Latest News

Thursday, December 23, 2010

Katekese seorang Romo mengenai Kitab Suci dan Gereja Katolik

BANGGA JADI KATOLIK (10)

BANGGA JADI KATOLIK (10) : Ruang Katekese dan Informasi penting tentang iman dan Gereja Katolik.

"KUTULISKAN INI AGAR ANDA PUN TAHU."

Bahasa asli Kitab Suci adalah "ARAM, YUNANI & IBRANI". Tahukah Anda siapakah yang menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Latin, bahasa resmi Gereja waktu itu? Dialah St. Hieronimus atas perintah Paus St. Damasus pada tahun 382 selama kira-kira 40 tahun. Menyadari akan usaha keras Gereja Katolik seperti itu, pantaslah penghormatan diberikan kepadanya, dan rasa bangga selalu ada dalam hati kita untuk Bunda Gereja, Gereja Katolik yang tercinta.

GEREJA KATOLIK MENETAPKAN KITAB PERJANJIAN BARU

Ke-dua puluh tujuh kitab diterima sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru baik oleh umat Kristen Katolik maupun Kristen non-Katolik. Pertanyaannya adalah: Siapa yang memutuskan kanonisasi Perjanjian Baru sebagai kitab-kitab yang berasal dari inspirasi Allah? Kita tahu bahwa Alkitab tidak jatuh dari langit, jadi darimana kita tahu bahwa kita bisa percaya kepada setiap kita-kitab tersebut?

Berbagai uskup membuat daftar kitab-kitab yang diakui sebagai inspirasi Ilahi, diantaranya: [1] Melito, uskup Sardis pada tahun 175 Masehi; [2] Santo Irenaeus, uskup Lyons - Perancis pada tahun 185 Masehi; [3] Eusebius, uskup Caesarea pada tahun 325 Masehi.

Pada tahun 382 Masehi, didahului oleh Konsili Roma, Paus Damasus menulis dekrit yang menulis daftar kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdiri dari 73 kitab.

Konsili Hippo di Afrika Utara pada tahun 393 menetapkan ke 73 kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Konsili Kartago di Afrika Utara pada tahun 397 menetapkan kanon yang sama untuk Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Catatan: Ini adalah konsili yang dianggap oleh banyak pihak non-Katolik sebagai yang menentukan bagi kanonisasi kitab-kitab dalam Perjanjian Baru.

(catatan Indonesian-Papist: Ketiga konsili ini adalah konsili lokal bukan konsili ekumenis)

Paus Santo Innocentius I (401-417) pada tahun 405 Masehi menyetujui kanonisasi ke 73 kitab-kitab dalam Alkitab dan menutup kanonisasi Alkitab.

Jadi kanonisasi Alkitab telah ditetapkan di abad ke empat oleh konsili-konsili Gereja Katolik dan para Paus pada masa itu. Sebelum kanon Alkitab ditetapkan, ada banyak perdebatan. Ada yang beranggapan bahwa beberapa kitab Perjanjian Baru seperti surat Ibrani, surat Yudas, kitab Wahyu, dan surat 2 Petrus, adalah bukan hasil inspirasi Allah. Sementara pihak lain berpendapat bahwa beberapa kitab yang tidak dikanonisasi seperti: Gembala Hermas, Injil Petrus dan Thomas, Surat-surat Barnabas (Catatan Indonesian-Papist: The Epistle of Barnabas / Surat Barnabas berbeda dari The Fake Gospel of Barnabas / Injil Palsu Barnabas) dan Surat [Paus] Clement adalah hasil inspirasi Allah. Keputusan resmi wewenang Gereja Katolik menyelesaikan hal diatas sampai sekitar 1100 tahun kemudian. Hingga jaman Reformasi Protestan, praktis tidak ada lagi perdebatan akan kitab-kitab dalam Alkitab.

Melihat sejarah, Gereja Katolik menggunakan wibawa dan kuasanya untuk menentukan kitab-kitab yang mana yang termasuk dalam Alkitab dan memastikan bahwa segala yang tertulis dalam Alkitab adalah hasil inspirasi Allah. Jika bukan karena Gereja Katolik, maka umat Kristen tidak akan dapat mengetahui yang mana yang benar.

KITAB VULGATA - KARYA SANTO HIERONIMUS

Ketika Kabar Gembira telah tersebar luas dan banyak orang menjadi Kristen, merekapun dibekali dengan terjemahan Kitab Perjanjian Lama dalam bahasa asli mereka yaitu Armenia, Siria, Koptik, Arab dan Ethiopia bagi umat Kristen perdana di wilayah-wilayah ini. Bagi umat Kristen di Afrika dimana bahasa Latin paling luas digunakan, ada terjemahan kedalam bahasa Latin yang dibuat sekitar tahun 150 Masehi dan juga terjemahan berikutnya bagi umat di Italia. Akan tetapi semua ini akhirnya digantikan oleh karya besar yang dibuat oleh Santo Hieronimus dalam bahasa Latin yang disebut "Vulgata" pada abad ke-empat. Pada masa itu ada kebutuhan besar akan Kitab Suci dan ada bahaya karena variasi terjemahan yang ada. Oleh karena itu sang biarawan, yang mungkin pada waktu itu adalah orang yang paling terpelajar, atas perintah Paus Santo Damasus pada tahun 382, membuat terjemahan Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Latin dan mengoreksi versi-versi yang ada dalam bahasa Yunani. Lantas di Bethlehem antara tahun 392-404, dia juga menterjemahkan Kitab-kitab Perjanjian Lama langsung dari bahasa Ibrani (jadi bukan dari Septuaginta) kedalam bahasa Latin, kecuali kitab Mazmur yang direvisi dari versi Latin yang sudah ada. Ini adalah Alkitab lengkap yang diakui resmi oleh wewenang Gereja Katolik, yang nilainya tak terukur menurut para ahli alkitab masa kini, dan terus mempengaruhi versi-versi lainnya sampai pada jaman Reformasi Protestan. Dari Vulgata inilah dihasilkan terjemahan dalam bahasa Inggris yang terkenal yaitu Douay-Rheims Bible.

ALKITAB KATOLIK
Bahkan sebelum pecahnya Reformasi Protestan, ada banyak versi-versi Alkitab yang beredar pada masa itu. Banyak diantaranya mengandung kesalahan-kesalahan yang disengaja - seperti dalam kasus-kasus kaum bidaah, penyeleweng ajaran gereja yang berusaha mendukung doktrin-doktrin yang mereka ciptakan sendiri, dengan menuliskan Alkitab yang sudah diganti-ganti isinya. Ada juga kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja oleh karena faktor manusia (human error), mengingat pekerjaan menyalin Alkitab dilakukan dengan tulisan tangan, ayat demi ayat, yang sangat memakan waktu dan tenaga.

Oleh karena itu pada Konsili [Ekumenis] Florence pada abad ke lima belas, para pemimpin Gereja menguatkan keputusan yang dibuat pada konsili-konsili sebelumnya mengenai kitab-kitab yang ada dalam Alkitab.

Setelah meletusnya Reformasi Protestan, pada Konsili [Ekumenis] Trente oleh Gereja Katolik pada tahun 1546 dikeluarkanlah dekrit yang mensahkan Vulgata, versi Latin dari Alkitab sebagai satu-satunya versi resmi yang diakui dan sah untuk umat Katolik. Alkitab ini direvisi oleh Paus Sixtus V pada tahun 1590 dan juga oleh Paus Clement VIII pada tahun 1593.

