Latest News

Wednesday, March 30, 2011

ROH KUDUS DAN KAUM BERIMAN


Roh Kudus berdiam di dalam kaum beriman yang hidup dalam keadaan rahmat; Ia menguduskan mereka baik jiwa maupun badan dan membimbing mereka sebagai anak-anak Allah melewati kehidupan ini.



Pada hari Pentakosta, Kristus mengutus Roh Kudus kepada Gereja. Gereja ialah umat beriman yang hidup dalam persatuan dengan Kristus. Apa yang dilakukan oleh Roh Kudus terhadap Gereja secara umum, dilakukan pula terhadap kaum beriman secara khusus. Roh kudus membimbing dan mengatur kaum beriman; Ia menghibur dan mengutatkan mereka; Ia menguduskan mereka dan mencurahkan rahmat ke dalam hati mereka; Ia memberi terang dan kekuatan; Ia mengajak dan mendorong; Ia terlibat dalam setiap karya kebajikan, dalam setiap perbuatan cintakasih, dalam setiap doa; Ia mempersatukan mereka satu sama lain dan membuat mereka menjadi satu di dalam Kristus, Kepalanya. Dengan demikian Roh Kudus merupakan Pribadi Allah yang memberi kehidupan dan membawa persatuan.

Masih ada satu masalah yang perlu diperhatikan. Sebagaimana Roh Kudus diberikan kepada Gereja dan tinggal di dalamnya, demikian pula Ia hidup di dalam setiap orang saleh. Orang beriman yang berada dalam keadaan rahmat, adalah kenisah Roh Kudus, oleh karena Ia bersemayam di dalam mereka. Tetapi Roh Kudus tidak berdiam seorang diri. Yesus sudah mengatakan: �Orang yang mengasihi Aku, orang itu akan menuruti ajaran-Ku. BapaKu akan mengasihi orang itu. Bapa-Ku dan Aku sendiri akan datang kepada orang itu dan tinggal bersama-sama dengan dia.� (Yoh 14:23). Jadi tiga Pribadi Allah; Bapa dan Putera dan Roh Kudus, tinggal di dalam jiwa kita.

Bagaimana mungkin hal itu dapat terjad? Manusia merasa diri begitu biasa, begitu lemah dan penuh dengan dosa. Manusia mengulurkan tangannya kepada Tuhan. Manusia tidak senang dengan Tuhan yang mahakuasa tetapi terlalu jauh; manusia menghendakai Tuhan yang dekat dengannya; manusia menghendaki memiliki Tuhan, manusia hendak menarik Tuhan ke dirinya; manusia menghendaki agar Tuhan menjadi miliknya dan manusia menjadi milik Tuhan. Dan lihatlah, Tuhan menyetujuinya. Dalam kebaikan-Nya, Tuhan hendak memberi diri-Nya sendiri. Ia mau datang kepada jiwa. Ia turun ke dalam jiwa dan tinggal di sana. Ia adalah tamu manusia, sahabat akrab manusia dan Ia bergaul dengan manusia atas cara yang sangat mesra.

Bapa dan Putera dan Roh Kudus tinggal di dalam jiwa orang saleh di dunia ini. Mereka tinggal selama masih ada cintakasih. Kalau cintakasih hilang, maka, walaupun iman dan pengharapan tidak hilang, kontak dengan Tuhan tidak ada lagi. Jadi, walaupun ia mengenal Tuhan dan mungkin juga percaya kepada Tuhan, namun Tuhan tidak tinggal di dalam hati orang berdosa; jiwanya bukanlah tempat tinggal yang layak bagi ketiga Pribadi Allah, jiwanya bukanlah kenisah Tuhan.

Di dalam pembicaraan-Nya tentang kebinasaan kota Yerusalem, Yesus berkata bahwa akhirat akan terjadi apabila Kabar Baik tentang pemerintahan Allah sudah diberitakan ke seluruh dunia (Mat 24:24). Kristus hanya mau mengatakan bahwa hukuman bagi bangsa yang menolak Mesias akan tiba apabila warga Yahudi yang tersebar di dunia yang dikenal pada waktu itu, juga bersalah terhadap penolakan tersebut, oleh karena mereka sudah berkesempatan menerima pewartaan kebahagiaan Kristus.

Santo Paulus mengatakan bahwa Tuhan menolak bangsa Yahudi oleh karena bangsa itu menolak Mesias. Tetapi penolakan itu tidak definitif. Sekali juga Israel akan kembali dengan bantuan rahmat Tuhan. Bagaimanapun juga hari akhirat akan tiba sebelum perkataan ini dipenuhi. Hari itu sendiri tidak menentu dan akan datang dengan tidak terduga.

Sumber: Aku Percaya by RP H. Embruiru SVD

Sunday, March 27, 2011

Primat Baru Untuk Gereja Katolik Yunani Ukraina

Uskup Agung Utama Sviatoslav Schevchuk
Uskup Agung Schevchuk (40) menggantikan Lubomyr Kardinal Hussar

Kiev, Ukraina, 25 Maret 2011 (Zenit.org) - Benediktus XVI menganugerahkan persekutuan gerejawi kepada Uskup Agung Sviatoslav Schevchuk, 40, sebagai Ordinaris Eparki Agung (Keuskupan Agung) Kiev (Ukraina) dan Primat Gereja Katolik Yunani Ukraina.

Sinode Para Uskup Gereja Katolik Yunani Ukraina, bertemu di Kiev, memilih Uskup Agung Schevchuk pada hari Rabu (23 Maret 2011) sebagai pengganti Kardinal Lubomyr Husar (78) yang mengundurkan diri karena alasan kesehatan pada bulan Februari. Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik 


Gereja-Gereja Timur menetapkan (Canon 153) bahwa pengangkatan Uskup Agung memerlukan pengakuan akan persekutuan dengan Gereja Universal yang diberikan oleh Paus


Uskup Agung Schevchuk (Roma belum menetapkan titel Kepatriarkhan untuk Gereja iniadalah uskup termuda yang mengambil bagian dalam sinode dan juga merupakan uskup termuda keempat dalam Gereja Katolik.







Dia akan menjadi Gembala dari 5 juta orang beriman (Katolik Yunani-Ukraina), Gereja yang terbesar dari Gereja-Gereja Katolik Timur. Gereja ini bersatu dengan Roma setelah Persatuan Brest (1596), dan Gereja ini secara khusus dianiaya karena alasan persatuan ini selama periode Soviet, ketika Stalin memerintahkan pembubaran Gereja ini pada tahun 1948. Penganiayaan yang legal dan marginalisasi berakhir pada tahun 1989 ketika, setelah jatuhnya komunisme, Gereja ini kembali mendapat pengakuan yuridis.

Sviatoslav Schevchuk lahir di Styj, dekat Lviv, pada tahun 1970. Ia masuk seminari pada tahun 1983, dan ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1994, pada usia 24Ia menerima gelar doktor dalam teologi moral dari Universitas St Thomas AquinasPada tahun 2009, ia diangkat sebagai Uskup Auksilier Eparki Santa Mar�a del Patrocinio di Buenos Aires, Argentina, dan pada tahun 2010 ditunjuk sebagai Administrator Apostolik Eparki tersebutUskup Agung Schevchuk akan memiliki Tahta Kiev pada hari Minggu.

