Latest News

Friday, December 30, 2011

Clement Shahbaz Bhatti, Orang Katolik Paling Mengagumkan Tahun 2011, Martir dan Pembela Minoritas Kristen di Pakistan.


http://www.asianews.it/files/img/PAKISTAN_-_martire_bhatti_niente_premio.jpg
Clement Shahbaz Bhatti

Situs berita Katolik di Inggris, Catholic Herald, mengeluarkan daftar Sepuluh Orang Katolik Mengagumkan tahun 2011. Siapakah yang berada di urutan pertama? Dia adalah Clement Shahbaz Bhatti, Martir dan Pembela Minoritas Kristen di Pakistan.

Clement Shahbaz Bhatti (9 September 1968 � 2 Maret 2011) adalah seorang Katolik Roma dan seorang politikus Pakistan. Ia terpilih menjadi Menteri Federal bagi Minoritas sejak 2008 hingga pembunuhannya pada 2 Maret 2011 di Islamabad.

Pada 2 Maret 2011, sejumlah orang bertopeng menghujani mobil Bhatti dengan peluru ketika ia meninggalkan rumah ibunya. Bhatti, seorang pengacara brilian dan satu-satunya menteri dari kalangan Kristen pada Kabinet Pakistan, terbunuh karena menentang Hukum Penghujatan Pakistan. David Cameron (Perdana Menteri Inggris) menyebutkan pembunuhannya sangat brutal dan tidak dapat diterima.

Dalam perannya sebagai seorang Menteri Federal bagi Minoritas, Bhatti seringkali mengkritik pelecehan terhadap Hukum Penghujatan Pakistan. Ia mengatakan bahwa hukum tersebut sering dijadikan dalih untuk menganiaya umat Kristen yang tidak berdosa. Dia tahu bahwa ia sedang membahayakan hidupnya dengan berkata secara terbuka. Hukum Pakistan dapat memaksakan eksekusi atau penjara bagi tindakan melawan Islam. Bhatti telah menerima ancaman pembunuhan sejak 2009. Ia memprediksikan kematiannya dalam sebuah video, di mana ia berkata dengan berani: �Saya percaya kepada Yesus Kristus yang telah memberikan hidup-Nya sendiri bagi kita... Saya hidup untuk komunitas saya... dan saya akan mati untuk membela hak-hak mereka.�

Pada Agustus 2009, setelah laporan bahwa sebuah Al-Quran �dilecehkan� di Provinsi Punjab, massa anti-Kristen membunuh delapan orang. Bhatti meminta perlindungan sipil dan legal yang lebih baik bagi komunitas Kristen. Dia juga seorang pembicara yang paling vokal dalam membela Asia Bibi, seorang wanita Kristen yang dijatuhi hukuman mati hanya karena ia �ditemukan bersalah� menghina Muhammad.

Pada tahun 1985, sebagai seorang mahasiswa, Bhatti meletakkan kepalanya di atas tembok pembatas ketika ia mendirikan dan memimpin Front Pembebasan Kristen Pakistan. Karya awalnya mencuat bagi orang Kristen, membuktikan persiapannya yang baik untuk menjadi ketua Aliansi Semua Minoritas Pakistan pada tahun 2002.

Bhatti hanya melayani selama 28 tahun dalam pemerintahan, tetapi sejak awal ia mengambil sejumlah langkah pendekatan yang berani dalam mendukung agama minoritas. Dia meluncurkan kampanye nasional bagi harmoni antar-iman dan mengajukan pidato kebencian terhadap suatu agama sebagai sesuatu yang ilegal. Ia juga mengajukan kuota bagi kaum minoritas dalam pos-pos pemerintahan.

Bhatti juga menjadi pioner dalam mendirikan National Interfaith Consultation pada Juli 2010 yang merupakan dorongan untuk menyatukan para pemimpin senior dari semua agama dan dari seluruh Pakistan dan berhasil membuat mereka menandatangani deklarasi bersama melawan terorisme.

Bhatti adalah seorang penerima banyak penghargaan prestisius, dari Human Rights Award pada tahun 2004 hingga International Freedom of Religion Award pada tahun 2009. Dia juga dianugerahi titel PhD oleh Universitas Korea Selatan sebagai pengakuan atas karya antar-iman yang dilakukannya.

Fakta bahwa Bhatti telah membayar dengan nyawanya untuk berdiri membela kaum minoritas Kristen sedang menginspirasi yang lain untuk melanjutkan karyanya. Pada 2 Juli 2011, Aid to the Church in Need dan The British Pakistani Christian Association mengirimkan petisi dengan lebih dari 6000 nama yang menyerukan tindakan untuk melindungi umat Kristen dan minoritas lainnya di Pakistan.

Tehrik-i-Taliban, sebuah kelompok radikal di Pakistan, memberitahu BBC Urdu bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan ini. �Orang ini dikenal sebagai seorang penghujat nabi (Muhammad)�, kata jurubicaranya, Ahsanullah Ahsan. �Kami akan terus mentargetkan semua yang berbicara melawan hukum yang menghukum mereka yang menghina nabi. Nasib mereka akan sama.�

Mari berdoa untuk umat Kristiani di Pakistan.

Pax et Bonum

The American Papist dan The Indonesian Papist


http://www.catholicvote.org/discuss/wp-content/uploads/2011/05/Thomas_Peters.jpg
Thomas Peters

Nama �Indonesian Papist� sangat terinspirasi dari sebuah blog bernama American Papist karya seorang muda Katolik bernama Thomas Peters.  Thomas Peters baru-baru ini dinobatkan sebagai ranking 5 dalam �Ten Amazing Catholics of The Year� yang dikeluarkan oleh majalah Catholic Herald.

Thomas Peters disebut-sebut sebagai St. Paulus modern di dunia blogging Katolik. Dia mendirikan blognya, American Papist, pada tahun 2005 dengan tujuan untuk mendokumentasikan perjalanannya mengikuti Paus dan berharap menarik para Papist lainnya. Sekarang, blog American Papist dikombinasikan dengan catholicvote.org, dan tiap harinya blog ini dibaca oleh 10.000 orang.

Thomas Peters dipilih sebagai the Best Catholic to follow di Twitter pada tahun 2011 dan menjadi salah satu partisipan teraktif dalam Vatican Meeting for Bloggers tahun 2011 ini.