Selanjutnya pada Konsili [Ekumenis] Vatikan I, kembali Gereja Katolik menegaskan keputusan konsili-konsili sebelumnya tentang Alkitab.

Oleh karena itu di akhir tulisan ini, kita dapat membuat beberapa kesimpulan:

Berdasarkan sejarah, Alkitab adalah sebuah Kitab Katolik. Perjanjian Baru ditulis, disalin dan dikoleksi oleh umat Kristen Katolik. Kanon resmi dari kitab-kitab yang membentuk Alkitab - Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru - ditentukan secara berwibawa oleh wewenang Gereja Katolik pada abad ke empat.

Menuruti akal sehat dan logika, Gereja Katolik yang memiliki kuasa untuk menentukan Firman Allah yang infallible - bebas dari kesalahan -, pasti juga memiliki otoritas yang infallible - bebas dari kesalahan - dan juga bimbingan dari Roh Kudus. Seperti telah anda lihat, terlepas dari deklarasi oleh Gereja Katolik, kita sama sekali tidak memiliki jaminan bahwa apa yang tertulis dalam Alkitab adalah Firman Allah yang asli. Jika anda percaya kepada isi Alkitab maka anda juga harus percaya kepada wibawa Gereja Katolik yang menjamin keaslian Alkitab. Adalah suatu kontradiksi bagi seseorang untuk menerima kebenaran Alkitab tetapi menolak wibawa Gereja Katolik. Logikanya, mereka mestinya tidak mengutip isi Alkitab sama sekali, karena mereka tidak memiliki pegangan untuk menentukan kitab-kitab mana saja yang asli, kecuali tentunya kalau mereka menerima wibawa mengajar Gereja Katolik.


Sekedar untuk diketahui:

MARTIN LUTHER DAN ALKITAB PROTESTAN

Pada tahun 1529, Martin Luther mengajukan kanon Palestina yang menetapkan 39 kitab dalam bahasa Ibrani sebagai kanon Perjanjian Lama. Luther mencari pembenaran dari keputusan konsili Jamnia (yang adalah konsili imam Yahudi, jadi bukan sebuah konsili Gereja Kristen!) bahwa tujuh kitab yang dikeluarkan dari Perjanjian Lama tidak memiliki kitab-kitab aslinya dalam bahasa Ibrani. Luther melakukan hal tersebut terutama karena sejumlah ayat-ayat yang terdapat pada kitab-kitab tersebut justru menguatkan doktrin-doktrin Gereja Katolik dan bertentangan dengan doktrin-doktrin baru yang dikembangkan oleh Martin Luther sendiri.

Oleh karena alasan yang serupa, Martin Luther juga nyaris membuang beberapa kitab-kitab lainnya: surat Yakobus, surat Ibrani, kitab Ester dan kitab Wahyu. Hanya karena bujukan kuat oleh para pendukung kaum reformasi Protestan yang lebih konservatif maka kitab-kitab diatas tetap dipertahankan dalam Alkitab Protestan. Namun demikian, tidak kurang Martin Luther mengecam bahwa surat Yakobus tidak pantas dimasukkan dalam Alkitab.

Untuk mendukung salah satu doktrinnya yang terkenal yaitu Sola Fide (bahwa kita dibenarkan hanya oleh iman saja), dalam Alkitab terjemahan bahasa Jerman, Martin Luther menambahkan kata 'saja' pada surat Roma 3:28. Sehingga ayat tersebut berbunyi: "Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman saja, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat". Tidak heran kalau Martin Luther meremehkan surat Rasul Yakobus dan berusaha untuk membuangnya dari Perjanjian Baru, karena justru dalam surat Yakobus ada banyak ayat yang menjatuhkan doktrin Sola Fide yang diciptakan oleh Martin Luther tersebut. Antara lain, dalam Yakobus 2:14-15 tertulis: "Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?" dan Yakobus 2:17 "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati" dan Yakobus 2:24 "Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman."

Salam seorang sahabat untuk para sahabat,

Romo Inno

Bulla Unam Sanctam

oleh Paus Bonifasius VIII

18 November 1302
Berdasarkan iman kami berkewajiban untuk percaya dan menegaskan bahwa Gereja adalah satu kudus, katolik, dan apostolik. Kami percaya akan Gereja dengan teguh dan kami mengakui dengan segala kesederhanaan bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan atau pengampunan dosa, seperti pengantin pria dalam Kidung Agung menyatakan: " Tetapi dialah satu-satunya merpatiku, idam-idamanku, satu-satunya anak ibunya, anak kesayangan bagi yang melahirkannya (Kid 6:9)". Dan dia menghadirkan satu Tubuh Mistik Kristus yang tunggal, dimana Kristus adalah kepalanya dan Kristus sang kepala adalah Allah (1 Kor 11:3). Dalam dia selanjutnya hanya ada satu Tuhan, satu iman, dan satu Baptisan (Ef 4:5). Karena pada saat air bah hanya ada satu bahtera Nuh, yang melambangkan satu Gereja, dimana bahtera itu, setelah selesai menjadi satu kapal, hanya memiliki satu nahkoda dan pemandu, yaitu Nuh, dan kita membaca bahwa, diluar bahtera ini, seluruh isi bumi telah dihancurkan.

Kami menghormati Gereja ini sebagai satu, karena Tuhan telah berkata melalui mulut Nabi-Nya: "Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing (Mzm 22: 21)." Dia berdoa bagi jiwa-Nya, yaitu untuk diri-Nya sendiri, hati-Nya dan tubuh-Nya; dan yang dimaksud tubuh ini ialah Gereja. Dia telah menyebutnya satu karena kesatuan Pengantinnya dalam iman, Sakramen dan cintakasih dalam Gereja. Inilah jubah Tuhan, jubah yang tak berjahit, yang tak dicabik tapi diundi (Yoh 19: 23-24). Jadi hanya ada satu Gereja yang tunggal karena hanya ada satu kepala dan satu tubuh, bukan dua kepala seperti monster; yaitu Kristus dan Wakil Kristus, Petrus dan pengganti Petrus, karena Tuhan sendiri berkata kepada Petrus: "Gembalakanlah domba-domba-Ku (Yoh 21:17).", berarti domba-Ku secara umum, bukan mereka secara khusus, sehingga kita dapat mengerti bahwa semua telah dipercayakan-Nya kepada Petrus. Jadi jika orang-orang Yunani itu atau siapapun yang merasa bahwa mereka tidak terikat kepada Petrus dan pengganti-penggantinya, maka mereka juga harus mengaku bahwa mereka bukanlah domba Kristus, karena Tuhan kita berkata dalam Injil Yohanes, "hanya ada satu kawanan dan satu gembala (Yoh 10:16)." Kita telah diberitahu juga oleh teks Injil bahwa Gereja dalam kekuasaannya memiliki dua pedang; yaitu kekuasaan rohani dan duniawi. Ketika Rasul berkata: "Tuhan, ini dua pedang (Luk 22:38)" maka itu dimaksudkan bahwa dalam Gereja juga selalu ada dua pedang itu, dan Tuhan kita tidak mengatakan bahwa dua pedang itu terlalu banyak melainkan bahwa dua pedang itu cukup. Jadi siapapun yang menyangkal bahwa pedang kekuasaan duniawi ada dalam diri Petrus maka dia tidak mendengarkan dengan baik Firman Tuhan yang mengatakan: "Masukkan pedang itu ke dalam sarungnya (Mat 26:52)." Sebab, biarpun kedua pedang itu milik Gereja, yaitu pedang rohani dan duniawi, tapi yang pertama dilayani dalam Gereja dan yang kedua melalui Gereja; yang pertama ada di tangan para Imam dan yang kedua ada di tangan Raja dan Ksatria, tetapi oleh kehendak dan pengorbanan para Imam. Bagaimanapun, satu pedang harus tunduk kepada yang lain dan kekuasaan duniawi harus tunduk kepada kekuasaan rohani. Karena Rasul berkata: "Tidak ada pemerintahan yang tidak berasal dari AlLah, dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah (Rom 13:1-2)", tapi mereka tidak akan diadakan jika satu pedang itu tidak ditundukkan keapda yang lain dan jika yang lebih rendah tidak dipimpin oleh yang lebih tinggi.
 
