita rayakan. Segala yang kita yakini ada dalam Kristus; kita mengharapkan keselamatan dalam Dia. Inilah pesan yang diserukan sang suara.

Sebab sulit membedakan kata dari suara, bahkan Yohanes sendiri disangka sebagai Kristus. Suara dianggap Sabda. Tetapi suara mengenali Sabda, dan tegas tak hendak menghinakan Sabda. Aku bukanlah Kristus, katanya, bukan pula Elia, ataupun nabi. Pertanyaan muncul: Jadi, siapakah engkau? Jawabnya: Aku adalah suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan.

Suara orang yang berseru-seru di padang gurun adalah suara orang yang memecah keheningan. Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, katanya; seolah ia hendak mengatakan: �Aku berkata demi menghantar Dia masuk ke dalam hati kalian, tetapi Ia tidak memilih masuk ke mana aku menghantar-Nya terkecuali jika kalian mempersiapkan jalan untuk-Nya.�

Mempersiapkan jalan berarti berdoa dengan baik; berarti berpikir merendahkan diri. Hendaknyalah kita belajar dari Yohanes Pembaptis. Ia dianggap sebagai Kristus; tetapi ia memaklumkan diri bahwa dia bukanlah yang mereka sangka. Ia tidak mengambil keuntungan dari kesalahan mereka demi kemuliaannya sendiri.

Andai ia mengatakan, �Akulah Kristus,� dapatlah kalian bayangkan bagaimana orang akan segera percaya, sebab mereka telah percaya bahwa ia adalah Kristus bahkan sebelum ia mengatakannya. Tetapi ia tidak mengatakannya; ia mengakui siapa dirinya. Ia memaklumkan dengan jelas siapa dia; ia merendahkan dirinya.

Ia tahu di mana keselamatannya terletak. Ia mengerti bahwa ia adalah lampu, dan ketakutannya adalah bahwa ia dapat terbakar oleh angin kesombongan.


sumber: yesaya dot indocell dot net

Saturday, February 19, 2011

SANTO KONRADUS DARI PIACENZA [1290-1351]


Saudari dan Saudaraku yang dikasihi Kristus,

Perihal: SANTO KONRADUS DARI PIACENZA [1290-1351]

Pada hari ini, tanggal 19 Februari, keluarga Fransiskan Sekular memperingati Santo Konradus dari Piacenza, seorang Fransiskan sekular. Konradus dilahirkan di Piacenza, Lombardy pada tahun 1290 dari sebuah keluarga bangsawan. Dia menikah dengan Euphrosyne, anak perempuan seorang bangsawan dari Lodi. Kesukaan Konradus adalah berburu.


Pada suatu hari Konradus pergi berburu dan mangsanya bersembunyi di dalam semak belukar. Untuk memaksa buruannya itu keluar dari semak belukar yang lebat, Konradus memerintahkan para pembantunya untuk membakar semak belukar itu. Tetapi, apa mau dikata, angin kencang bertiup dengan kerasnya sehingga menyebabkan kobaran api menyebar ke ladang di dekat situ dan menghabiskan tanaman di sana, juga hutan yang terletak tidak jauh dari situ.

Gubernur Piacenza langsung mengirimkan pasukan bersenjatanya guna menangkap oknum yang menyebabkan terjadinya musibah ini.

Melihat bencana yang disebabkan olehnya, Konradus ditimpa rasa takut yang melumpuhkan. Dia berhasil melarikan diri dan kembali ke kota melalui jalan-jalan sunyi yang jarang dilalui orang-orang. Kemudian ada seorang petani miskin yang terlihat membawa seonggok kayu api yang sudah menjadi arang ke dalam kota. Orang-orang percaya petani inilah biang kerok dari bencana kebakaran yang terjadi. Dia ditangkap dan disiksa sehingga memaksa petani ini membuat sebuah pernyataan, bahwa dialah penyebab kebakaran besar itu. Petani miskin itu dijatuhi hukuman mati.

Si petani miskin dan rombongan orang banyak yang ikut mengiringinya ke tempat penghukumannya, berjalan melalui rumah Konradus. Baru pada saat itulah Konradus mengetahui alasan dari penghukuman atas diri petani miskin itu. Didorong oleh nuraninya, Konradus berlari ke tengah-tengah rombongan dan menyelamatkan si petani dari para pengawalnya. Di depan orang banyak Konradus mengakui bahwa dialah yang bersalah. Ia kemudian pergi menghadap gubernur dan menjelaskan bahwa kebakaran itu disebabkan oleh kesalahannya. Dia juga berjanji untuk memperbaiki segala kerusakan yang telah terjadi. Istrinya juga bergabung dengan Konradus dalam tindakan good will ini. Istrinya mengorbankan maharnya (mas kawin) untuk membantu Konradus menebus segala kesalahannya.