American Papist dan Indonesian Papist, yang pertama menginspirasi yang kedua, dan keduanya ingin mewartakan kebenaran Kristus dan Gereja juga memiliki kesetiaan kepada Paus Roma. Tetapi kedua blog ini mengekpresikannya secara berbeda. Bila anda lihat American Papist, maka terlihat bahwa blog ini kerap membahas fenomena-fenomena modern yang terjadi sekarang ini terutama di negaranya, Amerika Serikat. Sementara, Indonesian Papist lebih kepada apologetika klasik dan katekese ajaran Katolik. American Papist dan Indonesian Papist, beda negara juga beda problema katolisitas yang dihadapi. Walau berbeda, tetapi tetap satu dalam Gereja Katolik.

Pax et Bonum

Wednesday, December 28, 2011

Natal dan Mengapa Allah Menjadi Manusia?


Kanak-kanak Yesus di Vatikan - abbey-road.blogspot.com

Kita sedang merayakan Natal, kelahiran Sang Juruselamat dunia. Sang Keselamatan itu hadir ke dunia, Sang Keselamatan itu bayi manusia yang dilahirkan di Betlehem. Allah yang mahatinggi itu menjadi manusia untuk menyelamatkan kita.

Saya yakin banyak di antara kita umat Katolik sering ditanya, �ngapain sih Tuhan repot-repot jadi manusia? bukankah Ia mahakuasa dan dengan mudah bisa menyelamatkan manusia?�

Dua tahun lalu (2009) ketika saya masuk ke sebuah grup diskusi lintas agama antara Kristen dan Islam di facebook, umat Muslim tersebut menanyakan hal yang sama kepada saya.

Sungguh benar bahwa Allah itu mahakuasa dan memang dengan mudah Ia bisa menyelamatkan manusia. Tetapi Allah yang mahakuasa itu hendak menunjukkan tidak hanya kuasa-Nya, tetapi juga kasih-Nya kepada manusia secara nyata. Oleh karena itu Ia menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Nah, sampai di sini, mereka bertanya �Apakah tanpa menjadi manusia, Allah tidak dapat menunjukkan kasih-Nya?�.

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu menggarisbawahi bahwa memilih menjadi manusia itu adalah kehendak bebas Allah sendiri. Allah memang mahakuasa tetapi Ia juga memiliki kehendak bebas-Nya sendiri untuk menggunakan segala kuasa-Nya tersebut. Darimana kita tahu apa saja kehendak Allah sehingga Ia memilih menjadi manusia? Dari Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium Gereja.

Dan, apa saja kehendak Allah itu sehingga Ia memilih menjadi manusia?

1. Allah menjadi manusia sebab Ia hendak berdamai dengan kita dan dengan demikian menyelamatkan kita.
(Katekismus Gereja Katolik 457) Allah "telah mengasihi kita dan telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita" (1 Yoh 4:10). Kita tahu bahwa "Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juru Selamat dunia" (1 Yoh 4:14), bahwa "Ia telah menyatakan Diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa" (1 Yoh 3:5):
"Kodrat kita yang sakit membutuhkan dokter; manusia yang jatuh membutuhkan orang yang mengangkatnya kembali; yang kehilangan kehidupan membutuhkan seorang yang memberi hidup; yang kehilangan hubungan dengan yang baik membutuhkan seorang yang membawanya kembali kepada yang baik; yang tinggal dalam kegelapan merindukan kedatangan sinar; yang tertawan merindukan seorang penyelamat, yang terbelenggu seorang pelepas, yang tertekan di bawah kuk perhambaan memerlukan seorang pembebas. Bukankah itu hal-hal yang cukup berarti dan penting untuk menggerakkan Allah, sehingga Ia turun bagaikan seorang dokter yang mengunjungi kodrat manusiawi, setelah umat manusia terjerat dalam situasi yang sangat menyedihkan dan memprihatinkan" (Bapa Gereja St. Gregorius dari Nisa, or.catech. 14).
2. Allah menjadi manusia sebab Ia ingin supaya kita mengenal cinta kasih Allah.
(KGK 458) "Kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia, supaya kita hidup oleh-Nya" (1 Yoh 4:9). "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:16).
3. Allah menjadi manusia sebab Ia hendak menjadi contoh kekudusan yang sempurna bagi kita.
(KGK 459) "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku" (Mat 11:29). "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh 14:6). Dan di atas gunung transfigurasi, Bapa memerintah: "Dengarkanlah Dia" (Mrk 9:7) Bdk. Ul 6:4-5.. Yesus adalah gambaran inti dari sabda bahagia dan norma hukum yang baru: "Supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yoh 15:12). Kasih ini menuntut penyerahan diri sendiri, dengan mengikutinya Bdk. Mrk 9:34..
4. Allah menjadi manusia sebab Ia ingin supaya kita mengambil bagian dalam kodrat ilahi.
(KGK 460) "Untuk itulah Sabda Allah menjadi manusia, dan Anak Allah menjadi anak manusia, supaya manusia menerima Sabda dalam dirinya, dan sebagai anak angkat, menjadi anak Allah" (Ireneus, haer. 3,19,1). Sabda Allah "menjadi manusia, supaya kita di-ilahi-kan" (Atanasius, inc. 54,3). "Karena Putera Allah yang tunggal hendak memberi kepada kita bagian dalam ke-Allah-an-Nya, Ia menerima kodrat kita, menjadi manusia, supaya mengilahikan manusia" (Tomas Aqu., opusc. 57 in festo Corp. Chr. 1).

Sang Keselamatan itu hadir secara nyata, terlihat, terekam dan masuk dalam sejarah manusia. Yesaya 35:4-6 menubuatkan bahwa Allah sendiri datang menyelamatkan manusia.
35:4 Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!"
35:5. Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.
35:6 Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara;
Allah hendak datang sendiri ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Siapakah kita yang berani melawan kehendak bebas Allah? Lagipula, bukankah Allah telah menunjukkan salah satu kuasa-Nya dimana Ia mampu  menjadi manusia sepenuhnya tanpa harus kehilangan kodrat ilahi-Nya?
"Sang Ada, yang membuat ada segala yang kelihatan dan tidak kelihatan; lahir dan rela menjadi hamba dan hampa demi segala citra-Nya. Sungguh, misteri agung yang mengagumkan yang pernah ada, tetap ada dan akan terus ada. "- Severinus Klemens
Pax et Bonum

Sunday, December 25, 2011

Konversi Anglikan ke Katolik - Gereja Katolik Sedang Memanen Buah Hasil Gerakan Ekumenis Yang Benar


Kardinal Levada, Prefek Kongregrasi Doktrin Iman Gereja Katolik
Konversi Anglikan ke Katolik - Gereja Katolik Sedang Memanen Buah Hasil Gerakan Ekumenis Yang Benar

Kardinal Levada, Prefek Kongregrasi Doktrin Iman, salah satu badan dari Kuria Roma yang mengurusi berbagai hal terkait ajaran-ajaran Iman Gereja Katolik, pada 9 Maret 2010 yang lalu menjelaskan bahwa tujuan dari Ekumenisme adalah Persatuan dengan Gereja Katolik. Beliau menggambarkan persatuan penuh dengan Gereja Katolik itu sebagai sebuah ansambel orkestra.
  
