Latest News

Monday, October 31, 2011

Ringkasan Sejarah �Reformasi� Protestan


Uskup Richard Gilmour
Artikel ini saya dapatkan dari sebuah buku berjudul Bible History halaman 290-296 yang ditulis oleh Uskup Cleveland bernama (alm) Uskup Richard Gilmour, D.D. pada akhir tahun 1800an. Buku ini mendapatkan Apostolic Benediction (Berkat Apostolik) dari (alm) Paus Leo XIII. Dalam buku ini, dapat kita temukan berbagai kejadian-kejadian penting dalam Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Di dalam buku ini juga ditambahkan Kompendium (Ringkasan) Sejarah Gereja.

Buku ini ditulis untuk dipergunakan oleh Sekolah-sekolah Katolik di Amerika Serikat. Selain mendapat berkat apostolik dari Paus Leo XIII, buku ini juga diterima baik dan dipuji oleh lebih dari 30 Uskup di Inggris dan Amerika Serikat.

Pada artikel ini, saya akan mengangkat mengenai �Reformasi� Protestan.  Ternyata ada banyak informasi-informasi yang belum saya dan anda ketahui mengenai peristiwa ini.

Faktor-faktor Penyebab Reformasi
Dua penyebab yang berkontribusi besar bagi suksesnya �Reformasi� adalah penurunan moral orang-orang pada masa itu dan penyebaran ajaran sesat dari Wycliffe dan Huss. Kekayaan yang besar dari biara-biara pada masa itu dengan jelas membawa sikap-sikap indisipliner di antara para anggotanya, sementara penerimaan universal Katolisitas telah mematikan semangat untuk memeliharanya (Katolisitas dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa). Penemuan mesin cetak pada masa Luther memberikan kemungkinan untuk penyebaran ajaran sesat dengan sangat cepat. Perlu ditambahkan bahwa perseteruan panjang pada masa itu antara Gereja dan penguasa-penguasa Sekuler juga melemahkan otoritas Gereja.
John Wycliffe
Pada tahun 1356, John Wycliffe, seorang anggota Universitas Oxford, Inggris, mulai berkhotbah melawan Ordo-ordo Para Pengemis / Medicant. Empat tahun setelahnya (1360), dia menyerang seluruh ordo-ordo gerejawi. Dia mengajarkan bahwa Paus bukan kepala Gereja, bahwa Uskup tidak lebih superior dari Imam-imamnya, bahwa Imam-imam dan Hakim-hakim Sipil kehilangan otoritasnya ketika mereka jatuh dalam dosa berat / mortal sin. Dan semua serangannya ini diakhiri dengan penolakannya terhadap Kehadiran Nyata Tuhan Yesus Kristus dalam rupa Roti dan Anggur yang sudah dikonsekrasi dalam Perayaan Ekaristi.

Doktrin-doktrin sesat ini dengan mudah menemukan para pengikutnya, yaitu kaum Lollards. Mereka menyebabkan gangguan umum besar, menyatakan bahwa mereka memiliki hak untuk berkhotbah di mana pun dan kapan pun mereka suka. Pada tahun 1380, Wycliffe menerjemahkan Kitab Suci ke dalam Bahasa Inggris dan empat tahun setelah ia meninggal (1384), ia dihukum dan ditolak oleh Paus Roma dan beberapa konsili gerejawi di Inggris. Doktrin-doktrinnya kemudian dikutuk dalam Konsili Constance (1415), begitu juga dengan doktrin-doktrin kreasi John Huss yang mulai berkhotbah menyebarkan ajarannya di Bohemia (bagian dari Rep. Ceska sekarang, asalnya pemain bola terkenal seperti Pavel Nedved, Petr Cech dan Jan Koller).

Pada tahun 1402, Jerome dari Praha kembali dari Oxford, di mana dia telah belajar di sana dan mulai berkhotbah dan menyebarkan doktrin-doktrin John Wycliffe. Dia kemudian digantikan oleh John Huss pada tempat yang sama. John Huss ini tidak hanya mengajarkan doktrin-doktrin sesat Wycliffe tetapi lebih jauh dari itu ia juga menolak otoritas Paus, menyerang kaum tertahbis, doktrin-doktrin Gereja mengenai Indulgensi (penghapusan siksa sementara, tidak sama dengan pengampunan dosa), Santa Perawan Maria, Para Kudus dan Komuni dalam satu rupa.
John Huss
Doktrinnya dengan cepat menyebar di seluruh Bohemia. Pada tahun 1414, Konsili Constance diselenggarakan di mana sebelum ia muncul di sana, ia telah lebih dahulu dihukum dan dibakar di tiang pada tahun 1415 oleh penguasa sekuler. Tahun berikutnya, para pengikut John Huss berkembang menjadi pasukan yang besar dan mengambil alih Bohemia dan akhirnya tidak bisa diatasi sampai tahun 1436; tetapi pada masa ini, doktrin-doktrinnya telah menyebar luas. Benih telah ditaburkan dan pada tahun 1517 muncul buahnya dalam heresi (ajaran sesat) oleh Martin Luther dimana Luther mulai berkhotbah menolak Indulgensi dan mempertahankan heresi / ajaran sesat yang diajarkan oleh Wycliffe dan Huss.

Tidak dapat ditolak bahwa penurunan moral orang pada masa itu termasuk kaum tertahbis dan biarawan berkontribusi besar pada penyebaran ajaran sesat ini. Sementara itu kekayaan Gereja digunakan sebagai dalih munafik untuk menyerang kaum klerus (tertahbis). Di samping itu, doktrin-doktrin Wycliffe dan Huss mendorong secara langsung pemberontakan melawan otoritas yang ada. Hal yang sama dalam derajat yang lebih buruk terjadi di bawah pimpinan Luther. Doktrin-doktrin Luther tidak hanya mendorong pemberontakan melawan otoritas tetapi juga menjadi sebuah bentuk keangkuhan dan kesombongan intelektual terburuk.

