Latest News

Wednesday, June 29, 2011

Apologi kontra artikel seorang admin dari sebuah page Ortodoks

Apologi ini saya susun untuk menyanggah bagian pertama dari artikel berjudul "Gereja mana yang lebih dahulu berdiri, Katolik Orthodox atau Katolik Roma?" yang berbicara tentang Tahta-tahta Apostolik. Untuk menanggapi bagian kutipan dari versi Uskup Ortodoks, Kallistos Ware, tentang Skisma Timur; silahkan baca artikel Skisma Timur ini. Tulisan artikel tersebut dalam warna merah, tanggapan saya dalam warna hitam.
Gereja mana yang lebih dahulu berdiri, Katolik Orthodox atau Katolik Roma?
Tanggapan: Judul dari artikel ini kurang tepat. Keempat tahta Patriarkat ini berada dalam persatuan dengan Paus Roma saat abad-abad awal. Istilah �Ortodoks� belum dikenal sebagai nama Gereja, melainkan �Katolik� yang dikenal sebagai nama Gereja. Pada saat itu hanya ada Satu Gereja Universal yaitu Gereja Katolik yang merupakan persekutuan dari tahta-tahta Apostolik yang ada dengan St. Petrus dan Para Paus Pengganti St. Petrus di Roma. Gereja Ortodoks Oriental adalah persekutuan sejumlah tahta-tahta Apostolik dengan Patriark Ortodoks Oriental dari Alexandria, tetapi melepaskan persatuan dengan Paus Roma. Gereja Ortodoks Timur adalah persekutuan sejumlah tahta-tahta Apostolik dengan Patriak Ortodoks Timur dari Konstantinopel tetapi melepaskan persatuan dengan Paus Roma. Dengan demikian, kita harus memisahkan antara konteks tahta apostolik dengan konteks persekutuan tahta-tahta Apostolik. Tahta-tahta Apostolik ini dapat dikatakan telah eksis sejak abad pertama tetapi Gereja Katolik adalah satu-satunya persekutuan tahta-tahta apostolik yang telah eksis sejak abad pertama sebab tahta-tahta apostolik tersebut berada dalam persatuan dengan St. Petrus dan Para Paus Roma. Persekutuan tahta-tahta apostolik lain eksis setelah melepaskan persatuan dengan Paus Roma. Dua orang Bapa Gereja, Santo Siprianus dan Santo Ireneus mengajarkan persatuan dengan Gereja Roma:

"With a false bishop appointed for themselves by heretics, they dare even to set sail and carry letters from schismatics and blasphemers to the chair of Peter and to the principal Church [at Rome], in which sacerdotal unity has its source; nor did they take thought that these are Romans, whose faith was praised by the preaching Apostle, and among whom it is not possible for perfidy to have entrance." (Cyprian, Letter 59 (55), 14 to Cornelius of Rome, c. AD 252)
"Since, however, it would be very tedious, in such a volume as this, to reckon up the successions of all the Churches, we do put to confusion all those who, in whatever manner, whether by an evil self-pleasing, by vainglory, or by blindness and perverse opinion, assemble in unauthorized meetings; [we do this, I say,] by indicating that tradition derived from the apostles, of the very great, the very ancient, and universally known Church founded and organized at Rome by the two most glorious apostles, Peter and Paul; as also [by pointing out] the faith preached to men, which comes down to our time by means of the successions of the bishops. For it is a matter of necessity that every Church should agree with this Church, on account of its preeminent authority � that is, the faithful everywhere � inasmuch as the Apostolic Tradition has been preserved continuously by those who are everywhere.� (Irenaeus of Lyons (c. AD 175-189); Adversus Haereses 3:3:2)
Isi artikel admin page Ortodoks tersebut secara spesifik sebenarnya berbicara mengenai Tahta Apostolik yang ada. Jadi, judul yang tepat seharusnya, Tahta mana yang lebih dahulu berdiri dari kelima tahta ini?
Bagaimanapun juga, Roma memiliki Primasinya bukan karena lebih dahulu didirikan melainkan karena St. Petrus, St. Paulus, pengajaran Para Bapa Gereja dan lain-lain. Para Apologet Katolik juga tidak mengakui Roma sebagai tahta yang pertama didirikan tetapi Primasi Roma berada di posisi pertama dibanding yang lainnya.
Gereja Perdana terdiri dari 5 pusat kota kekristenan yang semuanya memiliki Paus/Patriarkh
Tanggapan:  
Gereja Perdana yaitu Gereja Katolik pada Konsili Nicea I (325) belum mengakui Konstantinopel sebagai salah satu Tahta Patriarkat. Konstantinopel (sebelumnya Thrace) kala itu masih menjadi tahta sufragan dari Tahta Metropolitan Heraclea yang mana keduanya ini berada di bawah yurisdiksi Patriarkat Alexandria [Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p.29]. Ketika Kaisar Romawi saat itu, Konstantinus Agung, memindahkan ibukotanya ke Konstantinopel; posisi Konstantinopel semakin kuat dibanding tahta-tahta lain di timur. Makin menguatnya tahta Konstantinopel ini berkat pemindahan ibukota yang dilakukan oleh Kaisar Konstantinus Agung.