Karena menurut Dionisius yang terberkati, adalah hukum Illahi bahwa yang terendah hanya dapat mencapai yang tertinggi melalui pengantaraan. Begitu juga menurut hukum alam, semua benda tidak diatur secara sama dan langsung, tetapi yang terendah oleh pengantaraan, dan bawahan oleh atasan. Jadi harus diakui dengan jelas bahwa kekuasaan rohani adalah lebih tinggi dalam derajat dan kelas daripada kekuasaan duniawi manapun, seperti juga hal-hal rohani melampaui yang duniawi. Ini dapat kita lihat dengan jelas tidak hanya dari persembahan, pemberkatan, dan pengudusan perpuluhan, tetapi juga dapat dilihat dari kekuasaan itu sendiri dan oleh pengaturan atas benda-benda. Karena itu dengan kebenaran sebagai saksi kami, kami menyatakan bahwa adalah milik dari kekuasaan rohani untuk mendirikan kekuasaan duniawi dan untuk menjatuhkan penghakiman bahwa kekuasaan duniawi itu telah menyimpang. Juga sebagai pemenuhan nubuat dari Nabi Yeremia mengenai Gereja dan kekuasaan Gerejani: "Hari ini aku akan mengangkat engkau diatas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan (Yer 1:10)" dan seterusnya. Jadi, jika kekuasan duniawi berada dalam kesalahan, ia akan dihakimi oleh kekuasaan rohani diatasnya: dan jika kekuasaan rohani yang rendah berada dalam kesalahan, ia akan dihakimi oleh kekuasaan rohani diatasnya; tapi jika kekuasaan tertinggi diatas segalanya ada dalam kesalahan, maka ia hanya akan dihakimi oleh Allah dan bukan oleh manusia, sebab menurut kesaksian Rasul: "manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain (1 Kor 2: 15). Kekuasaan ini, bagaimanapun juga, walaupun ia diberikan kepada manusia dan dijanlankan oleh manusia, tidak manusiawi tapi terutama illahi, diberikan kepada Petrus oleh Firman Illahi dan diteguhkan kembali olehnya dan pengganti-penggantinya karena Tuhan yang diakui oleh Petrus, Tuhan itu jugalah yang berkata kepada Petrus, " Apapun yang kau ikat didunia ini, akan terikat di surga, dst (Mat 16:19)". Dan siapapun yang melawan kekuasaan ini, yang diadakan oleh Allah, telah menentang ketetapan Allah (Rom 13: 2), kecuali jika dia mengarang ajaran tentang dua asal mula seperti Manicheus, yang telah kami hakimi sebagai bidaah dan sesat, sebab menurut pengakuan Musa tidak ada permulaan-permulaan tapi hanya ada satu permulaan yaitu Allah yang menciptakan langit dan bumi (Kej 1:1). Selanjutnya, kami menyatakan, kami mewartakan, dan kami mendefinisikan bahwa adalah sangat perlu bagi semua orang untuk keselamatan mereka, tunduk kepada kekuasaan Paus Roma.


Sumber: Ekaristi dot org

Wednesday, December 15, 2010

Gereja Katolik Yunani Ukraina



Uskup Agung Sviatoslav Schevchuk (40)


Gereja Katolik Yunani Ukraina adalah Gereja Katolik Timur terbesar. Gereja Katolik Yunani Ukraina adalah Gereja dengan ritus Bizantium yang berada dalam persekutuan penuh dengan Paus Roma dan  mengakui otoritas spiritual dan yurisdiksional Paus. Dalam konteks ini, �ritus� berarti tradisi liturgis, teologis, spiritual dan kanonikal.

Nama lain untuk Gereja ini

Gereja Uniat; Gereja Katolik Yunani; Gereja Katolik Ukraina; Gereja Katolik Ukraina ritus Bizantium; Gereja Katolik Kyivan

Nama Gereja Katolik Yunani diperkenalkan oleh Kaisar Maria-Theresa pada tahun 1774 untuk membedakan Gereja ini dari Gereja Katolik Roma dan Gereja Katolik Armenia. Dalam dokumen resmi Gereja, istilah Ecclesia Ruthena unita digunakan. Pada tahun 1960, nama Gereja Katolik Ukraina mulai digunakan dalam dokumen resmi untuk merujuk pada umat Katolik Ukraina di diaspora dan Gereja bawah tanah di Soviet Ukraina. Di dalam dokumen statistik tahunan kepausan, Annuario Pontificio, nama Gereja Katolik Ukraina ritus Bizantium digunakan. Pada Sinode Uskup-uskup UGCC (September 1999), nama Gereja Katolik Kyivan diajukan untuk menekankan identitas Gereja ini.

Konversi Ukraina dan Ketegangan antara Barat dan Timur
Pada tahun 988, Pangeran Volodymyr Agung menjadikan Kekristenan dalam Ritus Byzantine-Slavic sebagai agama nasional dari negara ini, Kyivan-Rus. Hal ini terjadi sebelum Skisma Timur  pada tahun 1054 yang memisahkan Kristen Timur dari Barat. Gereja Kyivan menerima warisan tradisi Bizantium Timur dan merupakan bagian dari Kepatriarkhan Konstantinopel. Sekalipun begitu, Gereja ini juga tetap berada dalam persekutuan penuh dengan Katolik Latin dan Patriarkhnya, Paus Roma.

Meskipun Konstantinople dan Roma memiliki perselisihan, Hierarki Kyivan mencoba mengusahakan persatuan Kristen. Wakil dari Rus berpartisipasi dalam Konsili Lyon (1245) dan Konstans (1418) di Barat. Isidorus, Uskup Agung Kyiv sendiri adalah seorang dari para kreator Persatuan Florence (1439).

Ketika Keuskupan Agung Kyivan sedang berusaha untuk menjalin persatuan kembali dengan Roma, sebuah Keuskupan Agung di utara Kyiv, di Moskow bangkit berdiri. Gereja Moskow menolak untuk menerima Persatuan Florence dan memisahkan diri dari Keuskupan Agung kuno di Kyiv, serta mengumumkan status autocephalus (Status Self-Governing) pada tahun 1448. Tahun 1589, Gereja Moskow menjadi Kepatriarkhan.

Persatuan dengan Roma pada Tahun 1596 dan Perpecahan Timur dan Barat di Ukraina 
Gereja Kyivan mendapat tantangan dari Reformasi Protestan dan Pembaharuan Katolisisme pada masa itu dan juga menderita krisis internal yang serius. Sinode memutuskan untuk berada di bawah yurisdiksi Tahta Roma. Ritus tradisional Gereja Kyivan terpelihara dan eksistensi etnik, kebudayaan dan gerejani terjamin. Hal ini diteguhkan pada Konsili Brest tahun 1596, yang menjadi permulaan dari Gereja Katolik Yunani Ukraina sebagai institusi.