Luther
Pada tanggal 10 November 1483, Martin Luther, yang pertama dan pemimpin dari Para Reformer Protestan, lahir di Eisleben, daerah Saxony. Pada tahun 1505 ia menjadi biarawan Ordo St. Agustinus, dan segera setelah itu ia ditunjuk sebagai professor di Universitas Wittenberg.
Martin Luther
Pada tahun 1517, Paus Leo X menerbitkan Jubilee dan mengarahkan supaya sedekah yang diberikan hendaknya dikirim ke Roma untuk membantu menyelesaikan Basilika St. Petrus yang sedang dibangun. John Tetzel, Superior Ordo Dominikan, ditunjuk untuk menyampaikan Jubilee ini di seluruh Jerman. Tindakan ini sungguh tidak menyenangkan Luther karena ia merasa Ordo Agustinian tidak diundang untuk terlibat dalam pewartaan soal Jubilee ini.

Pertama-tama, Luther hanya menyerang Ordo Dominikan, tetapi dalam waktu singkat ia juga menyerang surat Indulgensi itu sendiri dengan menerbitkan deklarasi terkenalnya pada tanggal 31 Oktober 1517 yang menjadi benih-benih Reformasi Protestan. Pada tahun 1520, doktrin-doktrinnya ditolak oleh Paus dan Luther diekskomunikasi.

Pada tahun 1522, Luther menerjemahkan Kitab Suci ke dalam Bahasa Jerman dan dengan ini memproklamasikan Doktrin �Kitab Suci yang terbuka dan Interpretasi yang bebas� sebagai suatu prinsip fundamental. Dia juga menolak supremasi Paus, otoritas Gereja, Selibat, daya guna Sakramen-sakramen, Api Penyucian / Purgatorium, dan pengajaran Gereja mengenai Justifikasi dan Dosa Asal.

Luther melarang para pengikutnya untuk menghormati Santo-santa atau untuk menaati perintah-perintah Gereja, menolak semua sakramen kecuali Pembabtisan dan Perjamuan Tuhan. Dia juga mengajarkan bahwa iman tanpa perbuatan baik akan menyelamatkan, bertentangan dengan pengajaran Katolik yang mengajarkan bahwa manusia diselamatkan oleh iman dengan perbuatan baik.

Luther dengan doktrinnya �Open Bible and Free Interpretation� meluruskan jalan untuk berkembangbiaknya sekte-sekte dan berbagai macam opini dalam Protestantisme yang terpecah-pecah. Pada tahun 1525, Luther menikahi Catherine de Bora, seorang biarawati yang dia bujuk untuk meninggalkan biara. Pada tahun 1546, Luther meninggal dengan Protestantisme yang terkoyak-koyak menjadi bagian-bagian kecil oleh persaingan antar sekte.

Doktrin Luther menyebar dengan cepat di seluruh Saxony, Jerman Utara, dan Prussia. Dari situ, doktrin tersebut masuk ke Denmark, Swedia dan Norwegia, didorong oleh para pangeran dan para raja dan di manapun disertai dengan pertumpahan darah dan kekacauan. Calvinisme diadopsi di bagian Prancis dan Swiss dan di bawah pengajaran Knox menjadi agama utama di Skotlandia.

Pada tahun 1545 Konsili Trente diadakan. Setelah pemeriksaan hati-hati selama 17 tahun, Konsili Trente menghukum ajaran sesat Luther dan Calvin, dan pada saat yang sama menegaskan kembali ajaran-ajaran yang benar mengenai Sakramen-sakramen, Rahmat, Dosa Asal, Justifikasi/Pembenaran, dan Kehendak Bebas / Free Will. Kanon Kitab Suci ditegaskan kembali [melawan kanon Luther dkk] dan banyak hukum-hukum bijak diterbitkan. Selama lebih dari 300 tahun, tidak ada konsili baru diadakan sampai pada tahun 1869 ketika Konsili Vatikan I diadakan. Tetapi, pada tahun 1870 Konsili Vatikan I ini ditangguhkan oleh karena penjarahan terhadap Roma oleh Viktor Emmanuel, Raja Italia.

Calvin dan Knox
John Calvin lahir pada tahun 1509 di Noyon (Prancis) dan meninggal di Geneva pada tahun 1564. Pada awalnya, ia belajar untuk menjadi Imam dan masuk Ordo Hina Dina Fransiskan, tetapi setelah itu ia belajar ilmu hukum. Pada tahun 1532, ia mengadopsi doktrin-doktrin Luther dan pada tahun 1535 ia menerbitkan doktrin-doktrinnya yang mengajarkan bahwa semua manusia telah ditakdirkan oleh kehendak bebas Allah untuk masuk ke surga atau masuk ke neraka: sehingga dengan demikian ia menolak peran serta kehendak bebas manusia dan membuat Allah sebagai kreator dosa.

John Calvin
Pada tahun 1536, ia pergi ke Geneva. Dari sana, setelah dua tahun kemudian, ia ditolak karena tindak kekerasan dan berapi-api dari dirinya. Pada tahun 1541 dia kembali dan sejak masa itu hingga kematiannya, ia memerintah Geneva dengan tangan besi. Pada tahun 1553 ia membakar Michael Servetus karena Michael Servetus mengajarkan Doktrin-doktrin untuk menolak Trinitas kepada Calvin. Servetus sendiri memang menjadi seorang Unitarian (Anti-Trinitarian). Dengan demikian, Calvin menolak orang lain memiliki kebebasan yang diklaim untuk dirinya sendiri.

Calvin melarang segala agama-agama luar, melarang perayaan-perayaan religius, melakukan penolakan terhadap Misa, menolak kehadiran nyata Yesus Kristus dalam Ekaristi, menolak perantaraan doa Para Santo-santa, Supremasi Paus, dan karakter sakramental dari Para Uskup dan Para Imam.