Tahun 381, 150 orang Uskup timur mengadakan konsili lokal di Konstantinopel untuk menghukum bidaah Macedonianisme (Penolakan terhadap keilahian Roh Kudus). Dalam Konsili ini juga kita melihat usaha-usaha klerus Konstantinopel untuk menaikkan status Tahta Konstantinopel. Kanon 3 Konsili Konstantinopel I (381) menyatakan Konstantinopel memiliki Primasi �setelah� Roma  tetapi kanon 3 ini bukan kanon yang ekumenis [Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p.32-34]. Kanon ini ditolak keras oleh Roma dan Alexandria. Alexandria merasa dilangkahi oleh Konstantinopel sebab pada mulanya Alexandria adalah yang kedua. Roma menolaknya karena tidak sesuai dengan kanon 6 Konsili Nicea. Klerus-klerus Konstantinopel kembali mengajukan kanon 3 Konstantinopel I untuk dimasukkan dalam Kanon 28 Konsili Kalsedon tetapi tidak lagi �Privileges setelah Roma� melainkan �Privileges yang setara dengan Roma�.
Because it is new Rome, the bishop of Constantinople is to enjoy the privileges of honour after the bishop of Rome. (Canon 3, Constantinople I) 
"...we do also enact and decree the same things concerning the privileges of the most holy Church of Constantinople, which is New Rome. For the Fathers rightly granted privileges to the throne of old Rome, because it was the royal city. And the one hundred fifty most religious Bishops gave equal privileges to the most holy throne of New Rome, justly judging that the city is honored with the Sovereignty and the Senate and enjoys equal privileges with the old imperial Rome...." (Canon 28, Chalcedon)
Patriarkh Anatolius dari Konstantinopel dengan mengakui otoritas Paus St. Leo Agung dari Roma meminta Paus St. Leo I untuk mengonfirmasi kanon 28 tersebu:
As for those things which the universal Council of Chalcedon recently ordained in favor of the church of Constantinople, let Your Holiness be sure that there was no fault in me, who from my youth have always loved peace and quiet, keeping myself in humility. It was the most reverend clergy of the church of Constantinople who were eager about it, and they were equally supported by the most reverend priests of those parts, who agreed about it. Even so, the whole force of confirmation of the acts was reserved for the authority of Your Blessedness. Therefore, let Your Holiness know for certain that I did nothing to further the matter, knowing always that I held myself bound to avoid the lusts of pride and covetousness  -- Patriarch Anatolius of Constantinople to Pope Leo, Ep 132 (on the subject of canon 28 of Chalcedon).
Paus St. Leo Agung yang diakui oleh Ortodoks sebagai santo juga menolak tambahan ini karena bertentangan dengan Kanon 6 Konsili Nicea. Berikut tulisannya kepada Patriarkh Anatolius dari Konstantinople:
"And so after the not irreproachable beginning of your ordination, after the consecration of the bishop of Antioch, which you claimed for yourself contrary to the regulations of the canons, I grieve, beloved, that you have fallen into this too, that you should try to break down the most sacred constitutions of the Nicene canons: as if this opportunity had expressly offered itself to you for the See of Alexandria to lose its privilege of second place, and the church of Antioch to forego its right to being third in dignity, in order that when these places had been subjected to your jurisdiction, all metropolitan bishops might be deprived of their proper honour." (Pope Leo to Patriarch Anatolius of Constantinople)
"The rights of provincial primates may not be overthrown nor metropolitan"bishops be defrauded of privilege based on antiquity. The See of Alexandria may not lose any of that dignity which it merited through S. Mark, the evangelist and disciple of blessed Peter...The church of Antioch too, in which at first the preaching of the blessed Apostle Peter the Christian name arose.must continue in the position assigned to it by the Fathers. (Leo, Ep. 56)
Dan ini tulisan Paus St. Leo terhadap Kaisar Marcianus mengenai keinginan Konstantinopel untuk menaikkan status tahtanya:
"Let the city of Constantinople have, as we desire, its high rank, and under the protection of God's right hand, long enjoy your clemency's rule. Yet things secular stand on a different basis from things divine; and there can be no buliding save on that rock which the Lord has laid for a foundation." (Leo, Ep. 54) 

Penambahan kanon ini sendiri dilakukan ketika para Legatus (Utusan) Paus St. Leo tidak hadir dalam salah satu sesi konsili Kalsedon yang menghasilkan kanon 28 tersebut, yaitu pada tanggal 31 Oktober 451 [Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p. 37]. 1 November 451, Para Legatus Paus St. Leo Agung ( Lima orang; Lucentius, Basil, Paschasius dari Lilybaeum, Bonifasius dan Julian dari Cos [Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p. 36] ) mengadakan sesi baru untuk memeriksa hal yang terjadi selama mereka absen dari sesi terakhir. Para Legatus memprotes kanon 28 tersebut karena bertentangan dengan Kanon 6 Nicea. 