Insiden ini mengajar Konradus tentang kesia-siaan hal-hal dari dunia ini, maka dia berketetapan hati untuk hanya memusatkan perhatian pada hal-hal yang kekal saja. Dia mengungkapkan perasaan-perasaannya kepada istrinya, yang ternyata berperasaan sama. Euphrosyne kemudian bergabung dalam sebuah biara suster-suster Klaris dan menerima kerudung susternya dalam biara ini. Di lain pihak, Konradus, yang pada waktu itu berusia 25 tahun, meninggalkan kota asalnya dan bergabung dengan sekelompok pertapa Ordo III Santo Fransiskus.

Dalam waktu yang cukup singkat Konradus membuat kemajuan dalam keutamaan-keutamaan, sehingga keharuman namanya sebagai seorang kudus menarik banyak teman-teman lamanya dan orang-orang lain sehingga banyak yang datang mengunjunginya di pertapaan. Akan tetapi Konradus sungguh berniat untuk meninggalkan dunia secara paripurna, sehingga diam-diam dia pergi ke Roma dan dari sana pergi ke Sicilia menuju lembah Noto, dekat Syracus, tempat di mana dia berharap tidak dikenal dalam pengasingan dirinya sebagai seorang pertapa. Di sana, Konradus hidup selama 36 tahun. Pada tahun terakhir hidupnya dia tinggal dalam sebuah gua yang sunyi-terpencil yang terletak di gunung bernama Konradus juga.

Di tempat itu Konradus menjalani suatu hidup pertobatan secara ekstrim, tidur di atas tanah dan hanya makan roti dan minum air ditambah herbal liar. Dia juga sering mengalami serangan keji dari Iblis. Namun dengan doa-doa dan kemurnian tubuhnya dia mengusir roh jahat, dan karena begitu menyenangkan Allah, Konradus dianugerahi karunia untuk bernubuat dan membuat mukjizat.
Ketika Konradus merasakan bahwa akhir hayatnya sedang mendekat, dia turun gunung dan pergi ke Syracus untuk membuat suatu pengakuan umum kepada uskup sehubungan dengan kehidupannya. Dalam perjalanannya sekawanan burung beterbangan di sekeliling dirinya dan beberapa ekor hinggap di pundaknya seperti yang telah terjadi dengan Santo Fransiskus. Ketika dalam perjalanannya kembali ke pertapaannya di atas gunung, burung-burung itu menemani dia lagi, sehingga membuat orang-orang yang melihatnya menjadi takjub. Pada hari yang sama Konradus terserang penyakit demam, yang mengakibatkan kematiannya beberapa hari kemudian. Dia menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 19 Februari 1351, ketika berada dalam posisi berlutut di depan Sang Tersalib. Seturut permintaannya sendiri, Konradus dimakamkan di gereja Santo Nikolaus di Noto. Banyak mukjizat terjadi di makamnya. Pada tahun 1515 Paus Leo X [1513-1521] mengizinkan pestanya dirayakan di Noto. Paus Urbanus VIII [1623-1644] mengkanonisasikan orang kudus ini sebagai seorang santo pada tahun 1625. Demikianlah cerita singkat mengenai Santo Konradus dari Piacenza yang kita peringati pada hari ini. [Sumber: P. Marion A. Habig OFM, THE FRANCISCAN BOOK OF SAINTS.


Berkat Allah Tritunggal Mahakudus senantiasa menyertai anda sekalian.
Salam persaudaraan,
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

http://catatanseorangofs.wordpress.com/2011/02/19/santo-konradus-dari-piacenza-1290-1351/

Tuesday, February 15, 2011

Bagaimana Awalnya Saya Bisa Mengenal Katolik (Kesaksian seorang Remaja)

Salam Damai,

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan berbicara via chat fb dengan seorang remaja yang saat ini belum menjadi Kristen Katolik (dia masih seorang Kristen Protestan), namun sangat berkeinginan sekali menjadi Kristen Katolik. Tahun ini dia akan berusia 15 tahun. Karena sesuatu hal, dia belum bisa menjadi Katolik saat ini. Mari kita doakan supaya dia tetap teguh dalam imannya.