Calvin adalah seorang dengan karakter yang kuat, sangat keras, dan begitu mendalam, memiliki kehendak yang pasti.  Dia oleh banyak orang dianggap sebagai jiwa dan pelopor sesungguhnya dari �Reformasi� dan dimanapun doktrinnya diterima dengan baik, efek yang dihasilkan begitu mendalam dan bertahan sangat lama bahkan sampai sekarang.
John Knox
John Knox, pelopor �Reformasi� di Skotlandia, lahir pada tahun 1505; ditahbiskan menjadi Imam tetapi pada tahun 1547 ia mulai berkhotbah menyerang Paus dan Misa Kudus. Dia adalah seorang pria dengan temperamen kasar dan kejam dalam cara. Pada tahun 1554, dia mengadopsi doktrin-doktrin Calvin dan sukses membuatnya diterima secara umum di Skotlandia sehingga Katolisitas hampir seluruhnya ditolak oleh orang-orang Skotlandia. Knox meninggal pada tahun 1572, dipuja-puja oleh orang-orang Skotlandia, tetapi dikenal dalam sejarah sebagai Ruffian of the Reformation (Bajingan Reformasi).

Reformasi Protestan di Inggris
Pada awal mula, Henry VIII, Raja Inggris, begitu keras melawan doktrin-doktrin Luther. Ia menulis sebuah buku melawan Luther dan karena ini ia disebut oleh Paus sebagai Defender of the Faith / Pembela Iman. Titel ini masih dipertahankan oleh Para Raja dan Ratu Inggris di kemudian hari.
Henry VIII
Pada tahun 1509, Henry menikahi Catherine dari Aragon, tetapi 24 tahun kemudian ia memiliki hubungan yang tidak sah dengan Anne Boleyn, pelayan ratu. Karena Paus menolak untuk menceraikan dia dari istrinya yang sah, Catherine, ia mengangkat dirinya sendiri sebagai kepala Gereja di Inggris dan memaksa parlemen untuk menceraikan dia dari istrinya yang sah (1533). Kemudian, ia menikahi Anne Boleyn di hadapan publik di mana beberapa bulan sebelumnya ia telah menikahi Anne Boleyn secara diam-diam.

Tiga tahun kemudian (1536), Henry memenggal Anne Boleyn dan hari berikutnya ia menikahi Jane Seymour yang pada tahun berikutnya meninggal ketika Henry menikah lagi. Dalam enam bulan, pernikahan ini dianulir juga dan kemudian ia menikahi Catharine Howard yang pada tahun berikutnya dipenggal ketika Henry menikah lagi. Dia sedang bersiap untuk menceraikan istri keenamnya ketika ia sendiri meninggal, ditolak dan dihina oleh semua orang. Seperti inilah orang yang memulai �Reformasi� di Inggris.

Setelah kematian Henry VIII, �Reformasi� dilanjutkan oleh Edward VI (1547-1553) dan Elizabeth I (1558-1603) yang dalam masa pemerintahannya  Katolisitas hampir dihancurkan secara keseluruhan dan Protestantisme begitu teguh berdiri sehingga selama 50 tahun hanya ada sedikit umat Katolik di Inggris. Kemudian, bagaimanapun juga, Gereja Katolik mulai kembali tumbuh di Inggris dengan ditandai adanya seorang Kardinal dan beberapa Uskup di samping Para Imam dan Para Biarawan/ti.

Ketika Henry VIII memisahkan diri dari Gereja Katolik, ia mulai melakukan penganiayaan terkejam, menjarah biara-biara, mengusir kaum biarawan, dan membagi-bagi tanah mereka di antara para pendukungnya. Penjara, denda, penyitaan, penganiayaan, kematian adalah hukuman yang diberikan kepada mereka yang menolak mengakuinya sebagai Kepala Gereja. Henry memenggal St. John Fisher (Uskup dari Rochester) dan St. Thomas More (Kanselir Inggris), dua dari orang-orang terkenal di Inggris karena mereka tidak menyetujui perceraiannya atau mengakui supremasinya sebagai pemimpin spiritual Inggris.

Meneruskan Skisma oleh Henry, Raja Edward VI dan Ratu Elizabeth I menambahkan ajaran sesat: memberangus Misa, menghancurkan gambar-gambar, perampasan dan profanisasi gereja-gereja, mengubah dogma dan perayaan-perayaan. Seluruh bangsa Inggris menerima hal ini sebagai syarat dari para penguasa mereka. Dari sejak kematian Elizabeth I (1603) hingga sekarang, �Gereja Anglikan� seperti yang kita sebut sekarang telah menjadi budak negara di mana Raja dan Ratu Inggris menjadi kepalanya.

Untuk mengkonversi / membuat orang berpindah agama, Protestantisme melakukan pemaksaan dan kekerasan. Di Inggris dan Skotlandia, orang-orang dipaksa membayar pajak, dimasukkan ke penjara atau dihukum mati. Di Jerman, Prusia, Swedia, Denmark dan Norwegia juga terjadi hal yang sama. Di Amerika, kelompok Puritan bertindak dengan cara demikian juga.

Protestantisme dimulai dengan �an open bible and free interpretation� telah berujung dengan muncul banyak perpecahan dan ketidakpercayaan. Dengan berdasarkan prinsip tersebut, setiap orang menjadi hakim atas apa yang ia percayai atau yang ia tidak percayai. Dengan demikian, di antara Para Protestan hampir ada jumlah agama sebanyak jumlah individunya; gereja-gereja mereka terpecah dan terkoyak hingga menjadi ukuran kecil, berakhir pada ketidakberimanan dan Mormonisme. Di sisi lain, Katolisitas tetaplah sama karena Katolisitas adalah kebenaran dan kebenaran tidak berubah.

Pax et Bonum

Dialah Santa Perawan Yang Dikandung Tanpa Noda - Kerub Saksinya


Artikel blog ini beberapa waktu lalu yang berjudul "Tabut Perjanjian dan Bunda Maria" membahas mengenai perbandingan antara Bunda Maria dengan Tabut Perjanjian. Tabut Perjanjian adalah prefigur / gambaran awal dan Bunda Maria adalah Tabut Perjanjian yang baru dan sempurna karena Bunda Maria membawa Allah di dalam rahimnya.