Terjadi debat antara Aetius Sang Diakon Agung Konstantinopel dengan Uskup Lucentius Sang Legatus Paus St. Leo. Uskup-uskup wilayah Illyrian, Uskup Eusebius dari Ancyra, Metropolitan Galatia dan yang lainnya menolak menandatangani kanon 28 ini [ Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p. 40]. Konsili tersebut sudah selesai dan menghasilkan 27 kanon. Konsili Kalsedon mengakui Konsili Konstantinopel I sebagai ekumenis hanya pada dekrit dogmatiknya, sedangkan dekrit non-dogmatiknya seperti Kanon 3 tidak diakui sebagai kanon ekumenis. Meskipun demikian, Roma akhirnya seiring waktu mengakui Konstantinopel sebagai yang kedua setelah Roma. Paus Innosensius III memberikan tempat kedua kepada Patriark Latin Konstantinopel pada Konsili ekumenis Lateran IV tahun 1215. Dan pada Konsili ekumenis Florence, tempat kedua tersebut diberikan kepada Patriark Yunani Konstantinopel tetapi bukan dalam konteks doktrin melainkan disiplin gerejawi. Anyway, setidaknya pembaca mengetahui bagaimana usaha-usaha klerus-klerus Konstantinopel untuk menaikkan status tahta mereka. ^_^
1. Yang pertama kali berdiri adalah Kepausan Antiokhia (Orthodox Syria / Antiokhia), yang didirikan oleh Rasul Petrus pada tahun 37 M, Rasul Petrus mengangkat St. Evodius sebagai Penggantinya di Antiokhia pada tahun 53 M.
Tanggapan: Sungguh tepat bahwa St. Petrus membangun suksesi Apostolik Tahta Antiokia. Tetapi sekalipun demikian, Primasi St. Petrus tetap berada di Roma karena Roma yang berhak mewarisinya karena Roma adalah suksesor aktualnya. St. Petrus menyerahkan tahta Antiokia kepada St. Evodius, setelah itu dia menjadi Uskup Roma hingga akhirnya meninggal sebagai martir di Roma. Tambahan, karena pada saat itu belum dikenal istilah �ortodoks syria� jadi penambahan dalam kurung tersebut kurang pas untuk dimasukkan. Berikut kutipan-kutipan dari St. Ignasius, Uskup Antiokia dan Theodoret, Uskup Cyrus (Cyrus berada di bawah yurisdiksi Antiokia).
"Ignatius, also called Theophorus, to the Church that has found mercy in the transcendent Majesty of the Most High and... which presides in the chief place of the Roman territory, a church worthy of God, worthy of honor... presiding in love, maintaining the law of Christ, and bearer of the Father's name: her [and her members -- EBB] do I therefore salute... who imperturbably enjoy the full measure of God's grace and have every foreign stain filtered out of them." + St. Ignatius of Antioch (c. AD 98-117) (Letter to the Romans, preface)
"I therefore beseech your holiness to persuade the most holy and blessed bishop (Pope Leo) to use his Apostolic power, and to order me to hasten to your Council. For that most holy throne (Rome) has the sovereignty over the churches throughout the universe on many grounds." -Theodoret, Bishop of Cyrus in Syria (450) (Theodoret, Tom. iv. Epist. cxvi. Renato, p. 1197).
2. Pada tahun 38 M, Rasul Andreas mengangkat Rasul Stachys sebagai Uskup Agung di Konstantinopel (Ortodoks Byzantine), Rasul Stachys adalah Patriarkh kedua di Konstantinopel setelah St. Andreas.
Tanggapan: Menurut Pater Francis Dvornik, klaim ini baru muncul pada abad ke-9 dalam usaha Klerus mereka untuk menghubungkan tahtanya kepada St. Andreas [Byzantium and The Roman Primacy]. Pater Adrian Fortescue menyatakan bahwa klaim ini ditemukan dalam sebuah karya pemalsuan yang diatributkan kepada Dorotheus, Uskup Tyrus [Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p.29]. Perlu diketahui bahwa Uskup Konstantinopel yang paling pertama benar-benar dikenal adalah Metrophanes I yang menjadi Uskup Konstantinopel pada tahun 323-337 [Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p.29].
Hasil pencarian saya juga tidak menemukan testimoni para Bapa Gereja mengenai apakah St. Stachys ditahbiskan oleh St. Andreas atau Rasul yang lain. Sejarah Gereja karya Eusebius dari Caesarea menyebutkan nama-nama Uskup perdana dari keempat Patriarkat lain tetapi tidak ada daftar-daftar Uskup-uskup perdana dari Konstantinopel bahkan St. Stachys pun tidak sekali pun disebutkan.
3. Pada tahun 43 M, Rasul Markus memberitakan Injil hingga Alexandria (Ortodoks Koptik/Alexandria) beliau digantikan oleh St. Ananius sebagai Patriarkh kedua di Alexandria pada tahun 68 M.
Tanggapan: Tidak ada keberatan berarti di sini kecuali penambahan dalam kurung tersebut. Alasan ini sama dengan tanggapan terhadap Tahta Antiokia.

4. Konsili pertama di Yerusalem (Kis. 15) menetapkan teladan untuk menyelesaikan perselisihan Gereja di konsili dan permasalahan di dalam jemaat (mengenai pengajaran yang benar). Yakobus memimpin sebagai episkop/uskup. (Kepatriarkhan Yerusalem, Orthodox Yerusalem) pada tahun 50 M, beliau digantikan oleh St. Simeon I pada tahun 63 M.
Tanggapan: Tidak ada keberatan berarti di sini kecuali penambahan dalam kurung tersebut (Alasan ini sama dengan tanggapan terhadap Tahta Antiokia.) dan fakta bahwa pada awal mulanya Yerusalem bukanlah tahta kepatriarkan. 
5. Linus ditahbiskan menjadi Uskup Pertama di Roma. (Kepausan Roma, Katolik Roma) pada tahun 66 M. Pengangkatan Linus menjadi Kontroversi, beberapa catatan "Apostolik Succesion" menyatakan Linus diangkat oleh Paulus, namun Katolik Roma percaya bahwa Linus diangkat oleh Petrus, untuk memperlihatkan bahwa Roma adalah Tahta Suci dari St. Petrus.
Tanggapan:
Pengangkatan Linus sebenarnya tidak menjadi kontroversi kecuali bagi mereka yang sengaja menganggapnya kontroversi atau bagi mereka yang kebingungan. Pandangan dari si admin page Ortodoks tersebut adalah Uskup pengganti seorang Rasul harus ditahbiskan oleh Rasul yang sama tersebut. Sedangkan yang paling benar adalah Uskup suksesor menduduki Tahta yang sama dengan yang pernah diduduki oleh Rasul tersebut dan memiliki privilege yang sama dengan Rasul tersebut sekalipun supaya masuk ke dalam bilangan Para Uskup dia ditahbiskan oleh Rasul atau Uskup dari Keuskupan lain. Admin page Ortodoks tersebut gagal untuk membedakan antara konteks Tahbisan  dengan konteks Suksesi Apostolik.
Contoh: Tahta Keuskupan Agung GROGOL mengalami kekosongan karena uskup meninggal. Paus menunjuk seorang Imam sebagai Uskup Pengganti untuk Keuskupan Agung GROGOL tersebut. Nah, Imam tersebut ditahbiskan menjadi Uskup Agung GROGOL oleh Uskup dari Keuskupan Agung SLIPI. Uskup yang baru ini memang ditahbiskan oleh Uskup dari Keuskupan lain tetapi ia ditahbiskan untuk menduduki tahta Keuskupan Agung GROGOL dan dengan demikian dia adalah suksesor dari Uskup sebelumnya di Keuskupan Agung GROGOL. Dia bukan suksesor dari Uskup Agung SLIPI sekalipun untuk menjadi Uskup dia ditahbiskan oleh Uskup Agung SLIPI.
Contoh nyata: St. Ambrosius dilahirkan sekitar tahun 340. Ia putera seorang Gubernur Romawi di Gaul. Ketika ayahnya meninggal dunia, ibunya membawa keluarganya kembali ke Roma. Ibunya dan kakaknya - St. Marcellina - membesarkan Ambrosius dengan baik. Ambrosius menjadi seorang pengacara yang hebat. Kemudian ia diangkat menjadi gubernur kota Milan serta daerah sekitarnya. Tetapi melalui suatu peristiwa yang aneh Ambrosius sang Gubernur menjadi Ambrosius sang Uskup. Pada masa itu, umat biasa mengusulkan kepada paus nama orang yang mereka pilih sebagai uskup. Sungguh amat mengejutkan Ambrosius ketika penduduk kota Milan memilihnya. Ia berusaha menghindar, tetapi tampaknya hal itu memang kehendak Tuhan. Oleh karenanya, Ambrosius menjadi imam dan kemudian uskup kota Milan.