Beberapa anggota hierarki dan awam Gereja Kyivan, bagaimanapun juga, memilih untuk tetap berada di bawah yurisdiksi Kepatriarkhan Konstantinopel. Terkoyak oleh perpecahan internal, Bagian tengah dan timur Ukraina jatuh ke bawah kendali penguasa Moskow pada tahun 1654. Segera Keuskupan Agung Ortodoks Kyivan berada di bawah otoritas Kepatriarkhan Moskow (1686). Ketsaran Rusia tumbuh dan menindas umat Katolik Yunani dan memaksa �konversi/perpindahan� ke Ortodoks Rusia (1772,1795,1839,1876). Martir-martir Pratulin meninggal sebagai hasil penindasan-penindasan ini. 

Klerus dan awam Ortodoks di Ukraina kecewa dengan kaitan yang erat antara Gereja Ortodoks Rusia dengan kepentingan nasional Rusia. Gerakan �Ukrainophile� dimulai dan setelah Revolusi Rusia pada tahun 1917, sebuah gerakan dimulai untuk mendapatkan status autocephalus untuk Ortodoks Ukraina. Usaha-usaha untuk mengproklamasikan status Autocephalus pada tahun 1920-an dan 1940-an, bagaimanapun juga, ditindas oleh kekuatan soviet.  

Kepala Gereja Katolik Ukraina sekarang adalah Uskup Agung Utama Kyiv, Sviastoslav Schevchuk (sejak 23 Maret 2011). 

Tuesday, December 7, 2010

Gereja Katolik Timur: Katolik Maronit

Patriarch B�chara Pierre Ra� (71)
Libanon adalah kota dengan warisan biblis yang kaya. Cedar/Kayu Aras dari Libanon adalah sumber kayu untuk Kuil Salomo (1 Raja-raja 5:5-7) dan Aras sendiri disebut di sepanjang Perjanjian Lama. Libanon digambarkan dalam asal muasal Kekristenan, karena Yesus Kristus mengunjungi Tirus bersama IbuNya, Maria, dan membuat mukjizat kepada Puteri wanita Siro-Fenisia, seperti yang dicatat dalam Matius 15:21-28 dan Markus 7:24-30. Libanon adalah rumah Gereja Katolik Maronit.

Maron, seorang teman St. Yohanes Krisostomus, adalah seorang biarawan pada abad keempat yang meninggalkan Antiokia menuju Sungai Orontes untuk memasuki kehidupan asketik, mengikuti tradisi St. Antonius dari Gurun dan St. Pachomius dari Mesir. Dia kemudian memiliki banyak pengikut yang mengadopsi kehidupan monastiknya. Setelah kematian St. Maron pada tahun 410, murid-muridnya mendirikan biara untuk mengenangnya dan membentuk nukleus dari Gereja Maronit.

Gereja Maronit segera menerima ajaran Iman dari Konsili Kalsedon pada tahun 451. Ketika 350 biarawan dibunuh oleh Kaum Monofisit Antiokia, Para Maronit mengungsi ke pegunungan Libanon. Surat menyurat mengenai kejadian ini membawa hasil pada pengakuan Kepausan terhadap Maronit oleh Paus Hormidas pada 10 Februari  518.

Kemartiran Patriark Antiokia pada tahun 602 meninggalkan Maronit tanpa seorang pemimpin, dan peristiwa ini menuntun mereka untuk memilih Patriark Maronit pertama mereka, St. Yohanes Maron pada tahun 685.

Sedikit informasi terdengar dari Maronit selama  400 tahun karena mereka diam-diam melarikan diri dari Invasi Islam ke pegunungan Libanon, sampai pada masa Perang Salib ketika Raymond dari Toulouse menemukan Maronit di pegunungan dekat Tripoli, Libanon dalam perjalanannya untuk menaklukan Yerusalem. Gereja Maronit sekali lagi mengkonfirmasi kesetiaan mereka kepada Paus pada tahun 1181. Patriark Maronit, Yeremia, menghadiri Konsili Lateran IV pada tahun 1215, dan Universitas Maronit di Roma diresmikan pada tahun 1584. Gereja Maronit selalu tetap setia  kepada Roma.  

Gereja Maronit, karena asal-usul kehidupan monastik mereka, berhasil bertahan terhadap tekanan dan bahkan penganiayaan dalam usaha mereka memelihara Gereja mereka, tidak hanya dari Islam, tapi juga dari saudara terpisah mereka seperti Ortodoks dan Gereja-gereja Timur. Demikian juga halnya pada saat mereka menghadapi Latinisasi oleh oknum dari Roma.  Libanon adalah satu-satunya negara di Asia dengan Kebudayaan Kristen, terutama karena Maronit. Bahkan sampai hari ini, kata-kata Konsekrasi pada Misa diucapkan dalam bahasa Aram, Bahasa yang digunakan oleh Tuhan Kita Yesus Kristus.

Gereja Maronit di Libanon sampai saat ini mengizinkan pria berkeluarga menjadi Imam. Mereka menerima karunia seksualitas manusia dari Allah, yang berkata, �Tidaklah baik jika manusia itu sendiri� (Kejadian 2:18). St. Petrus sendiri, Paus pertama kita, adalah seorang yang berkeluarga, seperti yang kita ketahui dari penyembuhan mertuanya pada Injil (Matius 8:14-15, Markus 1:29-31, Lukas 4:38-39). Paus terakhir yang merupakan pria berkeluarga adalah Paus Adrianus II pada abad ke-9.   

Gereja Katolik Maronit tumbuh subur terutama sejak Konsili Vatikan kedua, dan sekarang menjadi Gereja Katolik Timur terbesar ketiga setelah Gereja Katolik Yunani-Ukraina dan Gereja Katolik Syro-Malabar. Gereja Katolik Maronit memiliki 3,290,539 umat di Lebanon dan seluruh dunia, termasuk paroki-paroki di Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Siprus, Meksiko, dan Amerika Serikat. Kita sungguh terberkati karena boleh memiliki Seminari Maronit Ratu Kita dari Libanon di Washington D.C., yang didirikan pada tahun 1961. 

Kepala Gereja Katolik Maronit sekarang adalah Patriark Antiokia untuk Maronit, Patriarkh Bechara Pierre Rai (25 Maret 2011) 


Gereja Katolik Timur: Katolik Yunani-Rumania

Major Archbishop Lucian Muresan of Fagaras si Alba Iulia

Gereja ini berakar dari Rumania. Dalam usaha untuk memahami Gereja ini, seseorang harus mengetahui sejarah wilayah ini.

Selama hampir 19 abad, telah bertempat tinggal di bagian tenggara Eropa � di tanah yang secara historis dikenal sebagai �Dacia Felix� � sekelompok penduduk yang berasal dari Roma. Negara ini adalah dan tetap adalah sebuah pulau yang dikelilingi oleh Laut Slavia. Negara Rumania muncul dari perpaduan Kolonis dan Legioner Roma, yang dibawa ke Dacia oleh Kaisar Trajan pada tahun 101, dengan unsur pribumi Dacia. Periode perkembangan negara Rumania berlangsung selama beberapa abad.