Dengan berdasarkan pengajaran bahwa Bunda Maria sebagai Tabut Perjanjian yang baru dan sempurna ini, saya hendak menunjukkan sekaligus membela salah satu dogma Gereja Katolik mengenai Bunda Maria yaitu Dogma Maria Dikandung Tanpa Noda. Dogma ini adalah salah satu dogma yang kerap ditolak oleh Protestan dan Ortodoks. Artikel ini akan menyertakan pembelaan berdasarkan Kitab Suci, Pengajaran Para Bapa Gereja serta Kuasa Mengajar (Magisterium) Gereja.

Dalam Keluaran 25:10,16,18,22 ; Allah memerintahkan Musa untuk membuat  Tabut Perjanjian disertai dengan dua kerub.
Kel 25:10 "Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya.
Kel 25:16 Dalam tabut itu haruslah kautaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu.
Kel 25:18 Dan haruslah kaubuat dua kerub dari emas, kaubuatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu.
Kel 25:22 Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang Israel."
Perhatikan bahwa Kerub tersebut berada di kedua sisi dari tempat Allah berada. Dan Kitab Suci mengatakan bahwa Imam Besar sekalipun tidak boleh mendekati Tabut sampai ia dimurnikan dari dosa. (Imamat 6:2-11 Ibrani 9:3-7). Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa Allah beserta tempat kediamanNya (Tabut) tidak dapat sekalipun mengalami noda dosa.

Prefigur atau tipe awal lain dari Maria, yang jarang kita jumpai dalam apologetika atas dogma Maria Dikandung Tanpa Noda, adalah Taman Eden, �tempat kediaman� Allah yang lain. Di sini dua Bapa Gereja Perdana mengajarkan Bunda Maria sebagai gambaran sempurna dari Taman Eden.

O virgin who surpasses Eden's garden of delights!
 St. Theodotus of Ancyra, On the Nativity of Our Savior, 2


God�s Eden is Mary; in her there is no serpent that harms...., no Eve that kills, but from her springs the Tree of Life that restores the exiles of Eden.
 St. Ephraim, On the Annunciation of the Mother of God, hymn 3:30

Dokumen Ineffabilis Deus mereferensikan Maria sebagai  �that garden enclosed on all sides, which cannot be violated or corrupted by any deceitful plots.� Ensiklik ini merujuk pada Kitab Kidung Agung 4:12 yang mengatakan bahwa �pengantin� tersebut adalah �kebun tertutup engkau, kebun tertutup dan mata air termeterai.�  Rujukan lain mengenai �pengantin�  sebagai sebuah �taman� dapat juga ditemukan dalam bab tersebut.

Dengan begitu, kita telah mengetahui bahwa Bunda Maria, yang dipilih Allah menjadi tempat berdiam-Nya, adalah gambaran sempurna dari prefigur-nya di Perjanjian Lama. 

Sekarang perhatikan Kejadian 3 mengenai kejatuhan manusia ke dalam dosa. Adam dan Hawa tidak menaati Allah dan mereka lebih memilih memakan buah terlarang. Adam dan Hawa dihukum karena hal ini dan mereka diusir dari Taman tersebut: 
Kej 3:23 Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.
Kej 3:24 Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan. 
Perhatikan sekali lagi bahwa Kerub ditetapkan Allah untuk menjadi penjaga tempat kediaman Allah -  Taman Eden. Dan lebih penting lagi, sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka tidak bisa masuk lagi ke dalam Taman Eden. Hal ini menunjukkan bahwa Taman Eden tempat Allah berdiam tidak dapat bersatu dengan noda dosa.

Penting juga untuk mencatat paralel lain yaitu antara Bait tempat Tabut berada dengan Taman Eden. Kerub menjaga Gerbang Timur Taman Eden (Kej 3:24) dan Gerbang Timur itu juga adalah pintu masuk ke Bait Allah (Yeh 43:1-5, 1 Raj 6:22-35)

Kamus Katolik Modern karya Pater John Hardon, SJ mendefinisikan Kerub sebagai berikut:
KERUB. (plural, Kerubim). Makhluk ciptaan surgawi yang disebutkan dalam Kitab Suci sebagai penjaga dan pelindung. Kerubim adalah penjaga yang ditempatkan di Eden (Kej 3:24); mereka adalah figur-figur emas yang didirikan di Tabut (Kel 25:18). Allah mengendarai Kerub untuk menyelamatkan Daud dari musuh-musuhnya (2 Samuel 22:11). Dalam tradisi Kristen, Kerubim diidentifikasi sebagai malaikat. (Etym. Hebrew kerubh; Latin cherub; Greek cheroub.)
Kita telah melihat Bunda Maria sebagai Tabut Perjanjian yang dilindungi oleh Kerub. Dan kita pun melihat bahwa tempat Allah berdiam yaitu Taman juga dilindungi oleh Kerub. Keduanya dilindungi dari kehadiran noda dosa dengan cara yang sama oleh Kerub.

Oleh karena itu, kita melihat kesaksian yang kuat dari Kerub bahwa Maria adalah tanpa noda dosa termasuk dosa asal karena Allah memberitahu kita dalam wahyu ilahi bahwa Maria adalah Tabut tak bernoda dan Taman Eden yang dilindungi dari noda dosa oleh Kerub. Maria dilindungi dari noda dosa dengan cara yang mengagumkan. 

Pax et Bonum

diadaptasi dari tulisan Sam Entile di blog catholicvoyager.blogspot.com

Sunday, October 30, 2011

Surat Kedua kepada Gereja di Korintus


Oleh: Kevin Perrotta

Paulus menulis surat-suratnya dalam bahasa Yunani dan para ahli telah menerjemahkan kata-kata Paulus ke dalam beberapa versi bahasa Inggris dan bahasa lainnya. Menerjemahkan kata-kata Paulus hanya merupakan jenjang pertama dalam memahami kata-kata Paulus. Jenjang kedua adalah menerapkan nasihat-nasihat Paulus ke dalam kehidupan kita sekarang. Seharusnya setiap orang dari kita dapat melibatkan diri dalam jenjang kedua ini.

Surat kedua kepada Gereja di Korintus menyajikan satu hal penting, yaitu kerasulan. Dalam 2 Korintus, Paulus sangat prihatin tentang hal ini. Paruh pertama dari suratnya (2:14 � 7:4) dipenuhi dengan penjelasan tentang pelayanan seorang rasul. Bab-bab terakhir (bab 10-12) merupakan serangan balik terhadap orang-orang yang menyangkalnya sebagai seorang rasul.