Nah, Uskup Milan yang sebelumnya sudah meninggal, lalu siapa yang menahbiskan St. Ambrosius menjadi Uskup? Apakah Uskup Milan yang sebelumnya itu bangkit lalu menahbiskan St. Ambrosius atau Uskup dari keuskupan lain yang menahbiskan St. Ambrosius?

 
Berdasarkan tulisan St. Ireneus di atas,  apakah St. Paulus menjadi Uskup  juga di Roma?  Seperti yang kita ketahui bahwa St. Paulus adalah Uskup tetapi bukan Uskup Diosesan melainkan Uskup Misionaris yang tidak memiliki tahta keuskupan yang tetap. St. Paulus juga tidak menjadi Uskup Diosesan Roma. St. Ireneus memang menyatakan bahwa Gereja Roma �dibangun dan diatur� oleh St. Petrus bersama St. Paulus tetapi hal ini tidak berkontradiksi dengan pernyataan bahwa St. Petrus yang pertama kali mendirikan Tahta Apostolik Roma. Tahta Apostolik yang didirikan oleh St. Petrus ini dibangun dan diatur oleh St. Petrus sendiri bersama St. Paulus. Uskup Agung Baltimore bernama Francis Patrick Kenrick dalam bukunya The  Primacy Of The Apostolic See Vindicated, menyatakan bahwa St. Petrus pertama kali datang ke Roma dibanding St. Paulus (Archbishop Kenrick of Baltimore, The  Primacy Of The Apostolic See Vindicated p. 81). Kenrick mengutip tulisan Theodoret dari Cyrus sebagai berikut:
Theodoret, commenting on the passage of St. Paul, in which he expresses, his desire to confirm the Romans in the faith, observes : "Because the great Peter was the first to instruct them in the evangelical doctrine, he necessarily said ' to confirm you ;' for he says : I do not mean to propose to you a new doctrine, but to confirm that which has been already delivered, and to water the trees that have been planted. " (Theodoret of Cyrus, Com. in c. 1, ad Rom)
St. Paulus sendiri menyatakan hal demikian dalam surat kepada umat di Roma 15:20
Rom 15:20 Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain.
Eusebius dari Caesarea menyebutkan bahwa:
"[In the second] year of the two hundredth and fifth Olympiad [A.D. 42]: The apostle Peter, after he has established the church in Antioch, is sent to Rome, where he remains as a bishop of that city, preaching the gospel for twenty-five years" (The Chronicle [A.D. 303]).
St. Hieronimus juga menyebutkan bahwa:
"Simon Peter, the son of John, from the village of Bethsaida in the province of Galilee, brother of Andrew the apostle, and himself chief of the apostles, after having been bishop of the church of Antioch and having preached to the Dispersion . . . pushed on to Rome in the second year of Claudius to overthrow Simon Magus, and held the sacerdotal chair there for twenty-five years until the last, that is the fourteenth, year of Nero. At his hands he received the crown of martyrdom being nailed to the cross with his head towards the ground and his feet raised on high, asserting that he was unworthy to be crucified in the same manner as his Lord" (Lives of Illustrious Men 1 [A.D. 396]).
So, St. Petrus dapat diyakini telah mendirikan tahta Roma sejak tahun 42 M.

Admin page Ortodoks tersebut mengklaim St. Petrus bukan Uskup Pertama di Roma melainkan Linus karena yang ditahbiskan pertama di Roma adalah Linus. Jikalau sang admin mau konsisten dengan konsepnya, seharusnya dia menyatakan bahwa Uskup Pertama di Konstantinopel adalah St. Stachys karena yang ditahbiskan pertama kali di Konstantinopel adalah St. Stachys bukan St. Andreas. Situs patriarchate.org juga menyebutkan Stachys sebagai �first bishop of the city of Byzantium�. Sebenarnya perlu dipahami juga bahwa istilah �Uskup� dapat memiliki dua makna yaitu gembala suatu keuskupan dan pengganti Para Rasul. St. Petrus adalah Uskup Pertama Roma dalam konteks dia sebagai gembala keuskupan Roma yang pertama. Sedangkan Linus adalah Uskup pertama Roma dalam konteks dialah yang pertama kali menjadi pengganti Rasul St. Petrus di Roma. Tetapi, Katolik tetap mengakui bahwa Linus adalah Paus kedua setelah St. Petrus.


Pax et Bonum

Saturday, June 25, 2011

Penjelasan dan Refleksi tentang Kehadiran Nyata Kristus dalam Ekaristi



Gereja Katolik secara konsisten meyakini dan mengajarkan Dogma Transubstansiasi. Dogma ini menyatakan bahwa dalam Perayaan Ekaristi �oleh konsekrasi roti dan anggur terjadilah perubahan seluruh substansi roti ke dalam substansi tubuh Kristus, Tuhan kita, dan seluruh substansi anggur ke dalam substansi darah-Nya. �[1]
Dengan demikian, �Kristus hadir di dalam Sakramen (Ekaristi) ini oleh perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah-Nya.� [2]
Dalam Sakramen Mahakudus tercakuplah "dengan sesungguhnya, secara real dan substansial tubuh dan darah bersama dengan jiwa dan ke-Allahan Tuhan kita Yesus Kristus dan dengan demikian seluruh Kristus" (Konsili Trente: DS 1651).[3]


Gereja Katolik menolak pernyataan Calvinis dan beberapa denominasi Protestan lain yang menganggap bahwa roti dan anggur yang telah dikonsekrasi itu hanya sekadar lambang Tubuh dan Darah Yesus Kristus.