Don Pelayo dan Reconquista Spanyol

Ditulis oleh Felipe Barandiaran
Senin, 12 November 2007 12:37
Salah satu aspek menarik dari Perjanjian Lama adalah intervensi Allah kepada mereka  yang telah melakukan semua yang mereka mungkin lakukan saat menghadapi rintangan yang begitu banyak dan menyerahkan kepada Allah untuk melakukan hal yang mustahil. Seperti pada kisah Daud dan Goliath, Gideon dan Orang-orang Yeriko, Kaum Makabe dan lainnya; kita mendapat kesan bahwa Allah sesungguhnya berperang di pihak mereka. Sejarah pada masa  Perjanjian Baru ini juga menampilkan sejumlah intervensi dari Allah. Di antaranya adalah cerita yang bagus sekali mengenai Reconquista, pengambilan kembali Spanyol dari dominasi Islam.

Jihad
Kurang dari 70 tahun setelah kematian Muhammad pada tahun 632, para pengikutnya telah menaklukan sebagian besar Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada awal abad ke-8, para pemimpin dari agama baru ini mengalihkan pandangannya ke Kekristenan Eropa, memimpikan penaklukan-penaklukan bangsa Moor baru. Di sisi lain dari selat Gibraltar, Bangsa Visigoth Spanyol Katolik berada pada kemunduran, ditekan oleh bidaah Arianisme, jatuh pada kebobrokan moral yang parah, tentara dan rakyatnya lemah, dan para pemimpinnya terpecah. Pada tahun 711, karena perpecahan internal, para pengkhianat memberi info kepada Muslim tentang titik kelemahan di sepanjang pantai selatan Spanyol. Tanpa menunggu undangan kedua, pasukan Islam mendarat. Racun pengkhianatan ditambah dengan kebengisan dari tentara Islam menaklukkan seluruh Spanyol dalam beberapa tahun. Tapi Tuhan telah lama mempersiapkan Daud Spanyol yang akan menghadapi Goliat Islam yang baru.

 
Seorang Prajurit, sebuah Gua dan Seorang Ratu

Our Lady of Covadonga

Wilayah Cantabrian di utara Spanyol membentuk benteng alami dari puncak tinggi, ngarai yang dalam, lembah yang sempit, tebing yang curam dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Area menghasilkan sejumlah �Puncak Eropa� dan merupakan surga para pertapa dan rumah bagi beruang, kambing gunung dan soaring eagles. Tempat ini juga dikenal sebagai tempat lahir Katolik Spanyol, dan tempat ini menjadi titik permulaan dari hikayat kita yang begitu bagus.
Suatu hari, sekitar tahun 718, seorang pembuat masalah mendaki batuan dan dinding gunung dengan putus asa untuk melarikan diri dari seorang prajurit muda yang ingin menangkapnya.  Tiba-tiba, orang yang dikejar itu masuk ke dalam gua besar dan menghilang ke dalam kegelapan. Sambil mengejar orang tersebut, sang prajurit menemukan sang pembuat masalah menarik-narik seorang pertapa yang terhormat dengan putus asa. Di samping pertapa tua itu, berdiri sebuah gambar kecil dari Bunda Maria Yang Suci dengan Kanak-kanak Yesus di pelukannya. Berkat permintaan sang pertapa, sang prajurit membebaskan sang pembuat masalah dan berhenti mengejar-ngejarnya. �Allah akan memberkatimu karena ini, temanku,� kata Sang Pertapa. Nama sang pembuat masalah dan sang pertapa tenggelam dalam sejarah, tapi nama sang prajurit diketahui adalah Pelayo (Pelagius), seorang bangsawan dari garis keturunan yang setia dan tidak punya rasa takut. Gua tersebut sekarang dikenal sebagai Covadonga dan gambar kecil Maria tersebut dihormati di sana sebagai Ratu kita dari Codavonga, Perantara dan Ratu Spanyol. 

Masa awal Spanyol
Pada permulaan abad ke-8, Spanyol diperintah oleh Raja bangsa Visigoth bernama Vitiza, seorang pria yang kurang ajar dan korup. Ketika masih seorang pangeran, Vitiza membunuh Duke of Fafila dan mengasingkan anaknya, Pelayo. Setelah Vitiza mati, anak-anaknya tidak dapat mengamankan tahta karena ketidakpopuleran ayahnya yang kejam. Memanfaatkan kekacauan ini, Rodrigo Duke of Betica, mengumpulkan kekuatan dan medeklarasikan dirinya sendiri sebagai raja. Pada masa ini, para pendukung Vitiza dan anak-anaknya bersumpah untuk membalas dendam. Mereka mengirim utusan-utusan kepada para pengikut Muhammad di seberang  Selat Gibraltar di Afrika Utara dan mengungkapkan kepada mereka seluruh titik kelemahan pantai selatan Spanyol. Tariff bin Ziyad adalah seseorang yang dipilih untuk tugas ini oleh Musa bin Nusayr, gubernur Afrika Muslim. Dengan dibantu oleh pengkhianat lainnya, Count of Olian Lord of Gibraltar pada saat menghadapi Raja Rodrigo, Ziyad memenangkan banyak pertempuran yang menentukan pada tahun 711. Apa yang dimulai sebagai serbuan yang simpel berubah menjadi peperangan dan penaklukan yang besar karena banyak musuh bangsa Visigoth bergabung dengan pasukan Ziyad.

Pertempuran Guadalete
Akhirnya, Raja Rodrigo berhasil mengumpulkan sebuah pasukan berkekuatan 100.000 orang terlatih dan bertemu pasukan Muslim di Guadalete. Pada sengitnya pertempuran ini, para pendukung Vitiza dan anak-anaknya bergabung dengan bangsa penginvasi Moor dan menyerang Rodrigo dari belakang yang menentukan kemenangan bagi Ziyad. Raja Rodrigo terbunuh dan tubuhnya lenyap. Beberapa abad kemudian, makam Rodrigo ditemukan di Portugal.

Pelayo Muncul
Pada pertempuran itu, Pelayo, anak dari Duke Of Fafila yang telah dibunuh oleh Vitiza, juga ikut bertempur. Setelah kekalahan di Guadalete, Pelayo melarikan diri dengan anggota-anggota keluarganya ke Asturias di utara Spanyol. Sementara itu Nusayr menjadi iri kepada Ziyad dan memutuskan untuk berbagi dalam kejayaan dan kemenangan penaklukan Spanyol. Dia menyeberangi selat Gibraltar dengan tentara yang sangat kuat dan menaklukkan Granada, Malaga, Merida, Sevilla dan Zaragoza. Berlanjut bergabung dalam pengkhianatan yang keji, Para pengikut Vitiza menyerahkan kota demi kota kepada penginvasi. Seperti domino, daerah demi daerah jatuh, meninggalkan hanya sedikit kota yang bebas dari dominasi Muslim di daerah Cantabrian dekat Pyrenees. Munuza si Muslim ditunjuk sebagai Gubernur Gijon di daerah ini dan kemudian jatuh cinta kepada saudara Pelayo. Pelayo menolak perjodohan ini dan dimasukkan ke penjara di selatan Spanyol.  Menghindari orang-orang yang menangkapnya, ia kembali ke keluarganya untuk mencari Munuza yang sedang merencanakan pernikahan. Penolakan Pelayo terhadap pernikahan tersebut membuat Munuza marah dan memerintahkan penahanannya.