Secara sederhana, kita sekarang tidak mempunyai rasul-rasul, tetapi kita mempunyai uskup-uskup yang mewarisi kedudukan pastoral rasul-rasul itu melalui Suksesi Apostolik. Pada zaman ini sudah tidak ditemukan lagi misionaris-misionaris yang berkelana dari satu kota ke kota lain di mana umat Kristen setempat harus membedakan mana misionaris yang dapat mereka terima dan mana yang harus mereka tolak. Bagi saya sekarang, seorang imam yang telah ditahbiskan secara sah dan berkarya di bawah wewenang seorang uskup setempat telah menjawab pertanyaan-pertanyaan umat Korintus yang kala itu harus membedakan mana pemimpin-pemimpin yang benar dan mana yang tidak benar.

Di samping itu, kita tidak perlu diyakinkan lagi bahwa Paulus adalah rasul. Tetapi apakah Paulus seorang rasul atau tidak merupakan persoalan yang hangat di Korintus pada tahun 56. Lalu apa gunanya bagi kita membaca petunjuk-petunjuk Paulus dalam membedakan rasul yang benar atau tidak dan yang membela bahwa ia adalah seorang rasul?

Salah satu jawaban adalah keyakinan Paulus bahwa seorang rasul sejati membawa kematian dan hidup Yesus dalam dirinya. Para Rasul tidak hanya mewartakan Injil yang otentik tentang kematian dan kebangkitan Yesus. Mereka juga mengambil bagian dalam kematian Yesus dan menghayati hidup-Nya sedemikian rupa sehingga jika kita berhadapan dengan mereka, kita seakan-akan berhadapan dengan-Nya (lihat 2 Kor 14-16; 4-6,10,11). Itulah sebabnya Paulus mendesak mereka untuk meneladan diri-Nya (1 Kor 11:1). Paulus menjadi semacam cermin, umat Korintus dapat melihat Yesus dengan mata mereka, tetapi hanya melihat Yesus yang dicerminkan dalam diri Paulus.

Dalam pandangan Paulus, sangatlah penting bagi seorang rasul untuk mengambil bagian dalam kematian dan kebangkita Yesus, dan iniah yang merupakan kesulitan utama dengan orang-orang tertentu yang ingin menjadi misionaris karena mereka tidak memahami hal ini. �Rasul-rasul super� yang dicela Paulus dalam 2 Korintus 11:5 kelihatannya tidak menyelewengkan ajaran-ajaran Kristus. Paling tidak Paulus tidak menuduh mereka demikian dan celaan Paulus terhadap mereka tidak mengandung pembetulan doktrin-doktrin yang diajarkan. Paulus justru menekankan kelemahan-kelemahan dan penderitaan-penderitaannya dalam menjadi pelayan Kristus (2 Kor 11:16-33) yang berlawanan dengan sikap mereka yang tidak mengabarkan sikap Yesus yang melayani dengan lemah-lembut dan rendah hati.

Penghayatan Rasul Paulus akan wafat dan kebangkitan Yesus sangat berarti bagi kita karena kita juga dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam wafat dan kebangkitan Yesus. Yesus bersabda kepada semua orang yang percaya: �Mari, ikutlah Aku.� Injil-injil merupakan sumber utama kita dalam melakukan semua hal ini karena dalam Injil-injil itu kita melihat Yesus. Tetapi kita juga harus melihat bagaimana caranya mengikuti Dia, dan itu dapat kita ketahui dengan melihat orang-orang yang telah mengikuti-Nya. Kita mendapatkan gambaran tentang mengambil bagian dalam wafat dan kebangkitan Yesus dengan melihat kehidupan orang-orang yang telah melakukannya. Dan Para Rasul merupakan teladan-teladan pertama.

Jika kita membaca kata-kata Paulus tentang kerasulan dengan pandangan yang ditujukan pada apa yang diajarkannya kepada kita mengenai persatuan dengan Yesus, mungkin kita akan terkejut melihat beberapa fakta; misalnya tentang apa yang disebut oleh Paulus sebagai kuasa.

Kelihatannya masuk akal jika seorang pengikut Yesus, Sang Pembuat Mukjizat, juga mengalami kuasa yang luar biasa. Sekiranya demikianlah pendapat umat Korintus � itulah yang menjadi alasan mengapa mereka meragukan Paulus sebagai rasul yang otentik dan mengapa mereka tertarik pada misionaris-misionaris lain, yang memamerkan mukjizar-mukjizat dan pernyataan-pernyataan Allah yang diberikan kepada mereka. Sedangkan Paulus kelihatannya hanya mempunyai sedikit pewahyuan dan karunia-karunia roh.

Cara Paulus menangani persoalan-persoalan ini sangat baik. Jelas bahwa ia pun melakukan mukjizat-mukjizat dan menerima pernyataan-pernyataan Allah, tetapi ia cenderung tidak mengembar-gemborkannya. Tetapi ia mengatakan bahwa ia dapat berkata-kata dengan bahasa roh melebihi orang lain (1 Kor 14:18). Secara samar-samar ia menyebut mujizat-mujizat yang pernah terjadi dalam pelayanannya ( 2 Kor 12:12 ). Tetapi kelihatannya ketika ia mewartakan Injil di Korintus, ia tidak pernah menyebut satupun dari pengalaman spiritualnya itu (2 Kor 12:2-7).

Paulus menganggap perhatian umat Korintus terhadap hal-hal seperti itu keliru. Dalam pandangannya, kuasa Yesus yang telah bangkit bekerja dengan sangat kuat dalam diri kita bukan pada saat kita mengalami karunia-karunia roh yang luar biasa, melainkan bila kita sebagai pengikut Yesus sampai pada batas kemampuan kita dan merasakan kerapuhan dan kemiskinan dan penderitaan (2 Kor 1:9 ; 4:7-11). Di situlah kematian Yesus menjadi paling nyata bagi kita, demikian pula kuasa kebangkitan-Nya paling terlihat (2 Kor 12:9-10).