Saudara-saudari sekalian, dogma ini bersumber dari pengajaran Yesus Kristus yang diteruskan dalam Magisterium Gereja Katolik, Kitab Suci dan Tradisi Suci.
Sekarang, mari kita melihat ke dalam Kitab Suci dan Pengajaran Para Bapa Gereja mengenai Kehadiran Nyata (Real Presence) Yesus Kristus dalam Sakramen Ekaristi.

Kitab Suci memberi kita pernyataan Yesus sendiri yang secara literal berkata:

Mat 26:26-28
26:26. Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku."
26:27 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.
26:28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.
Mrk 14:22-24
14:22 Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Ambillah, inilah tubuh-Ku."
14:23 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu.
14:24 Dan Ia berkata kepada mereka: "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.
Luk 22:19-20
22:19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."
22:20 Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.

Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus mengulang kembali dengan kata-kata yang diucapkan Yesus pada perjamuan terakhir.
1 Kor 11:23-25
11:23. Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti
11:24 dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"
11:25 Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!"

Kita telah melihat sendiri bahwa Tuhan kita Yesus Kristus berkata dengan jelas bahwa roti dan anggur yang dikonsekrasi tersebut adalah sungguh-sungguh Tubuh dan Darah-Nya. Yesus tidak berkata �inilah lambang Tubuh-Ku� juga tidak berkata �Inilah lambang Darah-Ku�. Tetapi Ia dengan tegas dan to the point  berkata �Inilah Tubuh-Ku� dan �Inilah Darah-Ku�.

Injil Yohanes juga memberikan kita bukti dan pengajaran yang sungguh eksplisit mengenai ajaran iman ini.
6:48 Akulah roti hidup.
6:49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.
6:50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."
6:52 Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan."
6:53 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.
6:54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.
6:55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.
6:56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.
6:57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.
6:58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."

Kita tidak dapat menolak kenyataan bahwa Yesus meminta kita untuk memakan daging-Nya dan darah-Nya yang tersamar dalam rupa roti dan anggur yang sudah dikonsekrasi. Sulit bagi saya pribadi  (dan semoga juga anda, para umat Katolik sekalian) untuk memahami pernyataan Yesus seluruhnya dalam perikop-perikop di atas, terutama Yoh 6:48-58, sebagai suatu pernyataan yang metafora atau simbolik belaka. Beberapa alasan mengapa kita tidak dapat memahami pernyataan Yesus dalam Yoh 6:48-58 sebagai pernyataan yang metafora atau simbolik adalah sbb:
1. Peristiwa pada perikop Yoh 6:48-58 merupakan satu-satunya peristiwa dalam Kitab Suci di mana ada begitu banyak murid yang meninggalkan Yesus terkait sebuah doktrin iman (Yoh 6:66).
2. Dari ayat yang lain di bab yang sama, kita juga menemukan bahwa ketidakpercayaan Yudas akan Ekaristi adalah akar dari pengkhianatannya kepada Kristus (Yoh 6:64, 70-71).
3. Yesus Kristus sama sekali tidak mengoreksi pernyataan-Nya atau memberikan penjelasan lebih lanjut bila pernyataannya itu adalah pernyataan simbolis. Malah, Yesus bertanya kepada Para Rasul, "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" (Yoh 6:67).
4. Fakta lain yang kita temukan dalam perikop Yoh 6:48-58 adalah pada Yoh 6:58 kata �makan� di sini memiliki kata asli dalam bahasa Yunani �t?????� (baca: tro'-go) yang secara literal bermakna �mengunyah�. [4]

PENGAJARAN PARA BAPA GEREJA
Surat kepada Gereja di Roma: �Saya tidak mengambil kesenangan akan makanan yang dapat rusak atau kesenangan hidup. Saya ingin roti dari Allah yaitu Daging Kristus (Flesh of Christ)  yang adalah keturunan Daud dan untuk minuman, saya ingin Darah-Nya yang adalah cinta yang tak dapat rusak.� (St. Ignasius dari Antiokia, murid Rasul Yohanes Penulis Injil, dalam suratnya kepada umat di Roma). [5]
Tomas Aquinas mengatakan: "Bahwa tubuh Kristus yang sebenarnya dan darah Kristus yang sebenarnya hadir dalam Sakramen ini, tidak dapat ditangkap oleh indera ..., tetapi hanya oleh iman, yang bersandar pada otoritas ilahi. Karena itu berkatalah Sirilus tentang kalimat Kitab Suci 'Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu' (Luk 22:19): 'jangan ragu-ragu apakah itu benar, melainkan terimalah kata-kata Penebus itu dalam iman. Karena Ia adalah kebenaran, jadi Ia tidak menipu'" (s.th. 3,75,1; dikutip oleh [Paus] Paulus VI, MF 18). [6]
Sesudah membaca penjelasan di atas, saya mengajukan beberapa pertanyaan reflektif untuk anda dan diri saya sendiri:
1. Apakah kita selama ini menyadari dan percaya bahwa yang setiap hari Minggu kita sambut dalam perayaan Ekaristi adalah sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus? Atau kita masih menganggap sekadar lambang saja?
2. Apakah kita sudah mempersiapkan jiwa dan raga kita semaksimal mungkin untuk menyambut Dia yang hadir dalam Ekaristi? Atau kita hanya sekadar mempersiapkan seadanya?
3. Apakah kita, dalam menyambut Tubuh dan Darah Kristus pada saat Perayaan Ekaristi, menggunakan pakaian yang sopan dan pantas? Atau kita masih memilih secara asal-asalan pakaian yang hendak digunakan dalam menyambut-Nya, Sang Raja kita?
4. Dalam 1 Korintus 11:27, Paulus mengajarkan, �Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.� Apakah kita telah memeriksa batin, merenung dan menyadari apakah kita sedang berada dalam keadaan berdosa berat atau tidak? Sebab, jikalau kita berada dalam berdosa berat, kita tidak boleh dan tidak layak menyambut Tubuh dan Darah-Nya. [7]
5. Apakah kita mengikuti Perayaan Ekaristi dengan khusuk dan fokus? Atau, karena merasa bosan,  kita memilih untuk bermain handphone, facebook-an, sms-an, berbicara dengan teman di sebelah, lirik-lirik tidak jelas dan sebagainya?
6. Apakah kita mengucapkan teks-teks dalam Perayaan Ekaristi dengan penuh penghayatan dan tenang? Atau kita sekadar mengucapkannya secara asal-asalan?
7. Apakah kita menghadiri Perayaan Ekaristi karena kita memang membutuhkan makanan rohani kita? Atau sekadar memenuhi kewajiban dan rutinitas?