Pengusiran Dimulai
Diperingati oleh teman-temannya, Pelayo mencari pengungsian di pegunungan di daerah Cantabrian dan bersumpah akan mengusir rezim baru. Kepemimpinannya yang natural, ketenarannya sebagai seorang prajurit pemberani dan posisi dia sebagai seorang pangeran dari garis keturunan yang royal menarik banyak umat Katolik yang ingin berperang melawan Muslim. Di sekitar Pelayo, berkumpul sebuah pasukan berkekuatan 1000 orang. Tanpa diketahui, mereka memproklamasikan Pelayo sebagai raja pada tahun 716 atau 718. Tradisi berkata bahwa sejak bendera crimson bangsa Goth hilang pada perang Guadalete, pertapa yang tinggal di gua Covadonga meletakkan di tangan Pelayo sebuah salib kayu dan berkata, �Lihatlah tanda kemenangan ini�. Pelayo menjadikan salib ini perlengkapan standar utamanya untuk dibawa ke dalam pertempuran.1
Pelayo dan Salib Kayu
Mengetahui bahwa perhatian Islam sekarang fokus untuk menaklukan Prancis,2 Pelayo melancarkan pemberontakan melawan kubu pertahanan Muslim yang menghasilkan kemenangan-kemenangan yang menentukan. Mendengar pemberontakan ini, Munuza mengirim pesan kepada Alahor, Penguasa Cordoba, yang kemudian mengutus letnannya, Alkama, dengan sebuah pasukan yang besar untuk memadamkan pemberontakan. Alkama membawa bersamanya Don Opas, Uskup Sevilla, seorang kerabat Pelayo dan seorang kolaborator Muslim. Alkama berharap Don Opas dapat membujuk Pelayo untuk menyerah. Sementara, Pelayo telah menyebarkan pasukan kecilnya menuju beberapa posisi strategis di wilayah Cantabrian selagi Pelayo bersama sejumlah orang mengambil posisi di dalam Gua Covadonga di mana gambar Maria Yang Suci dihormati.

Percakapan dengan Don Opas

Pelayo dan Don Opas
Sebelum pertempuran, Alkama mengutus Don Opas untuk mencoba membujuk Pelayo untuk menurunkan pedangnya dengan menjanjikan pengampunan dan banyak keuntungan. Don Opas berkata, �Saudara, saya yakin bahwa kamu mengerjakan hal yang sia-sia. Apakah mungkin pengusiran dapat kamu lakukan ketika seluruh Spanyol dan tentaranya tidak dapat mengusir Ismaelites? Dengarkanlah aku, Menyerahlah dan nikmati banyak harta milik dalam damai dengan orang Arab seperti yang seluruh orang lain lakukan.�



Mengenai hal ini, Pelayo menjawab. �Saya tidak menginginkan persahabatan dengan Ismaelites dan tidak akan tunduk kepada kekaisaran mereka. Tidakkah kamu tahu bahwa Gereja Allah seperti bulan yang sekali memudar kembali ke kepenuhannya? Kami percaya kepada kerahiman Allah dan mengetahui bahwa dari pegunungan ini akan muncul kesembuhan Spanyol. Kamu bersama saudara-saudaramu, seperti Olian si Pelayan setan, memutuskan untuk menyerahkan  kerajaan-kerajaan Goth ini kepada orang-orang Islam. Tapi kami, memiliki Tuhan kami Yesus Kristus sebagai pembela kami di hadapan Allah Bapa, merendahkan orang-orang pagan ini yang dalam nama mereka kamu datang. Dan dengan perantaraan Bunda Allah, yang adalah Bunda Kerahiman,kami percaya bahwa pasukan kecil ini dari 105 orang Goth akan berlipatganda seperti benih-benih dari sebuah biji sesawi yang kecil.�3 Menyadari bahwa tidak dapat berkompromi dengan Pelayo, Don Opas kembali ke pasukan Muslim dan berkata, �Pergilah ke dalam gua dan bertarunglah karena hanya pedang yang dapat merebut apapun dari dia.�

Pertempuran (718 � 722)
Pada hari tersebut, dua peradaban dan agama berbeda saling berhadapan satu sama lain. Islam, yang telah menguasai Timur Tengah dan Afrika Utara, sekarang hendak menghancurkan benteng terakhir dari sebuah negara yang porak-poranda, sebuah peradaban yang hancur, sekelompok bangsa yang diperbudak dan sebuah agama yang dikafirkan. Di sana, di Covadonga, telah diputuskan apakah Spanyol akan menjadi anjungan bagi islam atau pelopor peradaban Kristen. Ketika Pelayo dan anak buahnya melihat ke bawah dari Gua Covadonga, mereka melihat sekumpulan besar Muslim. Alkama dan anak buahnya mencibir, yakin akan sebuah kemenangan yang mudah. Dinginnya ketakutan bercampur dengan dinginnya gua tapi pemimpin yang tidak dapat ditaklukan, menunjuk ke gambar kecil Ratu Kita dari Covadonga, mengingatkan anak buahnya yang berani untuk meletakkan kepercayaan diri mereka kepada perlindungan Sang Ratu.

Ratu mungil ini "cantik seperti bulan, brilian seperti matahari, mengerikan seperti tentara di medan tempur,�4 tidak akan mengecewakan kepercayaan mereka. Dengan demikian dimulailah kengerian tersebut, pertempuran yang tidak seimbang. Pada sebuah sinyal dari Alkama, banyak batu dan panah dilemparkan melawan orang-orang di gua. Kemudian terjadi sesuatu yang menakjubkan. Sejarahwan Spanyol abad ke-16, Pater Juan de Mariana, menceritakan pertempuran tersebut:

Mereka bertarung di gerbang masuk gua dengan seluruh senjata dan pelempar batu. Lalu adalah kuasa Tuhan terjadi, memihak kepada orang-orang kita dan berlawanan dengan Muslim karena panah dan tombak yang musuh lemparkan kembali ke mereka menyebabkan bahaya yang sangat besar di antara mereka. Musuh terkejut melihat mukjizat tersebut. Dengan Kebesaran hati dan semangat dengan harapan akan kemenangan, orang-orang Kristen muncul dari persembunyian, jumlahnya sedikit, kotor dan compang-camping. Mereka terlibat dalam perkelahian.  Mereka menjatuhkan diri di atas musuh dengan beringas, merubuhkannya, lalu berbalik dan lari.5

  
Sementara itu, prajurit lainnya, berada di posisi yang strategis di seluruh pegunungan melepaskan batu-batu besar dan batang-batang pohon ke arah pasukan Islam yang sekarang terjebak di lembah yang dalam daerah tersebut. Prajurit yang lain menembakkan anak panah mereka. Pada waktu yang sama, gemuruh yang mengerikan pecah, menambah kepanikan dan menyebabkan Muslim melarikan diri dengan kacau. Dikejar oleh orang-orang Kristen, mereka terbunuh di Lembah Cangas dalam sebuah pertempuran yang mengerikan. Don Opas Si Pengkhianat dijadikan tawanan dan Alkama terbunuh bersama ribuan Muslim lainnya. Kaum Moor yang tersisa, terkubur oleh sebuah pegunungan dekat dengan Sungai Deva yang tiba-tiba jatuh di atas mereka dan menarik mereka ke dalam sungai. Berabad-abad setelah itu, dimanapun di sungai yang membeku pada musim dingin, tulang-tulang dan bagian-bagian perisai mengapung ke atas.
  