Ini adalah pesan yang keras. Seperti umat Korintus, kita mungkin lebih menyukai jika persatuan dengan Yesus mengangkat kita, paling tidak di atas tingkatan kelemahan kita. Tetapi gambaran Paulus tentang hidup Kristiani juga sangat menghibur. Kita mempunyai jaminan bahwa kelemahan-kelemahan kita yang banyak itu bukan hambatan bagi karya Allah. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa jika kita bersatu dengan Yesus maka kelemahan-kelemahan kita menjadi alat yang paling berdaya guna di tangan Allah. Jadi kita mempunyai cita-cita yang tidak terlalu tinggi untuk dicapai. Kita tidak perlu mempunyai karunia-karunia roh yang luar biasa. Kita tidak memerlukan kemampuan-kemampuan yang luar biasa ataupun kepribadian yang mengesankan (Paulus rupanya seorang tokoh yang kurang mengesankan daripada lawan-lawannya yang mempunyai keyakinan diri yang besar). Pada intinya, persatuan dengan Yesus berarti mencintai dan dengan rahmat Allah hal itu dapat dilakukan oleh kita semua.

Pasti dalam kelemahan-kelemahan para rasul itu, kita dapat menemukan banyak hal yang dapat diterjemahkan ke dalam kehidupan kita, di saat ini dan di tempat lain. Bila kita membaca kata-kata Paulus tentang kerasulan yang penuh perhatian, pasti kita dapat menemukan pokok-pokok lain untuk diterjemahkan. Marilah kita menanggapi kata-katanya supaya apa yang benar bagi Para Rasul juga menjadi benar bagi kita sehingga dalam diri kita orang juga dapat melihat gambaran Yesus.

Sumber: Sabda Allah bagi Anda - Oktober 1996

Penulis: Kevin Perrotta adalah seorang jurnalis Katolik dan sekarang adalah mantan editor dari God�s Word Today. Ia adalah penulis buku Six Weeks with the Bible, Invitation to Scripture, dan  Your One-Stop Guide to the Bible. Kevin Perrotta tinggal di Ann Arbor, Michigan.

Friday, October 28, 2011

Surat Pertama kepada Gereja di Korintus

oleh Kevin Perrotta  

St. Paulus tiba di Korintus sekitar tahun 50. Ia bekerja siang dan malam. Ia mempertobatkan orang dan ada juga yang menjadi musuh-musuhnya. Setelah satu setengah tahun tinggal di kota itu, ia meninggalkannya.

Di Korintus yang hiruk pikuk dan sibuk itu, ia meninggalkan sekelompok orang-orang percaya � beberapa ratus orang, ada yang kaya, sebagian besar dari mereka adalah orang miskin. Sekarang mereka menjadi orang Kristen, tetapi mereka adalah tetap orang Korintus. Mereka telah mendengarkan tentang Injil, Roh Kudus telah berkarya di tangan mereka dengan cara yang luar biasa, tetapi mereka tetap merupakan orang-orang yang suka bertengkar, terlihat jelas bahwa tidak semua berjalan lancar.


Sang Misionaris dan mereka yang telah dipertobatkan tidak pernah saling melupakan. Ia menulis surat kepada mereka, surat ini telah hilang. Ia mengutus seorang sahabatnya, bernama Timotius untuk menjenguk mereka. Mereka menulis surat kepadanya. Beberapa di antara mereka yang sedang melakukan perjalanan untuk berdagang, bertemu dengannya dan memberitakan tentang keadaan Korintus. Tidak semuanya beres di kota itu.

Tidak mengherankan jika umat di Korintus bertengkar satu sama lain. Mereka telah menjadi �ahli� dalam agama yang baru ini � cukup pandai untuk berselisih tentang siapa misionaris Kristen yang benar-benar rohani, dan tidak semua orang di Korintus memilih Paulus sebagai yang paling top. Yang �kasar, kuat dan licik� memperlakukan umat Kristen ini sebagai suatu kumpulan yang dapat mereka kuasai. Ada banyak hal tentang Injil yang belum dipahami umat Korintus, ada banyak hal dalam diri mereka yang belum diubah oleh Injil.

Paulus menulis sepucuk surat lain. Ia menulis, perselisihanmu menunjukkan betapa sedikitnya kamu memahami Yesus. Maka ia kembali kepada dasar: kematian dan kebangkita Yesus, panggilan untuk mengasihi, pengharapan akan kebangkitan. Orang-orang Korintus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendebatnya dan Paulus menjawab mereka. Paulus dapat pula menjadi seorang pendebat bernada tajam, tetapi ia mengasihi umat Korintus. Meskipun sibuk, ia tetap meluangkan waktu untuk menulis jawaban yang jelas tentang persoalan-persoalan itu dan sampai saat ini pun orang-orang Kristen masih membaca suratnya untuk mengerti makna Kristianitas.

Itulah surat pertama kepada Gereja di Korintus.

Betapapun baiknya surat itu, itu hanyalah sepucuk surat. Memang ada pengaruhnya, tetapi tidak mengurangi kekasaran orang-orang Korintus ataupun melunakkan kekuatan mereka. Dan kemudian Timotius kembali dengan membawa kabar buruk. Beberapa orang Kristen di Korintus berniat menolak Paulus sebagai pembimbing mereka. Telah empat tahun Paulus meninggalkan Korintus, saatnya telah tiba untuk kembali ke kota itu. Setelah beberapa hari mengarungi lautan, ia tiba di sana.

Pertemuannya dengan mereka merupakan malapetaka. Salah seorang di antara mereka melawan Paulus di depan umum, sedangkan yang lain hanya menonton pertentangan mereka berdua. Di mana kesetiaan mereka?

Paulus yang merasa terkejut, terluka dan marah, sebenarnya dapat melecut mereka dengan kecaman dan memperbaiki mereka. Tetapi ia menahan diri dan meninggalkan mereka dan berjanji akan kembali. Kemudian ia mengubah niatnya untuk segera kembali ke Korintus. Ia ingin mengetahui apa pengaruh suratnya kepada umat Korintus.