Menutup penjelasan dan refleksi dari saya ini, saya cantumkan sebagian lirik himne �Adoro Te Devote� karya St. Thomas Aquinas berikut ini.

Aku sembah sujud di hadapan-Mu
Tuhan yang tersamar hadir di sini
Hanya rupa roti tertampak kini
Namun aku yakin akan Sabda-Mu

Pancainderaku tak menangkapnya
Namun aku yakin akan Sabda-Mu
Sebab hanya Sabda Allah Putera
Kebenaran mutlak tak tersangkalkan. [8]

[1] Katekismus Gereja Katolik 1376
[2] Katekismus Gereja Katolik 1375
[3] Katekismus Gereja Katolik 1374
[5] The Apostolic Fathers, diterjemahkan oleh J.B. Lightfoot dan J.R. Harmer, disunting dan direvisi oleh Michael W. Holmes. Grand Rapids: Baker Book House, c. 1989, hlm. 105
Lihat ketiga kutipan St. Ignasius di artikel ini: Ignasius dari Antiokia dan Ekaristi
[6] Katekismus Gereja Katolik 1381
[7] Katekismus Gereja Katolik 1415. Lihat pula penjelasan tentang Dosa Berat dan Dosa Ringan.
[8] Katekismus Gereja Katolik 1381. Teks himne Adoro Te Devote dalam Bahasa Indonesia dapat dilihat di Puji Syukur no. 560 dengan judul �Allah yang Tersamar�. Lihat juga Teks Latindan Inggris beserta link videonya.

By Pax et Bonum,
Administrator Page Gereja Katolik, awam dan mahasiswa (19 tahun).