Kembali ke Gijon, mendengar kekalahan mengejutkan ini, Munuza melarikan diri dengan tentaranya, akan tetapi dikejar oleh orang-orang Spanyol yang kemudian menangkapnya di dekat Oviedo, membunuhnya dan anak buahnya.

Pelayo setelah Covadonga

Terdorong oleh kemenangan dan teladan Pelayo, jumlah yang meningkat dari orang-orang Kristen bergabung dengannya. Salah satu diantaranya adalah Alfonso, Putera dari Duke Viscaya, yang meninggalkan ayah dan tanah airnya untuk bergabung dalam pertempuran di pihak Pelayo. Alfonso kemudian menikahi puteri Pelayo, Ormisinda. Karena kematian prematur dari putera Pelayo, Favilla, Alfonso menjadi Raja Alfonso I Katolik. Daripada membangun pemerintahan di Gijon, kota terpenting dari Asturias, Don Pelayo memilih Cangas de Onis, di wilayah �Puncak-puncak Eropa� karena di sana adalah posisi yang lebih dapat dipertahankan. Pelayo tidak merasakan banyak kedamaian. Dia tidak mencari itu dan tidak juga mengharapkan itu dari Muslim.

Dia menghabiskan sisa hidupnya melawan penjajah Moor. Dia meninggal karena sakit di Cangas de Onis pada tahun 737 dan dikuburkan oleh Isterinya, Gaudiosa, dekat altar Ratu Kita di Gua Covadonga. Tulisan di makamnya berbunyi:

Di sini terbaring Raju Suci Don Pelayo, terpilih pada tahun 716, yang berada di dalam gua  menakjubkan ini memulai restorasi Spanyol.  

Catatan Kaki:
1. Later, Alfonso III had this cross covered in gold and precious stones. Today, it is kept in the Cathedral of Oviedo with the name of �Cross of Victory.�
2. Charles Martel, son of Pepin of Herstal and grandfather of Charlemagne, defeated Islam at the battle of Tours. See �Charles Martel,� http://www.newadvent.org?/cathen/03629 a.htm.

3. Canticle of Canticles 6:9. 
4. From an article by Jos� Maria dos Santos, published in Catolicismo (October, 2002), based on Father Juan de Mariana, Historia General de Espa�a, vol. I, enriched and completed by Eduardo Chao (Imprenta y Libreria de Gaspar Roig, Editores, Madrid, 1848), 308. 


Thursday, March 24, 2011

25 Maret: Hari Raya Kabar Sukacita

Selamat Natal! Kedengarannya aneh mengucapkan salam seperti itu pada Masa Prapaskah ini. Kita sedang mempersiapkan diri untuk menyambut Paskah. Tetapi sungguh, sapaan itu sangat tepat.

Mungkin tidak pernah terpikir oleh kalian, tetapi sebenarnya kalian sembilan bulan lebih tua dari usia kalian.  Kehidupan kalian telah dimulai tiga perempat tahun sebelum kalian dilahirkan. Kita tidak akan membicarakannya secara rinci di sini, tetapi sungguh demikian yang terjadi pada kebanyakan orang. Demikian juga dengan Yesus.

Yesus adalah Putera Allah, jadi Ia selalu ada - Ia abadi - tetapi, Ia telah berinkarnasi (inkarnasi = menjelma) ke dunia ini sebelum Natal yang pertama.  Semuanya itu berawal ketika seorang Malaikat Agung, namanya Gabriel, mengunjungi Santa Perawan Maria. Kita merayakan peristiwa ini setiap tanggal 25 Maret.

Injil mengatakan kepada kita bahwa Gabriel datang ke rumah Maria di Nazaret.  Bunda Maria amat terkejut melihat kedatangan seorang utusan Allah. Gabriel berkata kepadanya, �Jangan Takut! Engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Engkau akan melahirkan seorang putera. Nama-Nya ialah Yesus.�

Kata Maria, �Bagaimana mungkin itu terjadi? Aku belum bersuami!�
Malaikat menjawab, �Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.�
Maria taat kepada Allah, maka katanya,
�Aku ini hamba Tuhan! Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.�

Pada saat itulah Roh Kudus membawa Putera Allah kepada Maria. Maria menjaga-Nya dengan kasih sayang hingga tiba saatnya Ia dinyatakan kepada dunia pada hari Natal.



=======================================
Untuk menghormarti misteri Inkarnasi ini, maka, pada Misa Kudus tgl 25 Maret ini, mari kita berlutut saat mengucapkan kata-kata Kredo:

"Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia"



137. Syahadat dilagukan atau didaras oleh imam bersama-sama dengan umat (bdk.no.68) sambil berdiri. Pada kata-kata Ia dikandung dari Roh Kudus, menjadi manusia seluruh umat membungkuk khidmat;
tetapi pada hari Raya Kabar Sukacita dan pada Hari Raya Natal semua berlutut.

==========
Catatan ini pertama kali dipublikasikan di page Katolik Indonesia

Saturday, March 19, 2011

Kutipan dari Ensiklik Paus Leo XIII, Quamquam Pluries, mengenai devosi kepada Santo Yosef

Pope Leo XIII

Kutipan dari Ensiklik Paus Leo XIII, Quamquam Pluries, mengenai devosi kepada Santo Yosef sekaligus menunjukkan ungkapan hubungan antara Keluarga Kudus Nazaret dan Keluarga Gereja.

"Kini rumah ilahi yang dikepalai oleh Yosef dengan wewenang seorang ayah mengandung buah-buah pertama dari Gereja yang masih bayi. Sama seperti Perawan yang tersuci adalah Bunda Yesus Kristus, demikianlah juga Gereja adalah Bunda semua orang kristiani yang ia lahirkan di Gunung Kalvari di tengah penderitaan termulia dari Sang Penebus. Sungguh Yesus Kristus adalah si sulung dari antara orang-orang kristiani yang, lewat adopsi dan penebusan menjadi saudara-saudara-Nya. Inilah alasannya mengapa Yosef, Bapa yang kudus itu, merasa kepadanya telah dipercayakan secara istimewa, himpunan besar orang kristiani yang menjadi anggota-anggota Gereja, yang dapat dikatakan juga sebagai keluarga raksasa yang tersebar di seluruh dunia. Karena ia adalah suami Maria dan bapa Kristus, maka ia sungguh memiliki wewenang bapawi atas Gereja. Oleh karena itu, adalah wajar dan sangat tepat bahwa sekarang St. Yosef melindungi Gereja Kristus (Gereja Katolik) dan membelanya dengan perlindungan surgawinya, sama seperti dulu ia melengkapi segala kebutuhan Keluarga Kudus Nazaret dan menjaganya dengan perlindungan kudusnya."

Dikutip dari Catholic For a Reason I, hlm. 92. Selamat Hari Raya St. Yosef, Pelindung Gereja Universal.

Santo Yosef, Sang Redemptoris Custos (Pelindung Sang Penebus)

 
Tidak ada seorang manusia yang begitu terlibat dalam rahasia Inkarnasi seperti Maria. Akan tetapi di samping Maria, berdirilah Yosef. Apakah yang kita ketahui tentang Yosef? Sangat sedikit, terutama yang menyangkut kejadian-kejadian. Namun apa yang kita ketahui sungguh besar artinya. Kitab Suci hanya membicarakan tentang dia secara sepintas lalu. Kita tidak menemukan suatu perkataan yang diucapkan olehnya. Kita hanya mengetahui bagaimana ia berpikir, bagaimana ia merasa takut, bagaimana ia selalu hidup terarah kepada Tuhan, dan selalu siap menerima suara dari atas dan melaksanakannya. Tetapi tidak ada satu kali pun di mana ia ditempatkan sebagai orang yang langsung berbicara kepada kita.