Selama masa tersebut, ada gangguan secara konstan yang disebabkan oleh invasi suku-suku dari Timur, yang menyapu bersih wilayah yang didiami oleh orang-orang Daco-Roman. Para misionaris dari Roma mengkristenkan populasi ini. Pada abad ke-11, Orang-orang Bulgaria memaksakan Yurisdiksi dan ritual Bizantium kepada orang-orang Rumania.
 

Bagaimanapun juga, keinginan untuk bersatu kembali dengan Tahta Roma selalu terpelihara dalam hati orang-orang Rumania meskipun mengalami kekerasan politik dan tekanan religius. Pada tahun 1700, orang-orang Rumania yang tinggal di Transylvania telah bersatu kembali dengan Tahta Roma, dan memasuki kembali Gereja Universal. Gereja inilah yang memberikan kebudayaan dan kesadaran nasional kepada Bangsa Rumania; memuncak dengan cepat pada tahun 1918 dalam reintegrasi politik dari semua Provinsi orang-orang Rumania menjadi satu negara Rumania.

Pada 1 Desember 1948, Rezim berkuasa Soviet menindas Gereja Katolik Byzantium di Rumania. Kebanyakan hierarki, klerus dan umat Katolik Byzantium  dimasukkan ke dalam penjara atau dikirim ke kamp pekerja karena menolak untuk meninggalkan iman Katolik mereka. Semua uskup dan banyak klerus meninggal di penjara. Pada tahun 1989, setelah revolusi antikomunis, dekrit pertama dari rezim yang baru adalah pengembalian lagi Gereja Katolik Yunani-Rumania. Kepala Gereja Katolik Yunani-Rumania saat ini adalah Major Archbishop (Uskup Agung Utama) Lucian Muresan dari Major Archdiocese (Keuskupan Agung Utama) of Fagaras si Alba Iulia


Eparchy of Canton His Grace, Bishop John Michael Botean Chancery Office 1121 44th Street, N.E. Canton, Ohio 44714 Phone: 330-492-4086 Fax: 330-493-1416 Website: http://www.romaniancatholic.org   

Gereja Katolik Timur: Gereja Khaldea

Patriark Louis Raphael I Sako
Sejak abad ke-2 Masehi, Kekristenan telah tumbuh subur di Mesopotamia di antara keturunan dari dua bangsa kuno dan besar, Khaldea dan Assyria. Sekali waktu mereka dibabtis, kedua bangsa memilih nama �Kristen� daripada nama kuno bangsa mereka. Gereja yang terdiri atas dua bangsa ini disebut �Gereja Timur�. Gereja di Mesopotamia ini berkembang baik dan meluas hingga ke seluruh Khaldea, Assyria, Persia, Arabia, daerah Stepa Mongolia, pantai Malabar di India dan bahkan ke China.

Selama lima abad pertama masehi, Gereja orang-orang Khaldea-Assyria ini berada dalam persatuan penuh Roma dan memiliki kontrol atas orang-orang Khaldea-Assyria.; yurisdiksi mereka dilaksanakan secara independen dari Kepatriarkhan Antiokia. Sebuah sekolah untuk pembelajaran Kristen bahkan didirikan di Edessa (Urfa-Tur modern). Sekolah ini mencapai masa masa kejayaan di bawah pimpinan St. Efrem pada tahun 363 Masehi. Enam puluh tahun kemudian, bagaimanapun juga, Gereja Timur memutuskan untuk memisahkan diri dari Roma sekitar tahun 493 M, ketika Nissibin menjadi pusat intelektual mesopotamia yang baru melalui perintah Kerajaan.

Kepala dari Gereja Timur di Mesopotamia yang baru saja menjadi independen ini, disebut �Katolikos�. Dia berdiam di Seleucia-Cteisphon, dekat Baghdad, Irak. Pada abad ke-7, Mesopotamia ditaklukan oleh Muslim. Pada tahun 780 Masehi, Katolikos Timetheos I memindahkan tempat tinggalnya ke ibu kota baru, Baghdad.

Para ahli sejarah mengakui peran penting yang para cendikiawan Gereja Timur mainkan dalam pembentukan kebudayaan Arab. Pada akhir abad ke-10, ada lima belas Provinsi Metropolitan (Keuskupan Agung) di Mesopotamia dan lima diantaranya berada di luar batas kerajaan, termasuk Malabar di India, China, Iran, Syria dan Mesir. Provinsi-provinsi ini bahkan meluas hingga ke Siberia Timur dan Mongolia.

Usaha resmi pertama dari Gereja Timur di Mesopotamia untuk bersatu kembali dengan Katolik Roma terjadi ketika Patriarkh terpilih, John Sulaka pergi ke Roma dan membuat pengakuannya akan Iman Katolik di hadapan Paus Julius III pada tahun 1553. Tahun 1592, bagaimanapun juga, sebagian besar umat Katolik Mesopotamia telah memisahkan diri lagi dari Roma. Secara periodik, berbagai kelompok mereka kembali bersatu dengan Roma dan kemudian berpisah lagi setelah beberapa tahun. Pada abad ke-19, jumlah umat Katolik yang bersatu melebihi jumlah mereka yang menolak bersatu.

Khaldea sebagai sebuah negara bertahan sejak abad ke-7 sebelum masehi. Umat Khaldea sekarang adalah keturunan dari negara besar tersebut. Tapi istilah �Gereja Khaldea� pertama kali digunakan pada tahun 1445 Masehi oleh Paus Eugenius V untuk membedakan pengikut Gereja Timur dari Siprus yang baru saja berdamai dengan Roma dari mereka yang menolak untuk bersatu, yang selanjutnya disebut Gereja Timur Assyria.


Kepala Gereja Khaldea saat ini adalah Patriark Babylon, Louis Raphael I Sako.


Eparchy of St. Peter the Apostle His Grace, Most Rev. Bishop Sarhad Yawsip Jammo Chaldean Diocese - USA 1627 Jamacha Way El Cajon, CA 92019 Tel: (619) 579-7913 Fax: (619) 588-8281 http://www.kaldu.org/index.htm

Eparchy of St. Thomas the Apostle His Grace, Most Rev. Bishop Ibrahim N. Ibrahim Chaldean Diocese - USA 25603 Berg Road Southfield, Michigan 48034 Phone: 248-351-0440 or 248-351-0441 Fax: 248-351-0443 http://www.chaldeandiocese.org

   

Wednesday, November 24, 2010

Gereja Katolik: Pemelihara Ajaran Kristus

(Draft)

Seorang fans dari Page Gereja Katolik mempublikasikan di page Gereja Katolik sebuah kutipan Albino Luciani yang tidak lain adalah Paus Yohanes Paulus I. Berikut kutipannya:

?"Jika umat Kristen tidak menginginkan kekacauan dan perpecahan, maka mereka harus mengarahkan perhatiannya kepada Gereja yang memiliki kuasa mengajar. Kepada Gerejalah dianugerahkan bantuan istimewa untuk memelihara ajaran Kristus secara utuh dan menerapkannya dengan cara yang sesuai pada kehidupan jaman modern."


Hal ini sungguh tepat sekali bahkan Kitab Suci pun berkata hal yang sama.