"Persatuan yang kelihatan dengan Gereja Katolik dapat dibandingkan dengan sebuah ansambel orkestra. Beberapa instrument dapat memainkan seluruh nada, seperti sebuah piano. Tidak ada satu pun nada yang piano miliki yang biola, harpa, flute atau tuba tidak miliki. Tetapi ketika seluruh instrumen ini memainkan nada-nada yang piano itu miliki, nada-nada tersebut diperkaya dan diperbesar. Hasilnya adalah simfonis, persekutuan penuh. Seseorang mungkin dapat berkata bahwa gerakan ekumenis menginginkan berpindah dari kakofoni menjadi simfoni, dengan semuanya memainkan nada-nada kejelasan doktrinal yang sama, paduan nada eufonis yang sama dari aktivitas pengudusan, menjalankan ritme perilaku Kristiani dalam tindakan kasih dan mengisi dunia dengan suara yang indah dan mengundang dari Sabda Allah.

Sementara itu instrumen-instrumen lain dapat menyetel diri mereka sendiri berdasarkan piano, sehingga ketika bermain di konser  tidak ada kesalahan [yang dibuat] mereka untuk [mengiringi] piano. Adalah kehendak Allah bahwa mereka yang kepadanya Sabda Allah ditujukan, yaitu dunia, seharusnya mendengar sebuah melodi menyenangkan yang dibuat indah oleh kontribusi-kontribusi dari berbagai banyak instrumen yang berbeda."
Uskup Agung John Hepworth dari Australia, Primat Traditional Anglican Communion (TAC)
Dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut, Gereja Katolik mengadakan berbagai dialog ekumenis dengan sejumlah Gereja dan persekutuan gerejawi . Dan sekarang kita sedang melihat Gereja Katolik memanen hasil dialog-dialog ekumenis ini. Traditional Anglican Communion, sebuah persekutuan Anglikan Tradisional dengan primat/keutamaannya berada pada Uskup Agung John Hepworth di Australia mengajukan permohonan bersatu dengan Gereja Katolik. Sebelumnya anda jangan heran bila terminologi "Uskup", "Paroki" dan sebagainya yang digunakan dalam Gereja Katolik juga digunakan di Anglikan. Hal ini karena sekalipun berpisah dari Katolik, Anglikan tetap memelihara struktur hierarki dan sejumlah tradisi Katolik lainnya. 

Traditional Anglican Communion (TAC) ini berbeda dengan Gereja Anglikan Primat Canterbury yang dipimpin oleh Uskup Agung Rowan Williams. TAC ini secara ajaran iman dan tradisi, lebih dekat dengan Gereja Katolik dari pada Gereja Anglikan Canterbury. TAC ini menolak menahbiskan imam dan uskup perempuan maupun homoseksual yang dilakukan Gereja Anglikan Primat Canterbury di Inggris tersebut. Pada tahun 1991, TAC ini memisahkan diri dari Gereja Anglikan Primat Canterbury dan sejak tahun 2007 menyatakan keinginan untuk bersatu dengan Gereja Katolik. TAC ini memiliki umat sekitar 400.000-500.000 orang yang akan menjadi Katolik kelak. Anda bisa melihat sejumlah pernyataan dari Uskup Agung John Hepworth di situs berita Katolik ZENIT, di berita INI, INI dan INI.

Uskup Agung Rowan Williams, Primat Gereja Anglikan dan Uskup Canterbury (Inggris)
Merespon permohonan kelompok-kelompok Anglikan ini, terutama TAC, Gereja Katolik mengeluarkan sebuah dokumen bernama Anglicanorum Coetibus pada tanggal 4 November 2009 yang secara umum berisi pendirian Ordinariat Personal (Personal Ordinariate) bagi kelompok Anglikan yang hendak bersatu dengan Gereja Katolik. Ordinariat Personal ini merupakan suatu yurisdiksi gerejawi yang berbeda dengan yurisdiksi gerejawi berupa Keuskupan pada umumnya. Umat-umat yang berada di bawah Ordinariat Personal ini akan berada di bawah otoritas Ordinaris Personal bukan berada di bawah otoritas Uskup dari Keuskupan tempat mereka berdomisili. Misalnya anda umat Personal Ordinariate of Indonesia dan anda berada di wilayah Keuskupan Bandung. Nama anda akan terdaftar sebagai umat Personal Ordinariate of Indonesia tersebut dan sakramen-sakramen anda akan dilayani oleh kaum tertahbis dari Personal Ordinariate of Indonesia tersebut, bukan oleh kaum tertahbis dari Keuskupan Bandung.

Ritus Misa yang diadakan juga seturut tradisi Anglikan mereka, tidak seturut ritus Roma. Hal ini mirip dengan yang berada di Keuskupan Agung Milan di mana Ritus yang digunakan adalah Ritus Ambrosian, bukan Ritus Roma. Tetapi sekalipun menggunakan ritus yang berbeda, Anglicanorum Coetibus  mensyaratkan juga bahwa Katekismus Gereja Katolik  menjadi ekspresi Iman Katolik yang otoritatif bagi Ordinariat Personal ini. Dengan demikian, persatuan penuh secara kelihatan dan juga dalam ajaran iman terpenuhi. Hal ini juga menjamin setiap umat Katolik dari Gereja dengan Misa ritus Roma dapat menerima Komuni Kudus di Misa ritus Anglikan ini begitu juga sebaliknya.

