YESUS DAN SANAK SAUDARA-NYA
MEMBANGUN PERSEKUTUAN DALAM BINGKAI IMAN
Markus 3:31-35; Mateus 12:46-50
Primordialisme, nepotisme, fanatisme, koncoisme dan yang sama dengan istilah tersebut di satu sisi adalah baik, namun apabila itu dijungjung tinggi sebagai filosofi kehidupan bahayanya perlakuan diskriminatif akan mengoyakkan sisi-sisi kemanusiaan kita. Yesus berkata tidak terhadap perilaku seperti itu. Ajaran Yesus adalah mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri; tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Namun demikian Yesus bukan mengabaikan perlunya primordialisme, nepotisme tetapi jangan menempatkannya di atas ajaran paham iman: “Marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”. Apa hubungan pernyataan ini dengan nas hotbah hari ini?
Saudara! Ketika Yesus mengajar orang banyak di Bait Suci – ibun-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Ketika Yesus mengetahui keinginan ibuNya untuk bertemu denganNya justru Yesus mengatakan: “Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”Mendengar pernyataan ini barangkali hati kesal, kecut, dan emosi karena dikuasai fanatisme yang sempit, namun sesungguhnya Yesus mau membuka cakrawala baru tentang fanatisme ranah relasi yang lebih luas dalam irama peran melakukan kehendak Bapa di sorga. Relasi persekutuan yang hidup sebagai saudara dan keluarga Kristus akan bergerak maju dan membangun bila ranah spiritualitas berada di atas domain emosional secara lahiriah. Yesus bukan mengabaikan sang ibu, saudara secara lahiriah. Namun Yesus memperluas cakrawala baru dalam membangun hubungan relasi-relasi keluarga secara menyeluruh dalam peran melakukan kehendak Bapa-Ku.
Saudaraku! Bergerak maju dalam gerak membangun persekutuan yang inklusif, terbuka, dan dialogis adalah visi dan misi Gereja kita HKBP. Mempertahankan sikap eksklusivisme hanya akan membawa kita kepada kesulitan dan kepahitan dalam persekutuan. Demikian juga relasi persekutuan holistik yang didasarkan kepada keinginan-keinginan atau kepentingan-kepentingan individu maupun kelompok tidak akan menggairahkan persekutuan, hanya dan hanya persekutuan holistik yang didasarkan dan diarahkan kepada kehendak Bapa di sorgamembuat persekutuan kita menjadi hidup sebagai saudara keluarga kerajaan sorga. Setiap orang yang mengaku percaya kepada Tuhan tidak cukup hanya dalam tataran ucapan atau teori belaka tetapi yang terutama adalah berbuat dan melakukan apa yang berkenan kepada Bapa di Sorga. Sebagai saudara Tuhan, hidup kita bernilai bukan dilihat dari banyaknya kata-kata tetapi banyaknya perbuatan baik dengan suka menolong, dan memberi perhatian pada sesama, dengan demikian hidup kita akan selalu diliputi oleh cinta kasih, persaudaraan yang rukun, dan hal itu terlihat pada sikap yang mau menerima satu dengan yang lain dan senantiasa mau memaafkan dan mengampuni. Kasih itu adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan kita sebagai saudara Tuhan. Memiliki saudara itu memang dambaan semua orang, sebab hidup akan lebih bermakna dan bahagia bilamana ada saudara yang saling mendukung dan saling mendoakan kita, dia akan menjadi sahabat dalam suka maupun duka.
Tuhan Yesus menjadi saudara bagi kita, sebagai tempat pengaduan dan Dia begitu setia mendampingi dan senantiasa menguatkan dalam berbagai pergumulan hidup. Jangan kita menjauhi dariNya, sebab dikatakan mendekatlah kepada Tuhan agar jiwamu tentram. Dia dengan sukarela mau menolong dalam kedukaan dan juga mau mengampuni segala kesalahan kita. Memang sekarang ini begitu sulit mendapatkan sahabat, sahabat dalam kesukaan banyak tetapi sahabat dalam kedukaan begitu sedikit, bila kita dalam keadaan susah dan miskin, sahabat sedikit, namun apabila kita kaya sahabat banyak. Sekarang ada sahabat/saudara kita yang baik hati, dalam suka maupun duka, Ia yang tetap setia mendampingi kita, Dialah Yesus Kristus Tuhan kita. Memang yang Dia inginkan adalah berbuat baik kepada sesama, dengan selalu mengasihi siapapun tanpa membeda-bedakannya. Seorang saudara adalah orang yang mau mengerti dan sungguh-sungguh mengasihi, sebagai saudara Yesus yang diutamakan adalah cinta kasih dan kebaikan. Kita mendengar berita bahwa ada ayah yang begitu tenga menganiaya anak kandungnya sendiri sampai meninggal dunia, buah hatinya sendiripun sudah tidak lagi dikasihi bagaimana dengan yang lainya, jiwanya begitu rusak sehingga lebih mencelakai daripada mengasihi, dia tidak lagi melihat sesamanya sebagai saudara. Aku, Anda, dan Kita semua adalah saudara, keluarga Kristus bila orientasi kita berada di dalam peran MELAKUKAN KEHENDAK BAPA-KU YANG DI SORGA. Amin.
No comments:
Post a Comment