Surat itu (sekarang hilang) memang berpengaruh kepada umat Korintus. Bukankah Paulus adalah Bapa Iman mereka? Ia mengetahui isi hati anak-anaknya dan surat itu membuat mereka sedih. Mereka dihadapkan pada pilihan antara Paulus dan Injilnya atau orang lain dengan �injil� yang lain, dan mereka memilih Paulus. Mereka memperkuat hubungan dengan Paulus, sedangkan anggota-anggota yang telah menghina Paulus dikucilkan dari kumpulan mereka.

Sementara waktu berlalu, kemudian Titus, seorang sahabat Paulus, mengunjungi Korintus dan memberi berita tentang perubah hati umat Korintus kepada Paulus. Tentu saja ia merasa lega dan segera menulis surat yang menyambut baik kesetiaan mereka. Ia menjelaskan mengapa ia menunda kunjungannya. Ia mendesak mereka untuk mengampuni orang-orang yang telah menghinanya, dan ia memberikan penjelasan panjang lebar tentang kepemimpinan Kristiani supaya mereka tidak mudah tersesat di kemudian hari. Surat ini kemudian disebut Surat kedua kepada Gereja di Korintus.

Di Kota Korintus yang selalu bergejolak dan ramai itu agama Kristen berkembang seperti pasukan gerilya: maju dua langkah, mundur selangkah. Paulus sudah menyelesaikan beberapa persoalan, namun beberapa persoalan lain tiba-tiba muncul. Ada laporan bahwa beberapa misionaris yang singgah ke kota itu membujuk umat Korintus melawan Paulus. Mereka meniupkan kecurigaan-kecurigaan kepada tujuan Paulus, mereka mencoretnya karena dianggap sebagai orang yang tidak rohani. Mereka menghayati suatu Injil yang berbeda.

Sekali lagi Paulus merasa disakiti hatinya dan marah. Ia menulis surat lagi. Sekarang ia menunjukkan bahwa ia juga dapat menjadi seorang pemberang dan kuat. Ia mengecam dan mengancam umat Korintus. Ia mengembalikan para �rasul super� itu pada tempatnya. Ia menelanjangi kedangkalan sikap mereka.

Surat ini ada dan sekarang disatukan dengan surat sebelumnya, oleh Paulus atau mungkin juga oleh orang lain dan merupakan bab 10-13 dari surat 2 Korintus.

Apa yang terjadi setelah itu? Tak seorang pun mengetahuinya. Sekali lagi Paulus mengunjungi Korintus. Kita tidak mempunyai informasi tentang kunjungan ini kecuali bahwa ia tinggal di rumah seorang Kristen yang kaya dan di sana ia menulis penjelasan lain tentang Kristianitas: surat kepada umat di Roma yang ditulis kira-kira tahun 56-57, enam atau tujuh tahun setelah ia pertama kali mengunjungi Korintus sebagai seorang misionaris miskin yang berharap dapat menabur benih Injil di kota orang-orang yang berbahu lebar dan keras ini.

Dari Korintus, Paulus menuju Tanah Suci. Ia tidak pernah kembali ke Korintus lagi. Di Yerusalem ia ditangkap dan kemudian di bawa ke Roma untuk diadili. Di kota itu, ia dihukum mati, kira-kira pada tahun 64.

Kita hampir tidak mengetahui apa-apa tentang umat Kristen satu generasi setelah Paulus. Ada sedikit peninggalan � sebuah prasasti batu � tentang seorang yang bernama Erastus, seorang Kristen kaya yang menaiki jenjang politik di kota itu dan menjadi komisaris pekerjaan umum. Tentunya ia adalah seorang kuat dan pemberani. Gereja Korintus setelah Paulus masih bertahan. Pada tahun 96, Gereja Roma sebagai Gereja yang memimpin Gereja-gereja lain dalam kasih menulis surat kepada Gereja Korintus.


Sumber: Sabda Allah bagi Anda - Oktober 1996

Penulis: Kevin Perrotta adalah seorang jurnalis Katolik dan sekarang adalah mantan editor dari God�s Word Today. Ia adalah penulis buku Six Weeks with the Bible, Invitation to Scripture, dan  Your One-Stop Guide to the Bible. Kevin Perrotta tinggal di Ann Arbor, Michigan.


Pax et Bonum

Lihat juga:
Surat Kedua kepada Gereja di Korintus
Surat Ketiga kepada Gereja di Korintus / Surat Paus St. Klemens

Thursday, October 6, 2011

Kardinal Piacenza: Tidak ada Gereja Pra-Vatikan II dan Paska-Vatikan II


Yang Utama Kardinal Piacenza
Pidato Kardinal Piacenza, Prefek Kongregasi bagi Klerus, kepada seminaris di Keuskupan Agung Los Angeles (4 Oktober 2011). Pidato ini sekaligus mengoreksi kekeliruan sebagian besar umat Katolik bahwa Konsili Vatikan II mengubah Gereja Katolik. Kita tidak bisa membeda-bedakan antara Gereja Pra Vatikan II dan Gereja Paska Vatikan II, Gereja Kristus itu hanya Satu dan tidak berubah. So, apa yang telah diajarkan Gereja Katolik sebelum Konsili Vatikan II tetap berlaku sampai sekarang.

Generasi kalian mungkin akan menjadi generasi pertama yang akan dengan tepat menafsirkan Konsili Vatikan Kedua, [bukannya] menafsirkan menurut "roh" dari Konsili, yang telah membawa banyak kebingungan kepada Gereja, melainkan [menafsirkan] menurut apa yang benar-benar dikatakan Peristiwa Konsili tersebut dalam teks-teksnya kepada Gereja dan kepada dunia.


Tidak ada Vatikan II yang berbeda dengan [Vatikan II] yang menghasilkan teks-teks yang kita miliki saat ini! Dalam teks-teks itulah kita menemukan kehendak Allah bagi GerejaNya dan kepada [kehendak itulah] kita harus mengacu, [dengan] ditemani Tradisi dan kehidupan Kristen selama dua ribu tahun.