Sejak keluarnya Anglicanorum Coetibus ini, pada tahun 2010, sejumlah Gereja Anglikan yang berada dalam persekutuan dengan TAC di Australia , Amerika Serikat dan Kanada (klik nama negara untuk mengetahui berita lebih lanjut) mengajukan permohonan resmi supaya Gereja Katolik mendirikan Ordinariat Personal ini bagi mereka.
Mgr. Keith Newton, Ordinaris Our Lady of Walsingham, Eks Uskup Anglikan
Di Inggris, tempat asal lahirnya Gereja Anglikan, menjelang dan sesudah kunjungan bersejarah Paus Benediktus XVI ke Inggris (16-19 September 2010), sejumlah Uskup, Uskup Emeritus (Uskup yang pensiun), Imam, Biarawan-biarawati dan umat awam meninggalkan Gereja Anglikan Primat Canterbury  dan masuk ke dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik. Akhirnya pada tanggal 15 Januari 2011, Gereja Katolik mendirikan Ordinariat Personal Our Lady of Walsingham dengan Mgr. Keith Newton, mantan Uskup Anglikan, sebagai Ordinaris-nya. Our Lady of Walsingham ini adalah Ordinariat Personal pertama yang didirikan oleh Gereja Katolik bagi umat Anglikan yang menjadi Katolik. Paskah tahun 2011 yang lalu adalah salah satu Masa Panen Gereja Katolik yang sangat bersejarah dan indah, hampir 1000 umat eks Anglikan di Inggris menjadi Katolik dan bergabung dalam Ordinariat Personal di bawah penggembalaan Bapa Keith Newton ini. Anda bisa melihat beritanya di situs Catholic Herald. Hingga sekarang, perpindahan umat Anglikan menjadi Katolik masih berlanjut di Inggris.

Pater Jeffrey Steenson, eks Uskup Episkopalian di Rio Grande, Calon Ordinaris Personal Ordinariate di Amerika Serikat
Di Amerika, sebelum Anglicanorum Coetibus ini dikeluarkan, Gereja Katolik telah menerima banyak perpindahan umat Episkopalian (American Anglican) dan Anglikan yang menjadi Katolik hingga kemudian didirikanlah Paroki Our Lady of Atonement pada tahun 1983 yang berada di Texas untuk umat Episkopalian yang menjadi Katolik. Paroki ini adalah sebuah Paroki Katolik yang tetap mempertahankan Misa seturut tradisi Anglikan mereka. Paroki lain yang setipe dengan Paroki Our Lady of Atonement ini juga telah didirikan seperti Paroki St. Mary the Virgin dan Paroki Our Lady of Walsingham. Paska keluarnya Anglicanorum Coetibus, sama seperti yang terjadi di Inggris, sejumlah Uskup, Imam, Biarawan-biarawati dan umat awam Episkopalian dan Anglikan berpindah menjadi Katolik. Pada tanggal 1 Januari 2012 nanti, Gereja Katolik secara resmi akan mendirikan Ordinariat Personal bagi umat Katolik eks-Anglikan di Amerika Serikat . Rumor yang beredar, eks Uskup Episkopalian, Jeffrey Steenson, akan diangkat sebagai Ordinaris pertamanya. Jeffrey Steenson adalah mantan Uskup Rio Grande yang meninggalkan Gereja Episkopalian kala ia menjadi Uskup selama dua tahun pada tahun 2007 lalu dan sekarang menjadi Imam Gereja Katolik.

Berdasarkan info dari situs berita Virtue Online, sejumlah Paroki Episkopalian seperti Paroki St. Timotius di Texas dan Paroki St. Lukas di Bladensburg, Maryland telah berpindah menjadi Katolik sebagai antisipasi berdirinya Ordinariat Personal Anglikan bagi Amerika Serikat. Sebuah Kongregrasi Biarawati Episkopalian, All Saints Sisters of the Poor di Maryland, juga telah berpindah menjadi Katolik sebelum berdirinya Ordinariat Personal Anglikan bagi Amerika Serikat. Situs ini juga melaporkan bahwa di Rio Grande kemungkinan besar akan ada 67 Imam dan seorang atau dua orang Uskup Episkopalian yang akan menjadi Katolik dan bergabung sebagai barisan pertama dari Ordinariat ini. Sedangkan di seluruh Amerika, sejumlah kongregrasi biarawan/ti TAC juga bersiap untuk convert en masse (berpindah secara massal) menjadi Katolik dan bergabung dalam Ordinariat Personal ini.

Sekarang kita menunggu konversi besar-besaran yang sama di Kanada dan Australia dan mungkin juga di negara-negara lain yang memiliki umat Anglikan. Di Kanada sendiri,  Dua orang Imam Anglikan, Pater Lee Kenyon dan Pater John Wright, beserta 50 umat  yang mereka gembalakan dari Paroki  Anglikan St. Yohanes Penginjil di Calgary, Kanada, pindah secara massal menjadi Katolik pada tanggal 18 Desember 2011. Pater Lee Kenyon di situs The Anglo-Catholic menyatakan bahwa 90% umat parokinya setuju menjadi Katolik.  Informasi pers yang dirilis bersama oleh Keuskupan Katolik Calgary dan Keuskupan Anglikan Calgary menyatakan bahwa kelompok Anglikan yang menjadi Katolik ini akan menjadi sebuah Paroki Katolik ritus Anglikan (setipe dengan Paroki Our Lady of Atonement di atas) yang pertama di Kanada. 

Doa Yesus supaya "mereka menjadi satu" semakin terlihat nyata dengan usaha Bapa Suci Benediktus XVI membawa pulang umat Anglikan ke pangkuan Bunda Gereja Katolik. Inilah ekumenisme yang sejati, membawa umat Kristen non-Katolik kembali bersatu dengan Gereja Katolik dalam satu ajaran iman dan dalam satu persatuan yang kelihatan. Gereja Katolik sedang memanen buah hasil gerakan ekumenis yang benar. Setiap satu domba tersesat yang diselamatkan saja membawa kesukaan yang begitu besar di Surga dan di Bumi, apa lagi sampai ribuan seperti ini. Sekadar pertanyaan reflektif, apakah di Indonesia,  Gerakan Ekumenis yang dilakukan oleh banyak umat Katolik sudah sesuai dengan tujuan Gereja Katolik atau malah mengkompromikan iman Katolik kita sendiri?

Lihat juga Artikel :

Pax et Bonum

Kelahiran Kristus, Para Gembala, dan Tiga Orang Majus dari Timur


a beautiful stained glass window at St. Rose of Lima Catholic Church, Quincy, Illinois

Kelahiran Yesus

Segala keresahan dan kebimbangan Santo Yosef berakhir dengan perintah dari malaikat untuk menerima Maria di dalam rumahnya. Yosef taat dan ia mengambil Maria sebagai isterinya. (Mat 1:24). Maria hidup di Nazaret di rumah Ypsef sambil menantikan kelahiran Anaknya.