Kehidupan Yosef

Kitab Suci hanya memberitakan tentang Yosef dalam kejadian yang ada hubungannya dengan inkarnasi dan dengan masa remaja Yesus. Selanjutnya kita tidak mengetahui sesuatu apapun tentang kehidupannya. Dari kehidupannya yang lampau hanya disampaikan bahwa ia adalah seorang yang melakukan yang benar (Mati 1:19).
Ia berasal dari keluarga Daud. Walaupun begitu keluarga ini rupanya tidak termasuk kalangan yang terpandang dan berpengaruh di daerah itu. Yosef sendiri seorang tukang kayu. Kita tidak dapat mengandaikan bahwa ia melakukan pekerjaan yang sangat biasa untuk orang di pedesaan. Setidak-tidaknya ia termasuk orang miskin, karena pada waktu pentahiran Maria di kenisah, ia hanya membawa dua ekor merpati untuk dikorbankan.
Injil memberitakan tentang Yosef ketika ia sudah bertunangan dengan Maria. Kita tidak tahu berapa umurnya pada saat itu. Tetapi tidak ada alasan untuk menggambarkannya sebagai seorang pria yang tua.

Perkawinan antara Yosef dan Maria adalah perkawinan yang bersifat perawan. Sudah sejak semula Maria mempunyai maksud untuk hidup sebagai perawan. Jika tidak, maka perkataan: �tetapi saya masih perawan, bagaimana hal itu bisa terjadi? (Luk 1:34)�, tidak berarti sama sekali. Rencana Tuhan berjalan terus, walaupun mereka hidup dalam perkawinan yang perawan itu. Dengan perkawinan itu, Yesus mendapat seorang ayah menurut hukum, seorang penjaga dan seorang pelindung. Menurut pendapat orang, Yesus adalah anak Yosef (Luk 3:23)

Ketika rencana Tuhan hendak berlangsung, Yosef dihadapkan kepada kesukaran yang luar biasa. Kemungkinan sesudah Maria kembali dari kunjungannya kepada Elisabet, kelihatanlah tanda-tanda bahwa Maria telah mengandung, tanpa diketahui sebab-sebabnya. Yosef melihat dan menjadi bingung. Satu hal sudah pasti; anak ini bukan anaknya. Segera terlintas pula dalam pikirannya, bahwa ia harus menceraikannya; cara yang paling baik ialah meninggalkan Maria secara diam-diam.

Sementara ia berpikir demikian, datanglah Tuhan mengakhiri kebimbangannya. Maria adalah isterinya. Maria telah dipilih Tuhan untuk menjadi Bunda Penebus. Dan ia sendiri dapat mendampingi Maria dan anaknya. Malaikat menyalami dia dengan perkataan anak Daud; dengan demikian ditegaskan bahwa ia mempunyai hubungan khusus dengan Mesias.

Selama hidup di Nazaret, tidak ada seorang pun tahu siapa sebenarnya Anak Maria ini. Tetapi Yosef tahu. Ia tahu juga mengapa Anak itu diberi nama Yesus dan untuk apa Anak itu dilahirkan.

Setelah Injil memberitakan bahwa Yesus yang berumur dua belas tahun itu kembali dari Yerusalem ke Nazaret, kita tidak mendengar sesuatu apa lagi tentang Yosef. Dari kenyataan bahwa Yosef tidak lagi disebut-sebut lagi dalam penampilan Yesus ke depan umum, dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa Yosef sudah meninggal sebelum Yesus mulai dengan pengkhotbahan-Nya. Ada alasan cukup untuk mengatakan bahwa Yesus dan Maria mendampinginya pada saat-saat terakhir kehidupannya.

MARTABAT YOSEF
Hubungan yang terdapat antara Yosef dengan Maria dan Yesus memberikan kepada Yosef suatu tempat khusus. Para Rasul dan Yohanes Pembabtis juga mempunyai hubungan khusus dengan Sang Penebus. Namun, dalam rahasia inkarnasi mereka adalah orang-orang luar. Mereka tidak berperan di dalam inkarnasi. Sebaliknya, Yosef mempunyai peran di situ. Tidak secara langsung, tetapi melalui perkawinannya dengan Maria. Di dalam perkawinan itulah Yesus dilahirkan sehingga Yosef dengan sesungguhnya dinamakan bapa-Nya. Di dalam Injil, Yosef biasanya dinamakan Bapa. Ibu dan bapa Anak itu heran mendengar apa yang dikatakan Simeon tentang anak itu (Luk2:33). Dan Maria sendiri mempergunakan perkataan itu: �Nak, mengapa Kau berbuat demikian kepada kami? Bapa-Mu dan saya cemas mencari Engkau� (Luk 2:48).

Friday, March 18, 2011

The Motherhood of the Church by The Church Fathers

Introduction

The Fathers of the Church have referred to the Catholic Church as "Mother Church" from as early as the second century AD. This page lists quotes some of the best known Fathers on this topic.

St. Clement of Alexandria
St. Clement of Alexandria [ante 202 A.D.]: The Instructor of Children [1, 6. 41, 3]
When the loving and benevolent Father had rained down the Word, that Word then became the spiritual nourishment of those who had good sense. [42, 1] O mystic wonder! The Father of all is indeed one and the same everywhere; and one only is the Virgin Mother. I love to call her the Church. This Mother alone was without milk, because she alone did not become a wife. She is at once both Virgin and Mother: as a Virgin, undefiled; as a Mother, full of love.
Calling her children about her, she nourishes them with holy milk, that is with the Infant Word. . . . The Word is everything to a child: both Father and Mother, both Instructor and Nurse. "Eat My Flesh," He says, "and drink My Blood ." The Lord supplies us with these intimate nutriments. He delivers over His Flesh, and pours out His Blood; and nothing is lacking for growth of His children. O incredible mystery! 


St. Cyprian of Carthage
St. Cyprian of Carthage (circa 251 - 256): On the Unity of the Catholic Church 
Chapter 5:
Thus too the Church bathed in the light of the Lord projects its rays over the whole world, yet there is one light which is diffused everywhere, and the unity of the body is not separated. She extends her branches over the whole earth in fruitful abundance; she extends her richly flowing streams far and wide; yet her head is one, and her source is one, and she is the one mother copious in the results of her fruitfulness. By her womb we are born; by her milk we are nourished; by her spirit we are animated.
Chapter 6:
The spouse of Christ cannot be defiled; she is uncorrupted and chaste. She knows one home, with chaste modesty she guards the sanctity of one couch. She keeps us for God; she assigns the children whom she has created to the kingdom. Whoever is separated from the Church and is joined with an adulteress is separated from the promises of the Church, nor will he who has abandoned the Church arrive at the rewards of Christ. He is a stranger; he is profane; he is an enemy. He cannot have God as a father who does not have the Church as a mother.
Chapter 23:
Indeed, I desire, most beloved brethren, and I likewise advise and entreat, that, if it can be done, no one of the brethren perish, and that our rejoicing Mother enclose in her bosom one body of people in agreement. 