Pada suatu titik pembicaraan, saya bertanya tentang bagaimana awalnya ia bisa mengenal Katolik. Saya meminta dia membuat kesaksiannya dan meminta izin agar kesaksiannya boleh dipublikasikan di page Gereja Katolik ini. Dia pun kemudian menuliskan pengalaman hidupnya mengenal Katolik dan dia kirim via message fb ke saya. Dalam note ini, saya sekalian menambahkan artikel tentang Santa Perawan Maria dari Guadalupe. Mari kita membaca kisahnya ini:



 ============================

Beberapa hari yang lalu, aku pertama kali mengenal Katolik lewat internet. Anehnya, aku mencari di Google tentang "mukjizat Maria". Lalu di pencariannya aku mendapatkan situs yesaya.indocell.net. Awalnya, yang kubaca itu tentang penampakan Maria di Naju, Korea (Info, Penampakan ini telah ditolak Gereja Katolik). Lalu, aku mulai membuka artikel yang lain. Terutama kisah para kudus, yang kebanyakan menjadi inspirasi hidupku. Kemudian, aku membaca semua kisah penampakan tentang bunda Maria. Dan, yang paling membuatku berkesan adalah kisah penampakan Bunda Maria kepada St. Juan Diego di Guadalupe.

Pada hari Minggu, aku pergi ke gereja Protestan seperti biasanya. Sehabis pulang dari gereja, aku pergi ke toko rohani Protestan di gereja. Betapa terkejutnya aku! Aku menemukan lukisan Bunda Maria dari Guadalupe di toko tersebut (padahal toko itu dikelola oleh gereja Protestan) Aku langsung membeli lukisan tersebut. Memajangnya di kamarku. Anehnya, aku semakin menyukai gambarnya dan berdoa kepada Bunda Maria di depan lukisan tersebut. Itulah, pertama kalinya aku berdevosi kepada St. Perawan Maria.

Di situs Katolik tersebut, aku juga mempelajari tentang "mengunjungi gereja Katolik". Akhirnya, aku belajar sendiri bagaimana caranya masuk ke dalam gereja Katolik. Hari Minggu selanjutnya, aku pergi ke gereja Katolik untuk pertama kalinya 2 Mei 2010. Awalnya aku bingung, takut salah tata cara masuk ke dalam gereja. Walaupun misa hampir mulai, aku tetap menunggu di parkiran menunggu di parkiran. Lalu, datang sepasang suami istri yang juga hendak masuk ke gereja. Suaminya memarkirkan sepeda motornya di parkiran, sedangkan istrinya masuk ke dalam gereja. Akupun mengikuti istrinya masuk ke dalam gereja. Pertama, kulihat dia mengambil air lalu membuat tanda salib. Kuikuti juga. Lalu dia berlutut menghormati Tabernakel, kuikuti juga. Lalu, aku duduk di kursi didekatnya.

Awalnya, aku canggung dengan misa, takut salah gerakan dan doanya. Jadi, aku lebih banyak diam. Saat Komuni, aku bingung antara mau maju atau enggak. Lalu, aku bertanya kepada perempuan di dekatku,

"Yang mengambil Komuni itu, cuma orang Katolik kan?"

Perempuan itu menjawab, "Iya, kamu sudah Komuni belum?"

Kujawab dia, "Belum."


Anehnya, ketika aku mengatakan hal tersebut batinku berkata,

"Kalau begitu, kamu belum bisa maju."


Lalu, perempuan tersebut maju untuk Komuni. Sementara aku cuma duduk diam saja di kursi.

Setelah pulang dari gereja, aku merasa senang ikut misa. Aku merasa lebih damai. Kemudian, aku memantapkan hatiku untuk menjadi seorang Katolik. Aku memberanikan diri menemui imam untuk menyatakan keinginanku menjadi Katolik. Saat, aku bertemu dengan imam akupun bertanya, apakah aku harus dibaptis lagi untuk jadi seorang Katolik? Imam itupun bertanya tentang asal gereja Protestanku darimana, lalu kujawab saja. Setelah itu, dia mengatakan tak perlu lagi dibaptis. Cukup ikut katekumen saja. Saat Jumat Pertama, aku ikut misa dan membawa barang-barang rohani di rumahku (Salib dan lukisan Bunda Maria dari Guadalupe) untuk diberkati oleh imam. Sehabis pulang dari gereja, akupun bertanya dengan imam untuk membeli Rosario. Dan, setelah membeli Rosario, Imampun memberkati Rosario yang kubeli itu.