Mat 18:15      "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
Mat 18:16      Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
Mat 18:17      Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada GEREJA. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan GEREJA, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Mat 18:18      Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.
Mt 18:15      But if thy brother shall offend against thee, go, and rebuke him between thee and him alone. If he shall hear thee, thou shalt gain thy brother.
Mt 18:16      And if he will not hear thee, take with thee one or two more: that in the mouth of two or three witnesses every word may stand.
Mt 18:17      And if he will not hear them: tell THE CHURCH. And if he will not hear THE CHURCH, let him be to thee as the heathen and publican.
Mt 18:18      Amen I say to you, whatsoever you shall bind upon earth, shall be bound also in heaven; and whatsoever you shall loose upon earth, shall be loosed also in heaven.-----------------------------------------

Luk 10:16      Barangsiapa mendengarkan kamu (70 murid), ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."
70 Murid ini adalah gambaran dari Magisterium Gereja Katolik. Ketaatan kepada Magisterium Gereja adalah perintah dan kehendak Kristus sendiri.

-------------------------------------------
1Tim 3:15      Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni GEREJA dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.
 

1Tim 3:15      But if I tarry long, that thou mayest know how thou oughtest to behave thyself in the house of God, which is THE CHURCH of the living God, the pillar and ground of the truth.








Gereja diberi Otoritas oleh Kristus untuk mengajar adalah ungkapan Cinta Kasih Kristus kepada manusia agar tidak terjadi kesesatan. Ketaatan pada Gereja adalah ketaatan pada Kristus juga.

Pax et Bonum

Ekaristi pada Zaman Gereja Perdana

Tahukah kita bagaimanakah Ekaristi dirayakan pada zaman Gereja purba?

Ternyata kerangka dasar perayaan Ekaristi tidak pernah berubah selama 2000 tahun ini. Tahun 155 St. Yustinus menulis tata perayaan Ekaristi sebagai penjelasan kepada kaisar kafir Antonius Pius (138-161):
 

"Pada hari yang dinamakan hari matahari, semua orang yang tinggal di  kota-kota atau daerah sekitarnya berkumpul di satu tempat yang sama.
Tulisan-tulisan para Rasul dan kitab-kitab para nabi dibacakan, sejauh waktu memungkinkannya. Setelah pembaca berhenti, pemimpin memberi satu wejangan, di mana ia  menasihati dan, mendorong, supaya mengikuti ajaran dan contoh yang baik  ini.
Sesudah itu kami semua berdiri bersama-sama dan melambungkan doa ke  surga * untuk kami sendiri dan untuk semua orang lain di seluruh  dunia, supaya kami menjadi layak juga dalam pekerjaan kami sebagai  manusia yang baik dan supaya menjadi layak sebagat pengamat  perintah-perintah, supaya dengan demikian mendapat keselamatan abadi.
Sesudah kami menyelesaikan doa-doa, kami saling memberi salam dengan ciuman.
Lalu kepada pemimpin saudara-saudara, dibawakan roti dan satu cawan dengan campuran air dan anggur.
Ia mengambilnya, melambungkan pujian dan syukur kepada Bapa semesta alam atas nama Putera dan Roh Kudus dan menyampaikan ucapan terima kasih  [Yn. "eukharistia"] karena kami dianggap layak menerima  anugerah-anugerah ini dari-Nya.
Sesudah doa dan ucapan terima kasih itu selesai, seluruh umat yang hadir lalu mengatakan: Amin.
Setelah pemimpin menyelesaikan ucapan terima kasih dan seluruh umat  menerimanya dengan suara bulat, para diaken, sebagaimana mereka disebut  oleh kami, membagi-bagikan kepada setiap orang yang hadir, roti yang  telah diberkati dengan penuh syukur [di-ekaristi-kan] dan anggur yang  telah dicampur dengan air untuk dinikmati dan membawakannya juga untuk  mereka yang tidak hadir."

Perayaan Ekaristi berlangsung sesuai dengan kerangka dasar yang  sepanjang sejarah tetap sama hingga sekarang. Ia terbentuk dari dua  bagian besar, yang pada hakikatnya merupakan satu kesatuan:

1. Perkumpulan ibadat Sabda dengan bacaan-bacaan, homili, dan doa umat;
2. Upacara Ekaristi dengan persembahan roti dan anggur, yang  konsekrasinya terjadi dalam ucapan terima kasih (ekaristi), dan  komuni. Ibadat Sabda dan upacara Ekaristi merupakan "satu tindakan  ibadat" (SC 56). 


Meja, yang disiapkan untuk kita dalam Ekaristi adalah  sekaligus meja Sabda Allah dan meja tubuh Kristus (Bdk. DV 21).

 

Sumber: Page Iman Katolik

Thursday, November 18, 2010

Ordo Santa Clara (OSC � Claris)


Ordo Santa Clara adalah:
Tarekat yang didirikan oleh Santa Clara dari Assisi- Italia. Seorang puteri bangsawan yang hidup tahun 1194-1253. Ia seorang yang teguh, kuat dalam iman, tegas, kukuh dalam mewujudkan cita-cita panggilan hidup, penuh kasih, perhatian, dan pelayanan terhadap sesama.
Pada tanggal 18 Maret 1212, ia lari meninggalkan istana orang tuanya dan menanggalkan status kebangsawanannya untuk memulai suatu hidup baru, yakni hidup dalam kemiskinan dan kedinaan, hidup dalam kesunyian dan doa, hidup dalam penyerahan diri total kepada Kristus.
Dialah wanita pertama dalam Gereja yang menyusun sendiri Anggaran Dasar bagi para saudari rohaninya yang kemudian diresmikan oleh Paus Innocentius IV pada tanggal 9 Agustus 1253 � Dua hari sebelum wafatnya.
Clara diresmikan sebagai orang kudus oleh Paus Alexander IV � sahabat dan pendukung cita-citanya pada tahun 1255. Setiap tanggal 11 Agustus, Gereja memperingati wafat Santa Clara.


Ordo Santa Clara merupakan:
Ordo ke-2 menurut kronologis dalam keluarga besar Fransiskan. Ordo yang secara utuh menyeluruh terarah kepada gaya hidup bersemadi (Ekslusif Kontemplatif): Meletakkan Firman (Tuhan Yesus Kristus) dalam hati dan hati dalam Allah yaitu memberikan kesaksian tentang Kristus yang bersemadi di gunung seorang diri bersama Bapa yang amat berkenan kepadanya.

Para Suster Ordo Santa Clara adalah:
Pribadi-pribadi yang mau dan berusaha untuk melanjutkan apa yang telah dicita-citakan, dirintis, dan yang telah diwujudkan oleh Santa Clara Assisi bersama puteri-puteri rohaninya yang pertama selama hidup di biara kecil San Damiano, Wasiat dan beberapa surat pribadi yang ditujukan kepada pengikutnya.
Dengan menepati kemiskinan dan kerendahan Tuhan Yesus Kristus serta IbuNya, yakni:
  1. Hidup dalam kesunyian dan ketersembunyian; hidup terpisah dari dunia ramai namun merangkul dunia melalui semadi.
  2. Hidup dalam semangat doa, kebaktian yang suci dan ulah tapa.
  3. Hidup dalam kesederhanaan: melaksanakan kerja sederhana (membuat hosti, pakaian liturgi, mengolah kebun, menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan rumah retret).
  4. Hidup dengan saling melayani serta semangat persaudaraan yang gembira, inilah, kami para suster Ordo Santa Clara mewujudkan cita-cita Santa Clara.
Dalam Ordo Santa Clara:
Masing-masing biara merupakan biara otonom. Namun demikian, biara-biara itu membentuk Federasi-federasi atau asosiasi-asosiasi. Ordo Santa Clara di Indonesia (Pacet dan Yogyakarta) merupakan anggota asosiasi di kawasan Asia-Oceania.