Friday, June 24, 2011

Para Paus Roma Mengenai EENS

sumber: ekaristi.org
    Pope Pelagius II (A.D. 578 - 590): "Consider the fact that whoever has not been in the peace and unity of the Church cannot have the Lord. ...Although given over to flames and fires, they burn, or, thrown to wild beasts, they lay down their lives, there will not be (for them) that crown of faith but the punishment of faithlessness. ...Such a one can be slain, he cannot be crowned. ...[If] slain outside the Church, he cannot attain the rewards of the Church." (Denzinger 246-247) "Mempertimbangkan fakta bahwa siapapun yang tidak berada dalam damai dan kesatuan dengan Gereja tidak bisa mendapatkan Tuhan... Meskipun dilemparkan dalam api membara yang membakar mereka, atau dilemparkan ke binatang buas, mereka menyerahkan nyawa [pada binatang buas tersebut], tidak akan ada mahkota Iman (bagi mereka ini), tapi hanya ada penghukuman atas ke-tak-ber-iman-an... Begitu pula seseorang bisa terbantai tapi dia tidak bisa mendapatkan mahkota ... [Bila] dia dibantai diluar Gereja, dia tidak dapat mendapatkan hadiah dari Gereja.  
    Pope Saint Gregory the Great (A.D. 590 - 604): "Now the holy Church universal proclaims that God cannot be truly worshipped saving within herself, asserting that all they that are without her shall never be saved." (Moralia) "Sekarang Gereja Kudus universal menyatakan bahwa Allah tidak bisa disembah dengan layak tanpa berada dalam dirinya (nya = Gereja), bahwa mereka yang berada tanpa dia (dia = Gereja) tidak akan pernah selamat  
    Pope Innocent III (A.D. 1198 - 1216): "With our hearts we believe and with our lips we confess but one Church, not that of the heretics, but the Holy Roman Catholic and Apostolic Church, outside which we believe that no one is saved." (Denzinger 423) "Dengan hati kita, kita percaya dan dengan bibir kita, kita mengaku akan satu Gereja bukan yang berasal dari penganut ajaran sesat, tapi Gereja Katolik Roma yang Kudus dan Apostolik, yang diluarnya (nya = Gereja) kita percaya bahwa tidak ada satupun yang selamat"  
    Pope Innocent III and Lateran Council IV (A.D. 1215): "One indeed is the universal Church of the faithful outside which no one at all is saved..." "Inilah satu-satunya Gereja universal dari semua umat, yang diluarnya tidak ada satupun yang selamat..."  
    Pope Boniface VIII in his Papal Bull Unam Sanctam (A.D. 1302): "We declare, say, define, and pronounce that it is absolutely necessary for the salvation of every human creature to be subject to the Roman Pontiff." "Kami mendeklarasikan, mengatakan, mendefinisikan dan mengumumkan bahwa sangatlah perlu sekali bagi keselamatan seluruh umat manusia untuk menjadi subyek dari Paus Roma."  
    Pope Eugene IV and the Council of Florence (A.D. 1438 - 1445): "[The Holy Roman Church] firmly believes, professes, and proclaims that those not living within the Catholic Church, not only pagans, but also Jews and heretics and schismatics cannot become participants in eternal life, but will depart `into everlasting fire which was prepared for the devil and his angels' (Matt. 25:41), unless before the end of life the same have been added to the flock; and that the unity of the ecclesiastical body is so strong that only to those remaining in it are the sacraments of the Church of benefit for salvation, and do fastings, almsgiving, and other functions of piety and exercises of Christian service produce eternal reward, and that no one, whatever almsgiving he has practiced, even if he has shed blood for the name of Christ, can be saved, unless he has remained in the bosom and unity of the Catholic Church." "Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang tidak hidup dalam Gereja Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat dan skismatik tidak bisa menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi 'ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya' (Mat 25:41), kecuali sebelum akhir hidupnya mereka ditambahkan ke kumpulan domba; dan kesatuan dari tubuh Gereja begitu kuatnya sehingga hanya kepada mereka yang berada didalam kesatuan tersebut sakramen Gereja berdaya untuk keselamatan. Dan [hanya didalam Gerejalah] puasa, kemurahan dan fungsi kebaikan kristen lain bisa memberikan hadiah, dan bahwa tidak seorangpun, apapun kemurahan yang dia lakukan, bahkan bila dia telah menumpahkan darah untuk nama Kristus, bisa diselamatkan, kecuali dia berada didalam pelukan dan kesatuan dari Gereja Katolik."  
    Pope Leo XII (A.D. 1823 - 1829): "We profess that there is no salvation outside the Church. ...For the Church is the pillar and ground of the truth. With reference to those words Augustine says: `If any man be outside the Church he will be excluded from the number of sons, and will not have God for Father since he has not the Church for mother.'" (Encyclical, Ubi Primum) "Kita meyakini bahwa tidak ada keselamatan diluar Gereja. ... Karena Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran. Dengan merujuk ke kata-kata tersebut Agustinus berkata: 'Jika seorang berada diluar Gereja dia akan dikucilkan dari para putra, dan tidak akan mempunyai Allah sebagai Bapa karena dia tidak mempunyai Gereja sebagai ibu  
    Pope Gregory XVI (A.D. 1831 - 1846): "It is not possible to worship God truly except in Her; all who are outside Her will not be saved." (Encyclical, Summo Jugiter) "Tidaklah mungkin untuk menyembah Tuhan secara benar kecuali didalamnya (nya = Gereja); semua yang berada di luarnya (nya = Gereja) tidak akan selamat."  
    Pope Pius IX (A.D. 1846 - 1878): "It must be held by faith that outside the Apostolic Roman Church, no one can be saved; that this is the only ark of salvation; that he who shall not have entered therein will perish in the flood." (Denzinger 1647) "Ini haruslah diyakini sebagi Iman bahwa diluar Gereja Roma yang Apostolik, tidak ada yang bisa selamat; [Gereja] ini adalah satu-satunya bahtera keselamatan; dia yang tidak masuk didalamnya (nya = bahtera = gereja) akan musnah dalam banjir."  
    Pope Leo XIII (A.D. 1878 - 1903): "This is our last lesson to you; receive it, engrave it in your minds, all of you: by God's commandment salvation is to be found nowhere but in the Church." (Encyclical, Annum Ingressi Sumus) "Ini adalah ajaran terakhir kami bagi kamu; terimalah, torehkanlah di pikiran kamu, kamu semuanya; Berdasarkan perintah Allah, keselamatan tidak bisa ditemukan dimanapun kecuali didalam Gereja."  
    Pope Saint Pius X (A.D. 1903 - 1914): "It is our duty to recall to everyone great and small, as the Holy Pontiff Gregory did in ages past, the absolute necessity which is ours, to have recourse to this Church to effect our eternal salvation." (Encyclical, Jucunda Sane) "Adalah tugas kita untuk mengingatkan pada semua orang, besar dan kecil, seperti yang dilakukan Paus suci Gregory di jaman terdahulu, kepentingan absolut yang ada pada kita, untuk memasrahkan pada Gereja ini, keselamatan abadi kita."  