Pembaharuan memang selalu diperlukan bagi Gereja, [ini] karena pertobatan anggota-anggotanya, para pendosa yang malang, selalu diperlukan! Tapi tidak dapat ada, ataupun tidak mungkin ada, sebuah Gereja pra-Konsili [Vatikan II] dan sebuah Gereja post-Konsili [Vatikan dua! Kalau memang ada, [maka] yang kedua [ie. Gereja post-konsili Vatikan II] - [Gereja] milik kita [sekarang] - akan merupakan [Gereja yang] secara sejarah dan secara teologis tidak sah!

Hanya ada satu Gereja Kristus, dimana kalian adalah bagiannya, yang mulai dari Tuhan Kita sampai ke para Rasul, dari Perawan Maria Terberkati sampai kepada para Bapa dan Doktor/Pujangga Gereja, dari Jaman Pertengahan sampai ke Renaisans, dari jaman Romanesque sampai ke Gothic sampai ke Baroque, dan sampai masa kita ini, tak terputuskan tanpa kehilangan kontinuitas, tidak sekalipun! 

Dan semua ini karena Gereja adalah Tubuh Kristus, [Gereja] adalah kesatuan PribadiNya yang dia berikan kepada kita, para anggota Gereja! 

Kalian, para seminaris tercinta, akan menjadi imam-imam di Gerejanya Santo Agustinus, [Gerejanya] Santo Ambrose, [Gerejanya] Santo Thomas Aquinas, [Gerejanya] Santo Charles Borromeo, [Gerejanya] Santo John Mary Vianney, [Gerejanya] Santo John Bosco, [Gerejanya] Santo Pius X sampai [Gerejanya] Padre Pio, Santo Josemaria Escriv� dan Beato Yohanes Paulus II. Kalian akan menjadi imam-imam dari Gereja yang sama yang terdiri dari begitu banyak imam-imam kudus yang, sepanjang abad, telah menunjukkan wajah Kristus, Tuhan dunia, [yang begitu] terang, indah, bercahaya, dan, karenanya, mudah dikenal.

Pax et Bonum

Mariologi sungguh bagian dari Teologi


Mungkin ada yang bertanya mengapa dalam ilmu Teologi Katolik, ditemukan cabang ilmu yang disebut Mariologi (Ilmu yang mempelajari mengenai Maria � seorang ciptaan Allah). Mempelajari Maria dalam teologi mungkin menurut mereka terlihat sebagai sebuah salah satu gangguan terhadap fokus teologi, yaitu Allah sendiri.

Bagaimana kita sebagai Katolik menanggapinya?

Mariologi dimasukkan ke dalam teologi karena semua yang Gereja ajarkan mengenai Maria itu berdasarkan pada ajaran Yesus Kristus.


Ini sebuah kutipan penting dari Katekismus Gereja Katolik mengenai isu ini:
Apa yang Gereja Katolik percaya dan ajarkan tentang Maria, berakar dalam iman akan Kristus, tetapi sekaligus juga menjelaskan iman akan Kristus. (KGK 487)
Ini sebuah contoh bagaimana pernyataan ini terbukti:

Pada abad ke-5, sebuah pertanyaan mengenai Maria muncul pada episenter dari sebuah pertarungan teologis besar: Dapatkah Bunda Maria disebut Bunda Allah?

St. Sirillus, Patriark Alexandria
St. Sirillus, Patriark Alexandria, mengajarkan bahwa karena Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah, maka Maria memiliki hak untuk mendapatkan gelar Bunda Allah.

Nestorius, Patriark Konstantinopel, percaya bahwa pernyataan ini adalah penghujatan terhadap Allah. Ia berkata, �Allah tidak dapat memiliki ibu! Maria dapat disebut Bunda Kristus tetapi ia tidak dapat disebut Bunda Allah.�

Pada tahun 431 M, sebuah Konsili besar Para Uskup diadakan di Efesus untuk menyelesaikan pertarungan teologis antara dua Patriark ini. Setelah debat besar, dengan berdasarkan otoritas Paus Roma dan Konsili, Para Uskup menyatakan bahwa Pandangan Nestorius menyebabkan pemisahan heretikal (sesat) dalam kodrat Yesus Kristus. Maria memberikan kelahiran kepada seorang Pribadi Yesus Kristus secara utuh.

Jika Maria hanya memberikan kelahiran kepada pribadi manusia Yesus tetapi tidak kepada pribadi ilahi-Nya, maka ada pemisahan antara kemanusiaan Kristus dan keilahian Kristus sehingga ada Dua Pribadi dalam Yesus Kristus, yaitu Pribadi Manusia Kristus sendiri dan Pribadi Sang Sabda Allah. Dan bila ada pemisahan demikian, maka Yesus Kristus bukan lagi sungguh Allah sungguh Manusia dan dengan demikian Injil keliru. Tentu pandangan seperti ini ditolak.

Council of Ephesus
Apa yang ditegaskan oleh Konsili Efesus adalah bahwa Tuhan Yesus Kristus itu adalah Satu Pribadi yang memiliki dua kodrat, kodrat Ilahi dan kodrat manusia. Maka ditegaskan bahwa Yesus Kristus itu sungguh Allah sungguh manusia. Di dalam diri Yesus Kristus tidaklah Dua Pribadi yang berbeda seperti yang diajarkan Nestorius.

Dan karena Satu Pribadi Yesus Kristus itu sungguh Allah sungguh manusia, maka sangatlah tepat untuk menyebut Bunda Maria Sang Bunda Allah. Bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Nestorius, justru mengatakan Bunda Maria bukan Bunda Allah merupakan penghujatan terhadap Allah sendiri. Di samping itu, pernyataan ini juga memuliakan Allah dengan memberikan terang mengenai misteri besar penyelamatan manusia, yaitu Misteri Inkarnasi.

Dengan demikian, terselesaikanlah salah satu kontroversi kristologis dan teologis yang terpenting dalam sejarah Gereja. Sebuah pertanyaan mengenai identitas Maria adalah sungguh sebuah pertanyaan kristologis sekaligus teologis dengan implikasi pada jantung dari Injil itu sendiri.

Mariologi adalah sungguh bagian dari Teologi. 
Pax et Bonum

Recent Post