Alamat:
1. BIARA SANTA CLARA
Pacet � Sindanglaya, Cianjur 43253 Jawa Barat
Telp. 0263-512237, Fax. 0263-511067 E-mail: pacetosc@yahoo.com 
2. BIARA SANTA CLARA
Gang Mawar DP. I � 474 Santren, Mrican, Yogyakarta 55281
Telp. 0274-565909

Sumber: Pamflet Promosi Panggilan OSC 
Gambar:  75 Tahun Ordo Santa Clara Hadir di Indonesia - ofm.or.id

Wednesday, November 17, 2010

We are the Christians of Iraq

Surat dari Imam Irak untuk Negaranya yang Terluka

Oleh Romo Albert Hisham Naoum

ROMA, November 11, 2010 (Zenit.org) - Para martir dari Gereja "Our Lady of Salvation" sekali lagi menunjukkan kepada dunia siapa diri kita, orang-orang Kristen di Irak, dan mereka bergabung dengan para martir Gereja kita, mereka yang mengorbankan nyawa mereka kepada Kristus Tuhan kita, yang mengajar kita untuk mmemberikan kesaksian akan kebangkitan, pengampunan, harapan, cinta, iman, dan sukacita.

Darah pahlawan kita yang gugur berteriak kepada dunia dan semua umat manusia, dan mendesak orang-orang Kristen di Irak, di manapun kita berada, untuk "mengajarkan" kepada dunia tentang penderitaan dan bangkitnya Kristus yang hidup di tanah kita yang terluka.


Ya, saya mengatakan "mengajarkan" karena iman kita adalah berita baik, seperti "dulu dan akan selalu begitu." Siapa yang memiliki telinga untuk mendengar, dengarkan kita sekarang dan tahu, bahwa Kristus hidup di dalam orang-orang Kristen di Irak. Ini adalah kesaksian yang hidup dan akan terus hidup. Dan jika ada seseorang yang tidak merasakan pentingnya memberikan kesaksian didalam kehidupan, kami hanya akan berkata kepadanya dan ke seluruh dunia, yang bagi kita itu adalah kehidupan itu sendiri. Apa yang dunia sebut "tidak penting" bagi kami itu adalah "segala-galanya"!

Orang-orang Kristen dari Irak sangat menyadari bahwa Kristus yang bangkit telah mengalahkan kematian, bukan karena mereka orang beriman yang sudah dibabtis, melainkan karena, dengan Dia, mereka telah mengalami mati diatas salib beberapa kali, dan bersamanya mereka meminum cawan pahit, dan telah mengalami rasanya ditinggalkan oleh orang lain. Dan berdampingan dengan Dia mereka berjalan di jalan salib-Nya, dan jatuh di bawah beratnya salib mereka. suatu kejadian dalam serangan terhadap Gereja-Gereja mereka, satu dengan kematian, dan yang lain lagi dengan pembantaian "Our Lady of Salvation." Namun, mereka terus berdiri dan hidup dengan iman mereka, seperti yang selalu dilakukan sepanjang sejarah, berjalan di sepanjang jalan penderitaan.

Bagi orang Kristen di Irak, 31 Oktober itu bukan kali pertama mereka telah menderita, dan tidak seorang manusia, terutama mereka yang mengaku menginginkan perdamaian, tetapi sebenarnya tidak, bisa berpura-pura bahwa ini akan menjadi yang terakhir. Tapi mereka tidak menarik minat kita, karena harapan kita tidak pernah, dan tidak akan pernah, kepada mereka, tetapi kepada Dia yang mengambil salib-Nnya dan berjalan dijalan kematian untuk menjamin bahwa hidup akan berlanjut dan secepatnya menang.

Sukacita dan tragedi

Orang-orang Kristen di Irak telah mengalami dalamnya makna hidup karena mereka telah mengalami sukacitanya setelah merasakan kepahitan kesedihan. Mereka telah tinggal didalam harapan setelah mengalami kekuatan sebuah tragedi. Mereka telah mengalami gelak tawa setelah dibayar air mata, dan telah mengalami senyuman setelah melihat mereka akan hancur dengan kekerasan. Ini benar-benar orang-orang Kristen di Irak dengan hati mereka yang baik, yang mengasihi semua orang, negara mereka, dan hidup, dan ini adalah mereka yang mengampuni musuh-musuh mereka, dan menabur kebaikan dimanapun mereka berada, menyebarkan semangat perdamaian. Dan meskipun mereka menderita, mereka tidak pernah lupa untuk hidup dengan semangat Kristen mereka di setiap tempat mereka pergi.

Sebagai contoh dari semua ini saya bisa tunjukkan yaitu Gereja "Our Lady of Salvation", yang berbicara atas nama semua orang Kristen di Irak, dan yang memberikan contoh ditulis dengan darah martir tersebut.

Pernahkah Anda mendengar bagaimana mereka meninggal dalam pembantaian ini, dua imam yang berani, Wasim Sabieh dan Thaier Saad Abdal? apakah anda tahu bahwa mereka membela orang-orang awam yang beriman dan mencoba untuk menyelamatkan nyawa mereka dengan menawarkan diri mereka sendiri dari saat pertama para penjahat menginjakkan kaki di Gereja? Apakah anda tahu bahwa seorang ayah melindungi anaknya dengan cara menutup seluruh tubuh anaknya dengan tubuhnya sendiri sementara mereka berbaring di lantai, dan meninggal dalam hujan peluru sehingga anak dapat bertahan? pernahkah anda mendengar bahwa pembunuh, membunuh seorang bayi perempuan berumur empat bulan dan seorang wanita muda, yang pada hari kematiannya telah menerima berita baik, yaitu bahwa dia hamil, dan pergi ke Gereja untuk bersyukur kepada Tuhan untuk hadiah ini?

Oh manusia di dunia, ini adalah orang-orang Kristen di Irak. Dengar dan sebarkan kabar baik kepada semua orang! Dan engkau orang-orang Kristen di Irak, ketika kesedihan mengisi jiwamu dan dirimu tidak bisa membayangkan masa depan, lihat diatas sana, kepada Allah di Surga dan Bumi, dan ingat dengan baik, siapa dirimu, dan biarkan dunia tahu! Kristus tidak akan meninggalkan kita sendiri, kita adalah "kawanan kecil," dan Ia ingin kita untuk tetap selama-lamanya bersama dengan Dia, untuk iman kita yang hidup dan kasih kita untuk semua, seperti yang kita selalu lakukan, karena seperti yang Ia katakan, "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku" (Yoh 13: 35).

Kami memberikan kesaksian dengan hidup kami, sehingga dunia bisa melihat apa yang terjadi dengan kami, jadi mereka yang telah menutup telinga mereka dan mereka yang telah menutup mulut mereka akan berbicara tentang siapa kita. Kami adalah orang-orang Kristen di Irak!

[Terjemahan dari bahasa Arab oleh ZENIT]

* * *

Romo Albert Hisyam Naoum adalah Imam Kasdim Irak mempelajari ilmu komunikasi di Roma, dan merupakan teman Romo Wasim Sabieh dan Romo Thaier Saad Abdal, dua imam yang tewas dalam serangan 31 Oktober di  Gereja "Our Lady of Salvation", Katolik Suriah.


Diterjemahkan dari: http://www.zenit.org/article-30926?l=english
-in modico fidelis-?