St. Cyril of Jerusalem
St. Cyril of Jerusalem [circa 350]: Catechetical Lectures XVIII, 26
But since the word Ecclesia is applied to different things (as also it is written of the multitude in the theatre of the Ephesians, And when he had thus spoken, he dismissed the Assembly ), and since one might properly and truly say that there is a Church of evil doers, I mean the meetings of the heretics, the Marcionists and Manichees, and the rest, for this cause the Faith has securely delivered to thee now the Article, "And in one Holy Catholic Church;" that thou mayest avoid their wretched meetings, and ever abide with the Holy Church Catholic in which thou wast regenerated. And if ever thou art sojourning in cities, inquire not simply where the Lord's House is (for the other sects of the profane also attempt to call their own dens houses of the Lord), nor merely where the Church is, but where is the Catholic Church. For this is the peculiar name of this Holy Church, the mother of us all, which is the spouse of our Lord Jesus Christ, the Only-begotten Son of God (for it is written, As Christ also loved the Church and gave Himself for it , and all the rest,) and is a figure and copy of Jerusalem which is above, which is free, and the mother of us all ; which before was barren, but now has many children. 

St. Augustine of Hippo
St. Augustine (354 - 430): Commentary on Psalm 88, 14:
Unflaggingly, let us love the Lord our God and let us love his Church. Let us love Him as the Lord and the Church as his handmaid.
No one can offend the one and still be pleasing to the other. What does it avail you if you do not directly offend the Father but do offend the mother (Church)? 

Thursday, March 17, 2011

Bunda Maria, Perawan Selamanya



Maria mendapat gelar Aeiparthenos, berarti Yang Selalu Perawan. Tradisi membeda-bedakan tiga macam keperawanan, ialah keperawanan sebelum kelahiran Sang Putera, keperawanan ketika Sang Putera dilahirkan dan keperawanan sesudah Sang Putera dilahirkan.

Maria, Perawan Sebelum Yesus dilahirkan

Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; dan nama perawan itu Maria (Luk 1:26-27). Injil menandaskan dengan jelas sekali keperawanannya sampai pada saat pemberitaan malaikat. Reaksi Maria atas pemberitaan itu ialah: bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami? (Luk 1:34). Jadi dari mulut Maria sendiri kita mendengar ketegasan yang telah dipaparkan oleh Penulis Injil. Tetapi perkataan itu juga menonjolkan sikap hidup batiniah Maria sendiri; sikap hidup ini adalah suatu kebajikan yang dipilih secara sukarela, karena didorong oleh cintanya kepada Tuhan. Ia hendak mengorbankan kepadaNya kecenderungan dan kesuburan manusiawi agar tidak terpisah lagi daripada-Nya.


Malaikat menjawab: Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut Kudus, Anak Allah. (Luk 1:35). Kemurnian hatinya yang begitu berkenan kepada Tuhan akan menjadi subur dan keibuannya tidak akan merobohkan keperawanannya. Keperawanannya akan tetap dipertahankan oleh campur tangan yang mengherankan dari pihak Tuhan.

Matius memberitakan hal-hal itu di hari-hari tersebut, tetapi dilihat dari pihak Santo Yusuf. Ia tidak berbicara mengenai pewartaan malaikat kepada Maria, tetapi ia hanya mengemukakan keragu-raguan serta kegelisahan batin Yusuf, ketika ia melihat keadaan Maria yang sebenarnya. Malaikat Tuhan tampak kepadanya di dalam mimpi dan berkata: Yusuf anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus (Mat 1:20). Dengan demikian malaikat menyatakan kepada Yusuf bahwa Maria yang sedang mengandung itu tetap perawan juga.

Sebagai pengukuhan bagi kepercayaan kita dalam masalah ini, baiklah dikemukakan bahwa perkandungan ini sudah lama diramalkan. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan mereka akan menamakan Dia Immanuel, yang berarti Allah beserta kita.

Sesudah itu menyusul perkataan yang biasanya disalahartikan. Sesudah bangun dari tidur, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan Anaknya laki-laki dan Yusuf menamai Dia Yesus (Luk 1:24-25). Pengarang Injil hendak mengatakan bahwa Yesus bukanlah Putera Yusuf secara badaniah. Di samping itu juga perkataan ini menegaskan lagi keperawanan Maria.

Maria Perawan ketika melahirkan

Lukas menceritakan kelahiran Yesus dengan kata-kata: Ia melahirkan seorang Anak laki-laki, Anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan (Luk 2:7). Dengan demikian ia menunjukkan kelahiran yang tidak biasa. Perlu diperhatikan pula bahwa pengarang Injil yang sama ini tiga kali berturut-turut berbicara tentang kepergian Maria ke kenisah dan tentang persembahan Anak itu; bahwa itu terjadi untuk memenuhi peraturan undang-undang. Orang lalu mendapat kesan, bahwa ia henak mengatakan bahwa kelahiran Yesus terjadi atas suatu cara yang sebenaranya berada di luar jangkauan ketentuan hukum pentahiran.

Tradisi selalu berpegang pada nama Aeiparthenos, Selalu Perawan. Kelahiran Yesus adalah suatu kejadian yang bertentangan dengan segala hukum kodrati, dan karena itu patut dinamakan suatu mukjizat. Kita menerimanya atas dasar wahyu dengan pengertian bahwa Tuhan telah melaksanakan-Nya untuk menghormati Putera Tunggal-Nya dan untuk memuliakan Bunda Yesus.

Maria Perawan Seumur Hidup

Maria berkata kepada malaikat: Bagaimana hal itu mungkin terjadi karena aku belum bersuami? (Luk 1:34). Maria pasti mempunyai niat yang teguh untuk tetap tinggal perawan walaupun ia hidup dalam ikatan perkawinan dengan Yusuf. Kalau tidak demikian maka perkataan tadi tidak mempunyai arti sama sekali. Kita pun tidak mempunyai sebab untuk menduga bahwa Maria mungkir dari niatnya itu di kemudian hari. Tidak dapat dipikirkan bahwa Maria yang begitu mencintai keperawanan, kemudian bertindak lain daripada niatnya itu. Keperawanan Maria sering diserang dengan teks-teks yang membicarakan tentang �Saudara-saudara Tuhan�. Mereka ini seakan-akan dilahirkan dari perkawinan Maria dengan Yusuf.

Perkataan saudara dapat mempunyai arti yang sangat luas di dalam bahasa Yahudi dan Armenia. Tradisi Katolik selalu mempergunakan istilah itu dalam arti kata yang sangat luas. Tetapi itupun dilakukan berdasarkan teks Kitab Suci sendiri.

Pertama, Maria selalu dinamakan ibu Yesus, dan ibu orang lain. Sesudah itu dua bersaudara Yakobus dan Yusuf bukanlah anak Maria, tetapi anak Maria Kleofas, saudari Maria. Selanjutnya ketika bergantung di salib, Yesus mempercayakan ibu-Nya kepada murid-Nya, Yohanes. Hal itu tidak mungkin dilakukan Yesus, andaikata masih ada anak lain dari Maria.

Maria pergi dengan Yesus yang berumur dua belas tahun dengan Yusuf ke kenisah. Kita tidak mendapat kesan bahwa ia meninggalkan anak-anak lain yang lebih kecil lagi di rumah.