Sepulangnya dari rumah, aku mulai berdoa Rosario untuk pertama kalinya sekaligus menghafal doa-doanya. Sejak saat itu, aku mulai jatuh cinta dengan doa Rosario dan Salam Maria.

===============


SANTA PERAWAN MARIA DARI GUADALUPE (12 Desember)


"Janganlah khawatir mengenai apapun,

bukankah aku ada di sini?

Aku, yang adalah bundamu.

Bukankah engkau ada dalam perlindunganku?"

Bunda Maria dari Guadalupe

Pada subuh yang dingin 9 Desember 1531, seorang petani yang sudah menjadi duda dalam usia 50 tahun, yang belum lama dibaptis dan menggantikan namanya dari �Elang Bernyanyi� menjadi Juan Diego, keluar dari rumahnya di desa Tolpetlac dekat Guauhtitlan Mexico. Ia bergegas pada Sabtu pagi itu menuju Tlatelolco untuk ikut ambil bagian dalam Misa. Ia memang setiap hari menghadiri Misa. Pagi itu ia berjalan melintasi beberapa punggung bukit menuju Tlatelolco dekat Mexico City.

Sementara menyusuri jalan, ia mendengar suara orang menyanyi. Suara seorang perempuan. Dari tempat suara, ia melihat awan putih muncul membentuk pelangi. Tiba-tiba sebuah cahaya muncul dari tengah-tengah awan dan menjadi terang benderang. Ia melihat seorang perempuan yang amat cantik rupawan berdiri di depan awan. Pakaiannya berkilau keemasan.

Juan Diego menunduk dalam sikap berlutut. Perempuan itu kemudian berkata dalam bahasa setempat, bahasa Nahuatl: �Anakku, Juan Diego, kemanakah engkau hendak pergi?� Juan Diego menjawab, �Yang mulia, saya dalam perjalanan menuju gereja di Tlatelolco untuk menghadiri Misa.� Selanjutnya Bunda Maria meminta Juan Diego untuk pergi ke kediaman Uskup dan mengatakan kepadanya bahwa Bunda Maria menginginkan sebuah gereja dibangun di bukit di mana ia menampakkan diri sebagai penghormatan kepadanya.

Juan Diego bergegas ke kediaman Mgr Zumarraga, Uskup Mexico. Ia ragu-ragu, ia menyadari dirinya sebagai seorang Indian yang tak dikenal. Menjelang malam, ia datang kembali ke bukit. Bunda Maria sudah menunggu di sana. Juan minta agar Bunda Maria mengirim orang lain saja untuk menghadap Uskup. Katanya, �Saya hanya seorang yang miskin. Saya merasa tidak layak hadir di tempat Uskup. Maafkan saya, ya Ratu. Saya tidak bermaksud menyakiti hatimu.� Tetapi Bunda Maria menegaskan bahwa ia menghendaki Juan dan bukan orang lain. Sebab itu, keesokan harinya Juan memberanikan diri menghadap Bapa Uskup. Uskup mengajukan sejumlah pertanyaan dan mengatakan bahwa jika benar ia adalah Bunda Allah, maka ia perlu memberi bukti.

Pada tanggal 12 Desember, Bunda Maria menampakkan diri lagi kepada Juan. Ia mengajak Juan Diego mendaki sebuah bukit yang gersang, hanya kaktus dan belukar yang tumbuh di sana. Tetapi, setibanya Juan di sana, bukit itu dipenuhi bunga-bunga mawar segar yang berembun dan harum mewangi. Bunda Maria mengambil mawar-mawar yang telah dipetik dan merangkaikannya di dalam lipatan-lipatan TILMA (= mantol kasar yang dipakai suku Indian di Mexico) Juan.