Nabi Mikha bernubuat bahwa Sang Penebus akan dilahirkan di Betlehem. Pada waktu itu kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang diadakan pertama kali sewaktu Kireneus menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem � karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud � supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, yang sedang mengandung. (Luk 2:1-5)

Di dalam perintah penguasa politik ini, Maria dan Yusuf melihat kehendak Tuhan. Mereka pergi ke kota Daud, di mana Putera Daud akan dilahirkan, sehingga terpenuhilah nubuat Nabi Mikha. Kita tidak tahu dengan jelas kapan perjalanan itu dilaksanakan. Kita hanya mendapat kesan bahwa Yesus tidak dilahirkan segera sesudah mereka tiba di Betlehem.

Ketika mereka di situ, tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang tunggal dan sulung. Lalu Anak itu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan/ (Luk 2:6-7)

Sudah layak bahwa kita menyembah Bapa penuh cintakasih yang menganugerahkan kepada kita Putera-Nya; bahwa kita memuja Sabda Allah yang walaupun setara dan sehakikat dengan Bapa namun di sini kelihatan dalam bentuk tubuh seorang bayi; bahwa kita berterimakasih kepada Roh Kudus karena kekuatan-Nya, rahasia ini dapat terlaksana. Maria dan Yosef merasa sangat bahagia pada saat tersebut, walaupun mereka sangat menyesalkan bahwa mereka tidak dapat memberikan suatu penerimaan yang lebih layak kepada Sang Penebus. Mereka membaringkan Dia di dalam palungan karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Mereka sangat miskin. Putera Allah mengabaikan segala kekayaan duniawi dan mau dilahirkan di suatu tempat yang sangat miskin. Pencipta dunia tinggal di sebuah kandang, berbaring di sebuah palungan dan dunia tidak mengetahuinya.
Berita Kelahiran

Waktu telah tiba, Penebus telah lahir dan tidak ada seorang yang mengetahuinya, kecuali dua jiwa sederhana dan murni. Bukan kewajiban Maria dan Yosef untuk menyiarkan berita kelahiran ini. Allah sendiri harus menanganinya. Hanya jiwa-jiwa sederhana dapat mengetahui sedikit dari rahasia ini.

GEMBALA. Para Gembala yang berada di sekitar Betlehem dengan kawanan dombanya, menerima berita tentang kelahiran Yesus. Mereka orang sederhana, tanpa kebudayaan tinggi namun hatinya bersih. Injil menggambarkan reaksi mereka terhadap kejadian adikodrati yang mereka hadapi. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (Luk 2:9). Karena itu, malaikat harus menenteramkan mereka dengan berkata: �Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.� (Luk 2:10-12).

Setelah berita ini disampaikan, surga seakan-akan tidak dapat menahan lagi kegembiraannya: Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." (Luk 2:13-14). Malaikat-malaikat lalu pergi meninggalkan mereka. Keadaan di sekitarnya menjadi gelap lagi. Tetapi di dalam hati para gembala berkobarlah kepercayaan: Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita. (Luk 2:15).

Tanda-tanda pengenal menunjukkan pertentangan yang perlu dicatat pula: Anak itu berbaring di sebuah palungan, jadi Ia berada di dalam suatu suasana yang tidak layak bagi seorang manusia; tetapi kemiskinan itu tidak berarti suatu ketelantaran karena Anak itu mendapat perawatan yang cukup. Ia dibungkus dengan lampin. Para gembala menemukan apa yang mereka cari; kemungkinan dengan bantuan masyarakat di sekitar itu. Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. (Luk 2:17). Maria dan Yosef merasa sangat terhibur dan gembira dengan kunjungan para gembala dan dengan ceritera mengenai pemberitaan surgawi. Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. (Luk 2:19)

TIGA RAJA.  Antara kunjungan Para gembala (mewakili orang-orang Yahudi) dan kunjungan tiga raja dari sebelah timur (mewakili orang-orang kafir), terletak suatu jangka waktu yang agak lama. Istilah Majus yang dipergunakan dewasa itu menunjukkan imam-imam Persia. Setidak-tidaknya mereka datang dari jauh karena nyatanya mereka tidak mengerti tentang keadaan di Yerusalem. Masyarakat Persia juga tahu bahwa bangsa Yahudi sedang menantikan seorang Mesias. Mungkin sekali para raja ini mengetahui juga nubuat Bileam (Bilangan 24). Di sana dibicarakan tentang sebuah bintang yang dikaitkan dengan kedatangan Penebus. � ... bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel ... �. (Bil 24:17)

Penampakan bintang yang tidak dikenal itu membuat mereka yakin bahwa di Israel telah lahir seorang raja baru. Tetapi rahmat Tuhan pun turut bekerja pula. Di dalam bintang itu mereka memandang suatu tanda ilahi dan mereka percaya bahwa janji-janji ilahi akan terpenuhi. Kepercayaan itu mendorong mereka untuk menerima segala konsekuensi. Mereka lalu berangkat untuk menyembah Dia. Para Majus berjalan menuju ibu kota Israel untuk menemukan Anak Raja yang terpilih itu. Mereka  bertanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." (Mat 2:2). Reaksi yang pertama ialah keheranan dan kebingungan: Bagaimana reaksi Herodes? Masyarakat tahu siapa sebenarnya Herodes? Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. (Mat 2:3). Herodes melihat bahaya suatu pemberontakan. Oleh karena itu ia segera menanyakan kepada Sanhedrin yang berwibawa. Sanhedrin menunjukkan Betlehem sebagai tempat lahir Mesias. Herodes lalu bermunafik kepada tiga raja itu: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia." (Mat 2:8). Dengan perasaan kecewa, para raja itu meninggalkan Yerusalem, kota yang berbau politik duniawi. Bintang yang mereka lihat di Timur mendahului mereka dan mereka sangat bersukacita. (Mat 2:9-10). Segala kepahitan hilang lenyap dari mereka. Mereka makin yakin bahwa yang mereka rindukan bukanlah suatu khayalan. Biarlah seluruh Yerusalem tidak mau percaya tetapi mereka tetap mengikuti jalan Tuhan dengan penuh kepercayaan.

Para Majus mencapai tujuan perjalanannya dengan bimbingan sebuah bintang. Mereka melihat Anak itu. (bdk Mat 2:11). Injil mengatakan bahwa mereka masuk ke dalam rumah. Apakah Maria dan Yosef tidak tinggal lagi di dalam kandang? Bisa jadi. Tetapi ada juga kemungkinan lain, yaitu bahwa mereka (terutama Yosef adalah seorang tukang kayu) telah memperbaiki kandang itu di sana sini sehingga sudah kelihatan sebagai �rumah�.