Artikel terjemahan: Page Gereja Katolik


Saturday, November 13, 2010

Patriarkh Gregorios III Laham: Kami Membutuhkan Paus Roma!

Tiga ratus tahun yang lalu, Gereja Katolik Melkite Yunani, telah mengambil langkah berani dalam memulihkan persekutuan gerejaninya secara penuh dengan Roma. Ini adalah keputusan sulit yang muncul dari pertimbangan selama lima puluh tahun! Kami telah mengalami banyak kesulitan, baik dari pihak Gereja Katolik Roma ataupun dari pihak Gereja Ortodoks kami sendiri, yang tradisinya kami pelihara.

Hidup dalam persekutuan gerejani dengan Roma telah menyebabkan kami kehilangan sebagian tradisi Timur kami yang otentik, kami tidak berhasil dalam menjaga tradisi ini secara keseluruhan.

Terlepas dari hal itu, kami merasa bahagia berada dalam persekutuan ini. Persekutuan ini telah memberi banyak hal kepada kami! Kami juga telah memberikan sumbangan besar kepada Gereja Katolik Latin, terutama pada saat Konsili Vatikan II!

Di atas segalanya kami sangat yakin bahwa ada kebutuhan mutlak dan mendesak bagi persatuan umat Kristen, bagi kesatuan Gereja, yang dari kodratnya sendiri harus menjadi satu- agar dunia dapat percaya!

Kami berterima kasih kepada Bapa Suci Benediktus XVI, Paus Roma, atas inisiatifnya yang unik dan baik sekali untuk menyelenggarakan persidangan khusus Sinode Para Uskup Timur Tengah yang memiliki tema yang sangat penting dan memberi inspirasi yaitu �Gereja Katolik Di Timur Tengah, Persekutuan dan Saksi.�

Di dalam tema ini kami menemukan ringkasan misi dan makna kehadiran kami di Timur Tengah, tanah kelahiran agama Kristen.

Sinode ini adalah tanda hormat Bapa Suci bagi Gereja-gereja Katolik Timur yang telah menanggung penderitaan dan usaha yang luar biasa untuk tetap berada dalam persekutuan dengan Roma. Sinode ini adalah panggilan kepada Gereja-gereja ini agar menjalani misi dan panggilan mereka, entah dalam lingkungan dialog keluarga dengan Gereja-gereja Ortodoks atau dalam dialog dengan sesama warga dengan mayoritas Muslim di negara-negara Arab. Sinode ini juga merupakan tanda penghargaan yang sangat tinggi bagi semua Gereja-gereja Timur.

Dengan dasar itu kami menganggap bahwa keberadaan kami sungguh unik, sebagai orang Katolik Timur dan orang Kristen Arab, kami terbuka kepada Arabisme, Islam dan Ortodoksi sebagaimana kami juga terbuka kepada Gereja Roma yang menaruh misi yang lebih besar kepada kami, yaitu untuk melampaui sekedar dialog! Kami merasa bahwa terlepas dari segala kekurangan dari apa yang sering disebut dengan �Uniatisme�, model ini tidak hanya memiliki aspek-aspek negatif saja!

Model kami, dalam segala kerapuhannya, merupakan suatu model di mana terdapat suatu ukuran yang pasti- walaupun terbatas- bukan hanya bagi kesatuan, tetapi juga bagi keberagaman. Kami ada dalam persekutuan penuh dengan Roma sementara kami tetap melakukan segala usaha untuk memelihara karakteristik kami yang khusus sebagai orang Timur, yang berarti sebagai orang Ortodoks! Model kesatuan ini jelas memerlukan beberapa unsur tambahan, yang didapat dari hidup dan hubungan yang dinamis dalam tradisi bersama kehidupan Gereja Kristen Timur dan Barat selama milenium pertama. Kami telah berhasil dalam menemukan kembali sebagai dari tradisi Gereja yang tak terbagi melalui dialog yang diperbarui dengan Gereja-gereja Katolik Timur lain dan dengan Gereja Katolik Latin. Kami berharap dapat memulihkan lebih banyak lagi saat kita maju bersama dalam dialog ini!

Didasari oleh pengalaman itu, pada kesempatan Sinode Timur Tengah ini kami berani menyampaikan suatu permohonan kepada saudara-saudara kami dalam Gereja-gereja yang belum berada dalam persekutuan penuh dengan Paus Roma, untuk memantapkan diri dalam dialog teologis pada berbagai tingkatan. Kami meminta mereka, agar sambil menunggu persatuan yang penuh dan sempurna dengan Roma, untuk mengakui Paus Roma sebagai primus inter pares, sebagai simbol persatuan Kristen sesuai dengan identitas dari setiap Gereja dan tradisinya secara khusus dalam cara pemerintahan gerejani masing-masing.

Sehingga Paus Roma akan menjadi pusat kesatuan Kristen, sambil menantikan persekutuan teologis, hierarkis, dan gerejani yang sempurna.

 Dunia Kristen membutuhkan tanda harapan ini, membutuhkan langkah yang berani ini. Dunia Kristen, Gereja Kristen dalam berbagai denominasi membutuhkan langkah yang berani ini, sikap kenabian ini, secara khusus pada masa-masa di mana banyak kuasa bangkit menentang Gereja dan nilai-nilainya.

Dalam menghadapi semua itu, Gereja harus kuat dan bersatu, memenuhi idealnya, terbuka dan hadir, memberi kesaksian dan melayani, bukan dengan mengakui sesuatu sebagai musuh, tetapi dengan memberikan kesaksian cinta Kristus di hadapan dan di kehadiran semua orang. Sebuah Gereja yang tidak takut, karena ia berbicara dan berusaha membawa dunia kepada Injil, Kabar Baik dan cinta Allah kepada umat manusia.

Agar semua hal ini dapat tercapai, kita membutuhkan Paus Roma yang akan menjadi jaringan bagi persekutuan yang akan memancar ini!

Inilah undangan dari Gereja Katolik Melkite Yunani kepada dunia Kristen pada kesempatan Sinode Timur Tengah ini! Kami menyampaikan undangan ini dengan segala kerendahan hati, kesederhanaan, persahabatan, hormat dan cinta! Dalam persatuan dengan doa Yesus, �Bapa! Agar mereka semua menjadi satu�agar dunia percaya!� (Yoh 17: 21)

Dunia membutuhkan Gereja yang bersatu dan mampu menyatukan nilai-nilai yang diakui oleh seluruh umat manusia, baik orang beriman dan tidak beriman, seperti: keadilan, kedamaian, persamaan, persaudaraan, kebebasan beragama, kebebasan hati nurani, hak asasi manusia (termasuk wanita, anak-anak, dan orang cacat), pembangunan, solidaritas, pelayanan, saling menghargai serta Gereja yang mencintai dan melayani, sebuah Gereja yang sungguh memenuhi sifat-sifat yang digunakan Credo untuk menggambarkannya: satu, kudus, katolik, dan apostolik.
Maka Paus akan menjadi simbol kesatuan, terlepas dari perbedaan yang hadir dalam segala tingkatan.

Sebuah mimpi? Utopia? Keinginan na�f? Tetapi ini layak diusahakan! Inilah masa depan Kekristenan dan Injil! Akan terwujud atau tidak?

Ya, kepada Yesus! Ya, kepada Injil! Ya, kepada persatuan! Ya, kepada Paus!

Gregorios III
Patriarkh Antiokhia
19 September 2010

Diterjemahkan oleh Daniel Pane
Dipublikasikan di Page Katolik Timur

Recent Post