Ketika Juan tiba di kediaman Uskup, Juan harus menunggu lama karena dihalang-halangi para penjaga yang dengan penuh rasa ingin tahu berusaha mengambil mawar-mawar dari mantol Juan. Namun, begitu mereka mengulurkan tangan, mawar-mawar itu seperti terpateri di mantol Juan sehingga mereka tidak dapat mengambilnya.  Di hadapan Uskup, Juan membuka tilmanya dan mawar-mawar pun berjatuhan ke lantai. Di tilma Juan terlukis gambar Bunda Allah dalam pakaian Indian. Tangannya terkatup dalam sikap berdoa, rambutnya yang hitam lembut terurai sampai ke bahunya. Wajahnya bulat oval dengan matanya setengah tertutup. Senyum merekah di bibirnya. Uskup Juan de Zumarraga jatuh berlutut. Airmata mengalir membasahi pipinya ketika ia berdoa mohon ampun karena kurang percaya. Kemudian Uskup membawa tilma Juan Diego ke dalam kapel dan meletakkannya di depan Sakramen Mahakudus.

Di kemudian hari, diadakan penyelidikan yang cermat dan teliti atas lukisan di mantol Juan Diego. Besarnya lukisan itu kurang lebih 1,50 meter. Bunda Maria mengenakan mantol berwarna hijau kebiru-biruan berhiaskan 46 bintang emas, tiap-tiap bintang brujung delapan. Jubah Bunda Maria berwarna merah jambu dengan sulaman bunga-bunga berbenang emas, sangat indah. Tepian leher dan lengan bajunya dilapisi kulit berbulu halus yang putih metah. Sebuah bros dengan salib hitam di tengah-tengah menghiasi lehernya. Di sekeliling tubuhnya bergemerlapanlah gelombang dari cahaya emas di atas latar belakang merah padam. Di pupil mata kanan Bunda Maria tergambar tiga sosok, yaitu Juan Diego, Juan Gonzalez - penerjemah, dan Uskup Zumarraga. Lukisan Santa Perawan Maria dari Guadalupe kini ditempatkan di Basilika Santa Perawan Maria dari Guadalupe di Mexico City yang didirikan pada tahun 1977.

Pada tanggal 12 Oktober 1945 Paus Pius XII mengumumkan Bunda Maria dari Guadalupe sebagai �Ratu semua orang Amerika.�





DOA MOHON PERTOLONGAN SANTA PERAWAN MARIA DARI GUADALUPE
 Bunda tercinta, kami mengasihimu.
Kami berterima kasih atas janjimu untuk menolong kami,
 bila kami berada dalam kesesakan.
 Kami mempercayakan diri ke dalam kasihmu
 yang kuasa mengeringkan air mata dan menghibur hati kami.
 Ajarilah kami menemukan damai di dalam diri Yesus Puteramu
 dan berkatilah kami di sepanjang hari-hari hidup kami.
 Tolonglah kami membangun sebuah bait di dalam hati kami.
 Jadikanlah bait kami itu seindah bait yang telah dibangun
 di atas Gunung Tepeyac bagimu.
 Suatu bait penuh penyerahan, pengharapan dan cinta kasih kepada Yesus
 yang terus berkembang setiap hari.
 Bunda tercinta, Engkau memilih tinggal bersama kami
 dengan menghadiahkan gambar dirimu sendiri yang amat ajaib dan suci
 pada jubah Juan Diego.
 Biarlah kami menikmati kehadiranmu yang penuh kasih itu
 apabila kami memandangi wajahmu.
 Berilah kami keberanian seperti Juan
 untuk menyampaikan pesan pengharapanmu kepada semua orang.
 Engkaulah Bunda kami dan sumber inspirasi kami.
 Sudi dengarkanlah dan jawablah doa-doa kami.
 Amin

3x Salam Maria.



SEKILAS TENTANG JUAN DIEGO

Pada tanggal 9 April 1990 Juan Diego dinyatakan Beato oleh Paus Yohanes Paulus II di Vatikan dan pada tanggal 31 Juli 2002 dinyatakan Santo oleh paus yang sama di Basilika Santa Perawan Maria Guadalupe, Mexico.

Santo Juan Diego dilahirkan pada tahun 1474, di Tlayacac, Cuauhtitlan, sebuah dusun sekitar 14 mil sebelah utara Tenochtitlan (Mexico City). Nama aslinya ialah Cuauhtlatoatzin, artinya �Elang Berbicara�. Ia seorang Indian yang miskin. Apabila berbicara kepada Bunda Maria, Juan Diego menyebut dirinya sebagai �bukan siapa-siapa�. Bunda Maria sering memilih untuk menampakkan diri kepada orang-orang seperti Juan, orang yang bersahaja dan rendah hati.

Sehari-hari Juan bekerja keras di ladang dan juga menganyam tikar. Ia memiliki sepetak tanah dan sebuah gubug kecil di atasnya. Ia menikah, hidup bahagia, tetapi tidak memiliki anak. Antara tahun 1524 dan 1525, ia dan isterinya dibaptis menjadi Katolik dan menerima nama baptis Juan Diego dan Maria Lucia.