Mereka lalu sujud menyembah Dia. (bdk Mat 2:11). Mereka membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya yaitu emas, kemenyan dan mur. (Mat 2:11). Untuk menghadap seorang yang tinggi martabatnya, orang tidak boleh datang dengan tangan hampa. Penghormatan harus dinyatakan dalam pemberian harta benda. Mereka persembahkan barang-barang yang layak bagi seorang Raja. Tradisi Kristen melihat lambang tertentu dalam persembahan ini: emas adalah ke-raja-an Kristus, kemenyan adalah ke-Allahan-Nya dan mur adalah kemanusiaan-Nya; atau juga emas sebagai lambang cinta, kemenyan lambang doa dan mur lambang matiraga. Para Majus merasa sangat puas karena persembahannya diterima. Kita tidak tahu berapa lama mereka tinggal di sana. Yang kita tahu hanyalah bahwa karena mereka diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka mereka pulang ke negerinya melalui jalan lain. (Mat 2:12).


oleh Pater Herman Embruiru, SVD dalam bukunya berjudul "Aku Percaya" hlmn 134-136.

Pax et Bonum

Saturday, December 24, 2011

Gambar dalam KKGK - Penyembahan Para Majus

Gentile Da Fabiano (1423), Adoration of the Magi, Uffizi Gallery, Florence.

Gambar dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik - Penyembahan Para Majus

Penyembahan Para Majus (bdk. Mat 2:1-12) merupakan karya pokok yang indah yang melukiskan pewahyuan Yesus kepada semua manusia. Penjelmaan (Inkarnasi) merupakan anugerah yang tidak hanya ditujukan bagi iman Maria, Yosef, para wanita, para gembala dan umat Israel yang sederhana, tetapi juga bagi iman orang-orang asing ini yang datang dari Timur untuk menyembah Mesias yang baru lahir dan membawa persembahan-persembahan mereka bagi-Nya.
�Maka, masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.� (Mat 2:11).

Para Majus adalah buah-buah pertama para bangsa yang dipanggil untuk beriman dan mereka datang kepada Yesus bukan dengan tangan kosong tetapi dengan segala kekayaan dari tanah dan budaya mereka.

Injil Yesus adalah sabda keselamatan bagi semua manusia. Santo Leo Agung mengatakan: �Biarkanlah semua manusia, yang diwakili oleh tiga Majus ini, menyembah Pencipta semesta alam dan semoga Allah tidak hanya dikenal di Yudea, tetapi juga di seluruh muka bumi karena agunglah nama-Nya di seluruh tanah Israel (bdk. Mzm 75:2)� (Pembicaraan 3 untuk Epifani).

Ket: Situs Resmi Vatikan (vatican.va) menyediakan buku elektronik (e-book) Kompendium Katekismus Gereja Katolik dalam bahasa Indonesia yang dapat didownload dengan gratis. Kaum awam sangat disarankan untuk membaca Kompendium Katekismus Gereja Katolik ini.


Pax et Bonum

St. Claus Meninju Wajah Si Penyesat

Ikonografi ini menggambarkan St. Nikolaus yang sedang meninju Si Sesat Arius pada Konsili Nicea 325 M
Santo Nikolaus dari Myra (sekarang masuk wilayah Turki), yang kita rayakan pada tanggal 6 Desember, dikenal sebagai seorang Uskup yang baik hati.  Ia dikenal salah satunya karena kebaikannya menolong tiga orang putri yang hendak dijual ayah mereka karena keluarga mereka kekurangan uang. Juga dilaporkan bahwa St. Nikolaus ini berusaha mengatasi kelaparan di wilayah keuskupannya dengan bersusah payah mendatangkan makanan dari luar keuskupannya. Dari kisah hidup dan segala kebaikan St. Nikolaus ini, dibuatlah sebuah tokoh kakek tua yang gemar berbagi hadiah kepada anak-anak kecil setiap Natal yang kita kenal dengan nama Santa Claus atau Sinter Klaas. Kisah tentang Santo Nikolaus dari Myra ini dapat anda sekalian baca lebih lanjut di situs Yesaya dan Iman Katolik. Tapi tahukah anda bahwa seorang Uskup yang baik hati ini pernah meninju seorang Imam?
Konsili Ekumenis Pertama, Konsili Nicea (325 M), dipanggil oleh Kaisar Constantine untuk membahas sebuah pengajaran sesat dari seorang Imam di Keuskupan Alexandria bernama Arius sekaligus menegaskan ajaran iman yang benar mengenai Ke-Allah-an Yesus Kristus (Banyak orang terpengaruh mitos bahwa Konsili Nicea 325 M mengangkat Yesus sebagai Allah padahal Yesus itu sejak awal mula adalah Allah. Konsili Nicea ini adalah Konsili yang diadakan untuk menegaskan ajaran iman yang benar yang sudah ada sebelumnya). Pengajaran Arius ini kita kenal dengan sebutan Arianisme. Arius mengajarkan bahwa Yesus Kristus, Sang Allah yang menjadi manusia, bukanlah Allah sepenuhnya melainkan hanya sebuah ciptaan pertama dari Allah Bapa.
Konsili Nicea ini, yang dipimpin oleh Uskup Hosius dari Cordova selaku wakil Paus St. Silvester, memanggil Arius ke tengah Konsili dan meminta ia untuk menjelaskan seluk beluk pengajarannya yang sesat itu. St. Nikolaus, Uskup Myra, tidak dapat menerima semua pengajaran sesat Arius yang tidak masuk akal itu dan tidak dapat menerima Yesus direndahkan dalam pengajaran sesat tersebut. Lalu, ia berdiri, berjalan ke arah Arius dan meninju wajah Arius. 
Hosius dari Cordova, Kaisar Constantine dan Para Uskup yang hadir di Konsili mengecam tindakan kekerasan Nikolaus melawan Arius. Mereka segera menurunkan St. Nikolaus dari tahta keuskupannya dengan menyita dua simbol yang menandai seseorang sebagai Uskup: Salinan Injil milik St. Nikolaus dan Pallium (vestment/jubah yang digunakan oleh Para Uskup di Timur) miliknya. St. Nikolaus kemudian dimasukkan ke dalam penjara.