Ia melahirkan anaknya yang pertama, Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah anak sulung. Anak sulung tidak dapat diartikan lain daripada: bahwa sebelumnya tidak ada yang dilahirkan.

Perkawinan Maria

Bukan hanya para perawan yang mengambil contoh hidup dari Maria dan mencari bantuan daripadanya; semua warga Kristen membutuhkan pertolongannya. Juga mereka yang hidup dalam ikatan perkawinan patut memohon bantuannya, oleh karena ia sendiri telah mengikat diri dalam perkawinan dengan Yusuf.

Kenyataan bahwa Injil menampilkan Maria dan Yusuf sebagai orang tua Yesus dan bahwa Maria berbicara tentang Yusuf sebagai ayah Yesus, menunjukkan kebenaran ikatan perkawinan.

Keperawanan tidak perlu dipertentangkan dengan perkawinan. Hak yang ada untuk saling memberi dan meneriam, belum mengatakan bahwa orang juga mempergunakan hak tersebut. Secara sukarela dan dengan persetujuan kedua belah pihak, orang dapat berpantang. Kalau perlu diperkuat lagi dengan semacam ikrar. Perkawinan yang bersifat perawan merupakan sesuatu yang tidak biasa, tetapi ada. Harus diperhatikan pula bahwa melihat adat-istiadat dan kebiasaan bangsanya, Maria tidak dapa mengelakkan perkawinan. Oleh karena itu, ia menyetujui perkawinan, ketika ia tahu atau paling tidak dapat menduga bahwa Yusuf akan menghormati keperawanannya. Tambahan lagi, perkawinan mereka memang sudah diatur pula oleh bimbingan Tuhan. Untuk dunia luar, Yesus dipandang sebagai anak Yusuf dan dengan demikian kehormatan Yesus dan Maria terlindung. Maria sendiri mendapat seorang pengasuh dan penolong untuk dirinya sendiri dan untuk anaknya. Di samping itu asal-usul Penebus dari silsilah Daud terjamin pula.

Sumber: Aku Percaya art 3.II.2, RP. H. Embuiru, SVD.

Daftar Paus Katolik


1.                   St. Peter (32-67)
2.                   St. Linus (67-76)
3.                   St. Anacletus (Cletus) (76-88)
4.                   St. Clement I (88-97)
5.                   St. Evaristus (97-105)
6.                   St. Alexander I (105-115)
7.                   St. Sixtus I (115-125) Also called Xystus I
8.                   St. Telesphorus (125-136)
9.                   St. Hyginus (136-140)
10.               St. Pius I (140-155)
11.               St. Anicetus (155-166)
12.               St. Soter (166-175)
13.               St. Eleutherius (175-189)
14.               St. Victor I (189-199)
15.               St. Zephyrinus (199-217)
16.               St. Callistus I (217-22) Callistus and the following three popes were opposed by St. Hippolytus, antipope (217-236)