Juan Diego adalah seorang yang taat dan saleh, bahkan sebelum dibaptis. Ia penyendiri, karakternya tertutup, cenderung tenggelam dalam keheningan, sering bermati raga dan biasa berjalan kaki dari dusunnya ke Tenochtitlan sejauh � 14 mil (= 22,5 km), untuk menerima pelajaran iman Katolik. Isterinya, Maria Lucia, jatuh sakit dan meninggal dunia pada tahun 1529. Juan Diego kemudian pindah dan tinggal bersama pamannya, Juan Bernardino, di Tolpetlac, yang lebih dekat jaraknya dari gereja Tenochtitlan.

Juan Diego biasa berangkat pagi-pagi sekali sebelum fajar menyingsing, agar tidak terlambat mengikuti Misa di gereja dan kemudian mengikuti pelajaran agama. Ia berjalan bertelanjang kaki, sama seperti orang-orang Indian miskin lainnya. Hanya orang-orang Aztec yang mampu saja yang memakai sandal yang terbuat dari serat tumbuh-tumbuhan atau kulit. Jika udara pagi dingin menusuk, Juan Diego biasa mengenakan kain kasar yang ditenun dari serat kaktus sebagai mantol, yang disebut tilma. Kain katun hanya dipakai oleh orang Aztec yang lebih berada.

Di salah satu perjalannya menuju gereja, yang kurang lebih memakan waktu tiga setengah jam melewati desa-desa dan bukit-bukit, Santa Perawan Maria menampakkan diri dan berbicara kepadanya untuk pertama kalinya! Bunda Maria menyapanya dengan sebutan �Juanito�, artinya �Juan, anakku terkasih. Saat penampakan, usia Juan Diego 57 tahun; usia yang cukup lanjut pada masa itu di mana kebanyakan orang hanya berusia � 40 tahun.

Setelah penampakan Guadalupe, Juan Diego menyerahkan semua usaha dan harta milik kepada pamannya. Kemudian ia sendiri tinggal di sebuah kamar di samping kapel di mana lukisan suci Bunda Maria disimpan. Juan Diego sangat mencintai Sakramen Ekaristi; dengan ijin khusus dari uskup, ia diperkenankan menyambut Komuni Kudus tiga kali seminggu, sesuatu yang tidak lazim pada masa itu. Ia menghabiskan sisa hidupnya untuk mewartakan berita penampakan kepada orang-orang sebangsanya.

Juan Diego wafat pada tanggal 30 Mei 1548 dalam usia 74 tahun. Paus Yohanes Paulus II memuji Juan Diego karena imannya yang bersahaja, yang senantiasa terpelihara oleh ajaran agama. Paus menetapkannya sebagai teladan kerendahan hati bagi kita semua.

Sumber: http://yesaya.indocell.net/id62.htm
Pax et Bonum

DOA MOHON PERTOLONGAN SANTA PERAWAN MARIA DARI GUADALUPE



Bunda tercinta, kami mengasihimu. 
Kami berterima kasih atas janjimu untuk menolong kami, bila kami berada dalam kesesakan. 
Kami mempercayakan diri ke dalam kasihmu yang kuasa mengeringkan air mata dan menghibur hati kami.  Ajarilah kami menemukan damai di dalam diri Yesus Puteramu dan berkatilah kami di sepanjang hari-hari hidup kami.  
Tolonglah kami membangun sebuah bait di dalam hati kami. 
Jadikanlah bait kami itu seindah bait yang telah dibangun di atas Gunung Tepeyac bagimu. 
Suatu bait penuh penyerahan, pengharapan dan cinta kasih kepada Yesus yang terus berkembang setiap hari.  
Bunda tercinta, Engkau memilih tinggal bersama kami dengan menghadiahkan gambar dirimu sendiri yang amat ajaib dan suci pada jubah Juan Diego. 
Biarlah kami menikmati kehadiranmu yang penuh kasih itu apabila kami memandangi wajahmu. 
Berilah kami keberanian seperti Juan untuk menyampaikan pesan pengharapanmu kepada semua orang. 
Engkaulah Bunda kami dan sumber inspirasi kami. Sudi dengarkanlah dan jawablah doa-doa kami. 
Amin 
3x Salam Maria.

Recent Post