Sekarang, bila demikian kisah akhir dari St. Nikolaus, kita mungkin tidak akan mengenal orang kudus ini dan tentu juga tidak akan mengenal tokoh yang dibangun dari St. Nikolaus, Santa Claus. Kemudian setelah St. Nikolaus diturunkan lalu dipenjarakan, Tuhan Yesus Kristus dan Santa Perawan Maria mengunjungi Nikolaus di dalam penjara karena tindakannya menampar sang penyesat, Arius. Tuhan Yesus Kristus bertanya kepada St. Nikolaus, �Mengapa kamu berada di sini?� Nikolaus menjawab �Karena saya mencintai Engkau, Tuhanku dan Allahku.� Kristus kemudian menyerahkan salinan Injil kepada St. Nikolaus. Kemudian, Perawan Maria memakaikan Pallium Uskup kepada St. Nikolaus. Dengan kedua tindakan ini, St. Nikolaus dikembalikan martabat dan posisinya sebagai seorang Uskup Gereja Katolik. Penggambaran mujizat terhadap St. Nikolaus ini digambarkan dengan ikon tradisional berikut:

Perhatikan Tuhan Yesus Kristus di kiri memegang salinan Injil dan Santa Perawan Maria di kanan memegang Pallium. Sementara di tengah, St. Nikolaus yang telah menggunakan Pallium dan memegang salinan Injil.
  
Ketika Para Uskup dan Kaisar Konstantinus di Konsili mendengar mujizat ini, Konsili segera memerintahkan supaya Nikolaus dikembalikan posisinya sebagai Uskup dengan reputasi baik di dalam Konsili Nicea ini. Syahadat Panjang / Syahadat Nicea Konstantinopel yang kita daraskan merupakan salah satu hasil Konsili Nicea ini (bersama Konsili Konstantinopel I). Para Uskup di Nicea berada di pihak St. Athanasius Agung dan St. Nikolaus mengutuk ajaran sesat Arianisme oleh Arius dan menegaskan ajaran yang benar mengenai Yesus Kristus seperti yang tercantum dalam kutipan Syahadat Panjang / Kredo Nicea-Konstantinopel berikut ini:
�Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa,
pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan;
dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan,
sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. ...�

Sebuah gambar yang menggambarkan kejadian legendaris tersebut menutup artikel ini: St. Nikolaus di kiri sedang mempersiapkan tinjuannya berjalan menuju ke arah Arius dengan tangan di atas. Orang yang berada di tahta tersebut adalah Kaisar Konstantinus. Santo Nikolaus dari Myra, doakanlah kami.
Catatan: Artikel ini ditulis bukan untuk membenarkan tindakan pemukulan terhadap mereka yang menyesatkan tetapi untuk menceritakan salah satu bagian dari kisah hidup St. Nikolaus yang jarang atau mungkin belum pernah kita dengar.

Sumber gambar:  Cantebury Tales, sebuah blog milik Dr. Taylor Marshall, Katolik eks Imam Anglikan. 
Lihat juga mengenai Kaisar Konstantinus dan Konsili Nicea pada Artikel Ini.

Pax et Bonum



Tuesday, December 20, 2011

Asal-usul Perayaan Natal


Ikon Kelahiran

Gereja menetapkan tanggal 25 Desember sebagai Hari Raya Natal untuk merayakan Hari Kelahiran Yesus Kristus. Gereja Katolik telah merayakan Natal sejak abad-abad pertama Gereja Katolik hadir. Daniel Rops, seorang sejarawan dari Prancis, mengatakan bahwa pada masa penganiayaan Gereja Katolik sampai keluarnya Edict Milan (313) yang memberikan kebebasan beragama kepada Gereja Katolik, umat Katolik telah merayakan Natal secara sembunyi-sembunyi di Katakombe-katakombe (makam bawah tanah) yang ada di Kekaisaran Romawi.  [Daniel Rops, Pri�res des Premiers Chr�tiens, Paris: Fayard, 1952, pp. 125-127, 228-229].

Mendukung pernyataan Daniel Rops ini, saya tampilkan sebuah lukisan fresco abad ke-2 dari Gereja Katakombe St. Priscilla di Roma yang menggambarkan Nativity of Christ atau Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. 

Lukisan Fresco Kelahiran Yesus Kristus dari abad ke-2 di Katakombe St. Priscilla di Roma
Bapa Gereja Teofilus, Uskup Caesarea di Palestina (115-181 M), yang hidup dalam masa pemerintahan Kaisar Commodus mungkin adalah orang pertama yang secara eksplisit memberikan pernyataan mengenai Natal: 
�Kita harus merayakan hari kelahiran Tuhan kita pada tanggal 25 Desember yang akan berlangsung.� [Magdeurgenses, Cent. 2.c.6. Hospinian, de Origin Festorum Christianorum]

Sextus Julius Africanus (220 AD), walau tidak berbicara mengenai adanya perayaan Natal, ia secara implisit menyatakan bahwa 25 Desember sebagai tanggal kelahiran Kristus. Dalam bukunya Chronographia, ia mengatakan bahwa dunia diciptakan pada tanggal 25  Maret berdasarkan kronologi Yahudi dan sejarah Kristen Perdana. Ia mengatakan bahwa pada tanggal 25 Maret ini, Sang Firman Allah menjelma menjadi manusia; hal ini membuat sense simbolis yang sempurna karena pada saat Penjelmaan ini, penciptaan yang baru dimulai. Berdasarkan Julius Africanus, karena Sang Firman Allah menjelma menjadi manusia sejak masa Dia dikandung oleh Perawan Maria, hal ini berarti setelah 9 bulan, Sang Firman Allah yang telah menjadi manusia itu lahir pada tanggal 25 Desember.

St. Hipolitus dari Roma, pentobat yang dulunya seorang anti-Paus pada masa penggembalaan Paus St. Zephyrinus, Paus St. Kallistus I, Paus St. Urbanus I dan Paus St. Pontianus, secara eksplisit juga menyatakan bahwa Yesus Kristus lahir pada tanggal 25 Desember:
Untuk kedatangan pertama Tuhan kita dalam daging, [terjadi] ketika Ia lahir di Betlehem, eight days before the kalends of January (25 Desember), hari keempat (Rabu) dalam minggu ketika Augustus (kaisar Romawi) dalam 42 tahun [pemerintahannya] tetapi dari Adam 5500 tahun. Ia (Yesus) menderita pada [usia] 33 tahun, eight days before the kalends of April (25 Maret), tahun kelimabelas Kaisar Tiberius ketika Rufus dan Roubellion dan Gaius Caesar, untuk keempat kalinya, dan Gaius Cestius Saturninus menjadi konsul [di Roma]. (St. Hippolytus of Rome (c. 225 AD), Commentary on Daniel 4.23.3)

Sedangkan, Bapa Gereja Yohanes, Uskup Nicea, memberitahu kita bahwa Paus St. Julius I (336-352) dengan bantuan tulisan-tulisan dari sejarawan Yahudi, Josephus, telah memastikan bahwa Kristus lahir pada tanggal 25 Desember.