    Pope Benedict XV (A.D. 1914 - 1922): "Such is the nature of the Catholic faith that it does not admit of more or less, but must be held as a whole, or as a whole rejected: This is the Catholic faith, which unless a man believe faithfully and firmly, he cannot be saved." (Encyclical, Ad Beatissimi Apostolorum) "Begitulah sifat dari iman Katolik bahwa [iman ini] tidak hanya mengakui lebih atau kurang, tapi harus diyakini secara penuh atau secara penuh ditolak: Ini adalah iman Katolik, yang kalau seseorang tidak mempercayai dengan iman dan tegas, dia tidak bisa diselamatkan."  
    Pope Pius XI (A.D. 1922 - 1939): "The Catholic Church alone is keeping the true worship. This is the font of truth, this is the house of faith, this is the temple of God; if any man enter not here, or if any man go forth from it, he is a stranger to the hope of life and salvation. ...Furthermore, in this one Church of Christ, no man can be or remain who does not accept, recognize and obey the authority and supremacy of Peter and his legitimate successors." (Encyclical, Mortalium Animos) "Hanya Gereja Katoliklah yang mempunyai penyembahan yang sejati. Inilah wadah kebenaran, inilah rumah iman, inilah kuil Allah; Bila ada orang yang masuk tidak disini, atau bila ada orang yang keluar darinya, dia akan menjadi asing terhadap hidup dan keselamatan. ... Lebih lanjut, didalam satu-satunya Gereja Kristus ini, tidak ada orang yang bisa berada didalamnya tanpa menerima, mengakui dan mematuhi otoritas dan supremasi dari Petrus dan penerusnya yang sah."  
    Pope Pius XII (A.D. 1939 - 1958): "By divine mandate the interpreter and guardian of the Scriptures, and the depository of Sacred Tradition living within her, the Church alone is the entrance to salvation: She alone, by herself, and under the protection and guidance of the Holy Spirit, is the source of truth." (Allocution to the Gregorian, October 17, 1953) "Atas mandat Ilahi penafsir dan penjaga Kitab Suci, dan penyimpan Tradisi Suci yang hidup didalamnya (nya = Gereja), hanya Gerejalah pintu masuk keselamatan: Hanya dialah (dia = Gereja), oleh dirinya (nya = Gereja) sendiri, dan dibawah perlindungan dan tuntunan Roh Kudus, adalah sumber kebenaran."  
    Pope John XXIII (A.D. 1958 - 1963) "How beautiful is the Church of Christ, the 'fold of the sheep!' Into this fold of Jesus Christ no man may enter unless he be led by the Sovereign Pontiff, and only if they be united to him can men be saved." "Sebagaimana indahnyakah Gereja Kristus, 'sarang para domba!' Kedalam sarang dari Yesus Kristus ini tidak seorangpun bisa masuk kecuali kalau dia dipimpin oleh Paus Utama, dan hanya jika mereka disatukan dengan dia (Gereja) manusia bisa diselamatkan." "Outside the true Catholic Faith no one can be saved, so help me God!" "Diluar Iman Katolik yang sejati tidak ada seorangpun yang bisa selamat, tolonglah aku tuhan!" 
    Pope Paul VI (A.D. 1963 - 1978) [color=darkred]"The means of salvation and sanctification are known by all men, and are necessary to everyone who wishes to be saved." "Alat untuk keselamatan dan pengudusan sudah diketahui oleh manusia, dan sangat penting bagi mereka yang ingin selamat."  
    Pope John Paul I (A.D. 1978) St Paul asked: "Who are you, Lord?" �"I am that Jesus whom you are persecuting". A light, a flash, crossed his mind. I do not persecute Jesus, I don't even know him: I persecute the Christians. It is clear that Jesus and the Christians, Jesus and the Church are the same thing: indissoluble, inseparable. Read St Paul: "Corpus Christi quod est Ecclesia". Christ and the Church are only one thing. Christ is the Head, we, the Church, are his limbs. It is not possible to have faith and to say, "I believe in Jesus, I accept Jesus but I do not accept the Church." We must accept the Church, as she is. (General Audience, September 13,1978) St. Paulus bertanya: "Siapakah engkau Tuhan?" � "Aku adalah Yesus yang kau aniaya". Sebuah kilasan, sebercik sinar, menerjang pikirannya. Aku tidak menganiaya Yesus, aku bahkan tidak kenal dia: Aku menganiaya umat Kristen. Jelaslah disini bahwa Yesus dan umat Kristen, Yesus dan Gereja adalah satu hal yang sama: tidak terberaikan, tidak terpisahkan. Baca St. Paulus: "Corpus Christi quod est Ecclesia". Kristus dan Gereja adalah satu. Kristus adalah Kepala, kita, Gereja, adalah organ-organnya. Tidaklah mungkin untuk mempunyai iman dan berkata, "Aku mempercayai Yesus, aku menerima Yesus tapi aku tidak menerima Gereja." Kita harus menerima Gereja sebagai apa adanya. "The ship of the Church is guided by Christ and by His Vicar... It alone carries the disciples and receives Christ. Yes, it is tossed on the sea, but outside one would perish immediately. Salvation is only in the Church; outside it one perishes." (First Allocution, August 27, 1978, L'Osservatore Romano, August 28,29, 1978.) "Perahu Gereja dituntun oleh Kristus dan wakilNya... Hanya inilah yang membawa para murid dan menerima Kristus. Betul bahwa perahu ini dilemparkan ke laut, tapi diluarnya seseorang akan lenyap dengan seketika. Keselamatan hanya ada di Gereja; diluarnya siapapun lenyap."  
    Pope John Paul II (A.D. 1978 - 2005) "The mystery of salvation is revealed to us and is continued and accomplished in the Church, and from this genuine and single source, like 'humble, useful, precious and chaste' water it reaches the whole world. Dear young people and members of the Faithful, like Brother Francis we have to be conscious of and absorb this fundamental and revealed truth contained in the phrase consecrated by tradition: there is no salvation outside the Church. From Her alone there flows surely and fully the life giving force destined in Christ and in His Spirit, to renew the whole of humanity, and therefore directing every human being to become a part of the Mystical Body of Christ." (Pope John Paul II, Radio Message for Franciscan Vigil in St. Peter's and Assisi, October 3, 1981, L'Osservatore Romano, October 12, 1981.) "Misteri keselamatan dinyatakan kepada kita dan diteruskan dan tercapai didalam Gereja, dan dari sumber yang asli dan satu-satunya ini, bagaikan air yang 'rendah hati, berguna, berharga, dan murni' misteri ini mencapai dunia. Para muda dan umat tercinta, seperti Brother Francis kita harus sadar akan dan menyerap kebenaran fundamental yang diwahyukan ini, yang terkandung didalam kata-kata yang di sucikan oleh tradisi: Tidak ada keselamatan diluar Gereja. Hanya dari dia-lah (Gereja) kuasa hidup menuju Kristus dan RohNya mengalir secara pasti dan secara penuh, untuk memperbaharui seluruh kemanusiaan, dan karenanya mengarahkan setiap manusia untuk menjadi bagian dari Tubuh Mistik Kristus." "We are the guardians of something given, and given to the Church universal, something which is not the result of reflection, however competent, on cultural and social questions of the day, and is not merely the best path among many, but the one and only path to salvation." (John Paul II, "I Confirm You to Truth," Address to Joint Assembly of the U. S. Archbishops and the Department Heads of the Roman Curia, March 11, 1989, The Pope Speaks, 34 (September/October, 1989), pp. 254-55.) "Kita adalah penjaga dari sesuatu yang diserahkan, dan diserahkan ke Gereja universal; sesuatu yang bukan dihasilkan dari refleksi, bagaimanapun kompetennya, atas pertanyaan kultural dan sosial akhir-akhir ini, dan bukan hanya jalan terbaik diantara banyak jalan, tapi satu-satunya jalan keselamatan."

Recent Post