17.               St. Urban I (222-30)
18.               St. Pontain (230-35)
19.               St. Anterus (235-36)
20.               St. Fabian (236-50)
21.               St. Cornelius (251-53) Opposed by Novatian, antipope (251)
22.               St. Lucius I (253-54)
23.               St. Stephen I (254-257)
24.               St. Sixtus II (257-258)
25.               St. Dionysius (260-268)
26.               St. Felix I (269-274)
27.               St. Eutychian (275-283)
28.               St. Caius (283-296) Also called Gaius
29.               St. Marcellinus (296-304)
30.               St. Marcellus I (308-309)
31.               St. Eusebius (309 or 310)
32.               St. Miltiades (311-14)
33.               St. Sylvester I (314-35)
34.               St. Marcus (336)
35.               St. Julius I (337-52)
36.               Liberius (352-66) Opposed by Felix II, antipope (355-365)
37.               St. Damasus I (366-83) Opposed by Ursicinus, antipope (366-367)
38.               St. Siricius (384-99)
39.               St. Anastasius I (399-401)
40.               St. Innocent I (401-17)
41.               St. Zosimus (417-18)
42.               St. Boniface I (418-22) Opposed by Eulalius, antipope (418-419)
43.               St. Celestine I (422-32)
44.               St. Sixtus III (432-40)
45.               St. Leo I (the Great) (440-61)
46.               St. Hilarius (461-68)
47.               St. Simplicius (468-83)
48.               St. Felix III (II) (483-92)
49.               St. Gelasius I (492-96)
50.               Anastasius II (496-98)
51.               St. Symmachus (498-514) Opposed by Laurentius, antipope (498-501)
52.               St. Hormisdas (514-23)
53.               St. John I (523-26)
54.               St. Felix IV (III) (526-30)
55.               Boniface II (530-32) Opposed by Dioscorus, antipope (530)
56.               John II (533-35)
57.               St. Agapetus I (535-36) Also called Agapitus I
58.               St. Silverius (536-37)
59.               Vigilius (537-55)
60.               Pelagius I (556-61)
61.               John III (561-74)
62.               Benedict I (575-79)
63.               Pelagius II (579-90)
64.               St. Gregory I (the Great) (590-604)
65.               Sabinian (604-606)
66.               Boniface III (607)
67.               St. Boniface IV (608-15)
68.               St. Deusdedit (Adeodatus I) (615-18)
69.               Boniface V (619-25)
70.               Honorius I (625-38)
71.               Severinus (640)
72.               John IV (640-42)
73.               Theodore I (642-49)
74.               St. Martin I (649-55)
75.               St. Eugene I (655-57)
76.               St. Vitalian (657-72)
77.               Adeodatus (II) (672-76)
78.               Donus (676-78)
79.               St. Agatho (678-81)
80.               St. Leo II (682-83)
81.               St. Benedict II (684-85)
82.               John V (685-86)
83.               Conon (686-87)
84.               St. Sergius I (687-701) Opposed by Theodore and Paschal, antipopes (687)
85.               John VI (701-05)
86.               John VII (705-07)
87.               Sisinnius (708)
88.               Constantine (708-15)
89.               St. Gregory II (715-31)
90.               St. Gregory III (731-41)
91.               St. Zachary (741-52)
92.               Stephen II (752) Because he died before being consecrated, many authoritative lists omit him
93.               Stephen III (752-57)
94.               St. Paul I (757-67)
95.               Stephen IV (767-72) Opposed by Constantine II (767) and Philip (768), antipopes (767)
96.               Adrian I (772-95)
97.               St. Leo III (795-816)
98.               Stephen V (816-17)
99.               St. Paschal I (817-24)
100.            Eugene II (824-27)
101.            Valentine (827)
102.            Gregory IV (827-44)
103.            Sergius II (844-47) Opposed by John, antipope (855)
104.            St. Leo IV (847-55)
105.            Benedict III (855-58) Opposed by Anastasius, antipope (855)
106.            St. Nicholas I (the Great) (858-67)
107.            Adrian II (867-72)
108.            John VIII (872-82)
109.            Marinus I (882-84)
110.            St. Adrian III (884-85)
111.            Stephen VI (885-91)
112.            Formosus (891-96)
113.            Boniface VI (896)
114.            Stephen VII (896-97)
115.            Romanus (897)
116.            Theodore II (897)
117.            John IX (898-900)
118.            Benedict IV (900-03)
119.            Leo V (903) Opposed by Christopher, antipope (903-904)
120.            Sergius III (904-11)
121.            Anastasius III (911-13)
122.            Lando (913-14)
123.            John X (914-28)
124.            Leo VI (928)
125.            Stephen VIII (929-31)
126.            John XI (931-35)
127.            Leo VII (936-39)
128.            Stephen IX (939-42)
129.            Marinus II (942-46)
130.            Agapetus II (946-55)
131.            John XII (955-63)
132.            Leo VIII (963-64)
133.            Benedict V (964)
134.            John XIII (965-72)
135.            Benedict VI (973-74)
136.            Benedict VII (974-83) Benedict and John XIV were opposed by Boniface VII, antipope (974; 984-985)
137.            John XIV (983-84)
138.            John XV (985-96)
139.            Gregory V (996-99) Opposed by John XVI, antipope (997-998)
140.            Sylvester II (999-1003)
141.            John XVII (1003)
142.            John XVIII (1003-09)
143.            Sergius IV (1009-12)
144.            Benedict VIII (1012-24) Opposed by Gregory, antipope (1012)
145.            John XIX (1024-32)
146.            Benedict IX (1032-45) He appears on this list three separate times, because he was twice deposed and restored
147.            Sylvester III (1045) Considered by some to be an antipope
148.            Benedict IX (1045)
149.            Gregory VI (1045-46)
150.            Clement II (1046-47)
151.            Benedict IX (1047-48)
152.            Damasus II (1048)
153.            St. Leo IX (1049-54)
154.            Victor II (1055-57)
155.            Stephen X (1057-58)
156.            Nicholas II (1058-61) Opposed by Benedict X, antipope (1058)
157.            Alexander II (1061-73) Opposed by Honorius II, antipope (1061-1072)
158.            St. Gregory VII (1073-85) Gregory and the following three popes were opposed by Guibert ("Clement III"), antipope (1080-1100)
159.            Blessed Victor III (1086-87)
160.            Blessed Urban II (1088-99)
161.            Paschal II (1099-1118) Opposed by Theodoric (1100), Aleric (1102) and Maginulf ("Sylvester IV", 1105-1111), antipopes (1100)
162.            Gelasius II (1118-19) Opposed by Burdin ("Gregory VIII"), antipope (1118)
163.            Callistus II (1119-24)
164.            Honorius II (1124-30) Opposed by Celestine II, antipope (1124)
165.            Innocent II (1130-43) Opposed by Anacletus II (1130-1138) and Gregory Conti ("Victor IV") (1138), antipopes (1138)
166.            Celestine II (1143-44)
167.            Lucius II (1144-45)
168.            Blessed Eugene III (1145-53)
169.            Anastasius IV (1153-54)
170.            Adrian IV (1154-59)
171.            Alexander III (1159-81) Opposed by Octavius ("Victor IV") (1159-1164), Pascal III (1165-1168), Callistus III (1168-1177) and Innocent III (1178-1180), antipopes
172.            Lucius III (1181-85)
173.            Urban III (1185-87)
174.            Gregory VIII (1187)
175.            Clement III (1187-91)
176.            Celestine III (1191-98)
177.            Innocent III (1198-1216)
178.            Honorius III (1216-27)
179.            Gregory IX (1227-41)
180.            Celestine IV (1241)
181.            Innocent IV (1243-54)
182.            Alexander IV (1254-61)
183.            Urban IV (1261-64)
184.            Clement IV (1265-68)
185.            Blessed Gregory X (1271-76)
186.            Blessed Innocent V (1276)
187.            Adrian V (1276)
188.            John XXI (1276-77)
189.            Nicholas III (1277-80)
190.            Martin IV (1281-85)
191.            Honorius IV (1285-87)
192.            Nicholas IV (1288-92)
193.            St. Celestine V (1294)
194.            Boniface VIII (1294-1303)
195.            Blessed Benedict XI (1303-04)
196.            Clement V (1305-14)
197.            John XXII (1316-34) Opposed by Nicholas V, antipope (1328-1330)
198.            Benedict XII (1334-42)
199.            Clement VI (1342-52)
200.            Innocent VI (1352-62)
201.            Blessed Urban V (1362-70)
202.            Gregory XI (1370-78)
203.            Urban VI (1378-89) Opposed by Robert of Geneva ("Clement VII"), antipope (1378-1394)
204.            Boniface IX (1389-1404) Opposed by Robert of Geneva ("Clement VII") (1378-1394), Pedro de Luna ("Benedict XIII") (1394-1417) and Baldassare Cossa ("John XXIII") (1400-1415), antipopes
205.            Innocent VII (1404-06) Opposed by Pedro de Luna ("Benedict XIII") (1394-1417) and Baldassare Cossa ("John XXIII") (1400-1415), antipopes
206.            Gregory XII (1406-15) Opposed by Pedro de Luna ("Benedict XIII") (1394-1417), Baldassare Cossa ("John XXIII") (1400-1415), and Pietro Philarghi ("Alexander V") (1409-1410), antipopes
207.            Martin V (1417-31)
208.            Eugene IV (1431-47) Opposed by Amadeus of Savoy ("Felix V"), antipope (1439-1449)
209.            Nicholas V (1447-55)
210.            Callistus III (1455-58)
211.            Pius II (1458-64)
212.            Paul II (1464-71)
213.            Sixtus IV (1471-84)
214.            Innocent VIII (1484-92)
215.            Alexander VI (1492-1503)
216.            Pius III (1503)
217.            Julius II (1503-13)
218.            Leo X (1513-21)
219.            Adrian VI (1522-23)
220.            Clement VII (1523-34)
221.            Paul III (1534-49)
222.            Julius III (1550-55)
223.            Marcellus II (1555)
224.            Paul IV (1555-59)
225.            Pius IV (1559-65)
226.            St. Pius V (1566-72)
227.            Gregory XIII (1572-85)
228.            Sixtus V (1585-90)
229.            Urban VII (1590)
230.            Gregory XIV (1590-91)
231.            Innocent IX (1591)
232.            Clement VIII (1592-1605)
233.            Leo XI (1605)
234.            Paul V (1605-21)
235.            Gregory XV (1621-23)
236.            Urban VIII (1623-44)
237.            Innocent X (1644-55)
238.            Alexander VII (1655-67)
239.            Clement IX (1667-69)
240.            Clement X (1670-76)
241.            Blessed Innocent XI (1676-89)
242.            Alexander VIII (1689-91)
243.            Innocent XII (1691-1700)
244.            Clement XI (1700-21)
245.            Innocent XIII (1721-24)
246.            Benedict XIII (1724-30)
247.            Clement XII (1730-40)
248.            Benedict XIV (1740-58)
249.            Clement XIII (1758-69)
250.            Clement XIV (1769-74)
251.            Pius VI (1775-99)
252.            Pius VII (1800-23)
253.            Leo XII (1823-29)
254.            Pius VIII (1829-30)
255.            Gregory XVI (1831-46)
256.            Blessed Pius IX (1846-78)
257.            Leo XIII (1878-1903)
258.            St. Pius X (1903-14)
259.            Benedict XV (1914-22) 
260.            Pius XI (1922-39)
261.            Pius XII (1939-58)
262.            Blessed John XXIII (1958-63)
263.            Paul VI (1963-78)
264.            John Paul I (1978)
265.            John Paul II (1978-2005)
266.            Benedict XVI (2005�)

sumber: Catholic Encyclopedia

Recent Post