Pada akhir abad keempat, Uskup Epifanius dari Salamis (salah satu sejarahwan Gereja) memberikan kronologi kehidupan Tuhan Yesus Kristus di mana menurut Kalender Julian (saat ini Gereja Katolik Roma menggunakan Kalender Gregorian) tanggal 6 Januari adalah hari kelahiran Tuhan dan 8 November adalah hari pembaptisan Tuhan di Sungai Yordan.

Pada permulaan abad kelima, biarawan terpelajar, St. Yohanes Kassianus dari Konstantinopel, pergi ke Mesir untuk mempelajari peraturan-peraturan biara di sana. Antara tahun 418 hingga 425, St. Yohanes Kassianus menulis laporan pengamatannya. Dia memberitahukan kita bahwa uskup-uskup di wilayah itu, pada masa tersebut, menganggap Pesta Epifani (Penampakan Tuhan) sebagai hari kelahiran Tuhan dan tidak ada perayaan terpisah dalam menghormati kelahiran Tuhan. Dia menyebut hal ini �tradisi kuno�. Kebiasaan lama ini segera memberi jalan bagi tradisi baru. Sementara mengunjungi St. Sirillus, Patriark Alexandria; Uskup Paulus dari Emesa berkhotbah pada perayaan kelahiran Tuhan Yesus pada 25 Desember tahun 432 M. Natal telah diperkenalkan kepada Mesir sebelum waktu kunjungan ini, dapat dikatakan sekitar 418 dan 432 M dan peristiwa ini menjadi bukti kuat berdasarkan kalender yang telah ada.

St. Gregorius dari Nazianzus, Bapa Gereja dan Uskup, selama tinggal di daerah Seleucia di Isauria (Turki sekarang) merayakan Natal untuk pertama kalinya di Konstantinopel pada tanggal 25 Desember 379.
St. Yohanes Krisostomos

St. Yohanes Krisostomos, Bapa Gereja dan Uskup, berkhotbah di Antiokia pada tanggal 20 Desember 386 dan karena kefasihan pewartaannya, ia berhasil mengajak umat beriman untuk menghadiri Natal 25 Desember 386. Sejumlah besar umat beriman hadir di Gereja ketika Natal dirayakan. Kita memiliki salinan khotbah St. Yohanes Krisostomos. Pada Pengantar khotbah, ia berkata bahwa ia berharap dapat berbicara kepada mereka mengenai perayaan Natal yang telah menjadi kontroversi besar di Antiokia. Dia mengusulkan kepada para pendengarnya untuk menghormati dan merayakan Natal dengan tiga dasar: Pertama, karena Natal telah menyebar dengan cepat dan pesat dan telah diterima dengan baik di berbagai daerah. Kedua, karena waktu pelaksanaan sensus pada tahun kelahiran Yesus dapat ditentukan dari berbagai dokumen kuno yang tersimpan di Roma; Ketiga, waktu kelahiran Tuhan Yesus dapat dihitung dari peristiwa penampakan malaikat kepada Zakarias, ayah Yohanes Pembaptis, di Bait Allah. Zakarias, sebagai Imam Agung, masuk ke dalam Tempat Mahakudus pada Hari Penebusan Dosa Yahudi (The Jewish Day of Atonement). Hari tersebut jatuh pada bulan September menurut kalender Gregorian. Enam bulan sesudah peristiwa ini, malaikat Gabriel datang kepada Maria dan enam bulan kemudian Yesus Kristus lahir, yaitu pada bulan Desember. St. Yohanes Krisostomos menyimpulkan khotbahnya dengan sanggahan telak terhadap orang-orang yang menolak bahwa Sang Allah telah menjadi manusia dan tinggal di dunia. St. Yohanes Krisostomos, dengan mengacu pada khotbah di atas, mengatakan dengan jelas bahwa pada masa tersebut, ketika perayaan Natal diperkenalkan di Timur, Natal telah dirayakan di Roma lebih dulu.

Melihat pemaparan di atas, saya sangat yakin bahwa Tuhan Yesus sungguh lahir pada tanggal 25 Desember. Tetapi saya juga sangat sadar bahwa Natal bukan sekadar soal tanggal lahir Tuhan Yesus.

Banyak orang-orang yang menolak dan skeptis terhadap Natal berusaha untuk mendiskreditkan Natal bahkan membuat mitos bahwa Natal adalah hasil adopsi dari perayaan pagan bernama Dies Natalis Solis Invicti yang sebenarnya ditetapkan Kaisar Aurelianus pada 25 Desember 274 untuk menandingi Natal Gereja Katolik. Bagaimanapun juga, pendiskreditan ini menunjukkan kesalahpahaman mengenai tentang apa itu Natal. Dalam Gereja, Natal adalah sebuah Hari Raya yang ditetapkan oleh Gereja untuk merayakan dan mengenang bahwa Allah  yang menjadi manusia tanpa kehilangan ke-Allah-anNya kini telah lahir untuk menyelamatkan kita dari dosa dan menebus dunia. Allah yang mahakasih itu menjadi seorang bayi kecil, lahir dari rahim seorang Perawan untuk membebaskan kita dari kematian dan dosa, inilah yang dinubuatkan Para Nabi di Perjanjian Lama.

Mereka yang menolak  atau skeptis terhadap Natal berpikir terlalu banyak mengenai istilah teknis dan angka-angka sedangkan mereka kehilangan makna dari Natal itu sendiri. Makna Natal bukanlah mengenai akte kelahiran lengkap dengan isinya, tetapi mengenai cinta kasih dari Allah yang telah menjadi manusia bagi kita.

Demikianlah secara singkat asal-usul Perayaan Natal yang kita rayakan 25 Desember setiap tahunnya. Perayaan Natal memang memiliki asal usul yang sangat tua dan telah dirayakan sejak zaman Gereja Perdana. Natal bukanlah perayaan pagan yang diadopsi masuk ke dalam Kekristenan, tetapi Natal adalah Perayaan Misteri Iman yang berasal dari dalam Kekristenan itu sendiri.


dikembangkan dari Newsletter of Pope John Paul II Society of Evangelists December 2007, Christmas Was Never a Pagan Holiday by Marian T. Horvath, dan berbagai sumber-sumber minor lainnya.

Recent Post