Kaisar Constantine XII - Pengepungan Konstantinopel oleh Sultan Mehmet II |
Seorang teman menanyakan kebenaran cerita mengenai kejatuhan Konstantinopel yang dijelaskan secara singkat dalam teks berikut ini terutama pada bagian bahwa syarat untuk mendapatkan bantuan dari Kristen di barat adalah menundukkan diri kepada Paus Roma.
Pada tahun 1453 Konstantinopel ibukota negeri Kristen di Timur yang gereja-gerejanya bertaburan indah ditaklukkan tentara Muslim Turki di bawah pimpinan Sultan Mehmet II. Kaisar Byzantium semula sudah berusaha meminta bantuan pasukan Kristen dari Eropa Barat. Tetapi syarat menundukkan diri ke Roma dalam hirarki Paus di Roma (Uskup Roma) terlalu berat dirasakan umat Kristen Ortodoks Timur di Konstantinopel. Uskup Konstantinopel waktu itu akhirnya berkata, "Lebih baik kota ini diperintah Sultan Turki berserban itu daripada topi uskup Roma!" Sejarah akhirnya meninggalkan kepada kita warisan menyedihkan dalam dunia kekristenan kita; hanya oleh karena saling klaim sebagai bigbos, gereja hancur. Sultan Mehmet II begitu bergembira pada waktu pasukan tempurnya berhasil menghancurkan pasukan yang masih setia kepada Kaisar Byzantium.Sultan begitu kota itu berhasil takluk, turun dari kudanya dan bersujud; memerintahkan hari itu juga untuk mengubah Kathedral Agung Hagia Sophia menjadi Masjid Aya Sofia; merusak patung-patung, ikon, altar, lonceng dan mimbar gereja yang sudah berusia ribuan tahun itu. Pada hari Jumat, Mei 1453 Sholat Jumat langsung diadakan di dalam bekas Katedral yang sudah diubah menjadi masjid itu. Menara masjid kemudian dibangun di samping kiri kanan bekas Gereja. Tahun 1923 Kemal Ataturk merubah masjid menjadi museum sampai sekarang! Kota itu kemudian diubah nama menjadi Istanbul (Kota Islam).
Respon Indonesian Papist:
Penjelasan di atas kurang tepat. Kekristenan Barat tidak mensyaratkan umat Kristen di Timur tunduk pada Paus Roma agar diberi bantuan karena faktanya Konsili Florence yang diadakan tahun 1439 sebelum penaklukan Konstantinopel telah lebih dulu membawa Ortodoks Timur (Konstantinopel dkk) bersatu [sementara waktu] dengan Roma. 2 Patriark Konstantinopel dari tahun 1439-1443 (Joseph II dan Metrophanes II) meninggal dalam status seorang Katolik (atau kalau mau disebut, Ortodoks dalam Persatuan dengan Roma). Kaisarnya juga, Constantine XII (1448-1453), meninggal dalam persatuan dengan Katolik.
Barulah sesudah kejatuhan Konstantinopel, penguasa Islam Turki (dalam usaha memuluskan niat mencegah/merusak persatuan antara barat dan timur yang telah dicapai dalam Konsili Florence) mengangkat Scholarius, kemungkinan seorang awam, untuk menjadi Patriark Konstantinopel (terhitung sejak kejatuhan Konstantinopel - 1456). Scholarius inilah yang dihormati oleh Ortodoks Timur sekarang sebagai Gennadius Scholarius. Scholarius ini anti-Roma. Hasil Konsili Florence baru secara resmi ditolak oleh Ortodoks Timur pada Sinode Konstantinopel 1472.
Faktanya, sebelum kejatuhan Konstantinopel tahun 1453, Paus Eugenius IV (yang memimpin Konsili Florence) melakukan apa yang dulu pernah dilakukan Beato Urbanus II pada permulaan Perang Salib pertama, yaitu menulis pesan dan meminta bantuan kepada para raja-raja dan pangeran-pangeran Eropa untuk membantu mempertahankan Konstantinopel, tapi sayangnya tidak diindahkan oleh para penguasa ini. Paus Eugenius IV sendiri akhirnya, dengan inisiatifnya sendiri, mengirimkan 2 kapal dan 300 tentara yang kalau dibandingkan dengan tentara Turki yang jumlahnya begitu banyak jelas gak ada apa-apanya.
Sementara itu, pengganti Paus Eugenius IV, yaitu Paus Nikolaus V (1447-1455), juga masih berusaha membujuk penguasa-penguasa di barat untuk mengirimkan bantuan, tetapi gagal. Hal ini karena penguasa-penguasa ini merasa Konstantinopel tidak akan jatuh, mereka juga kurang peduli sama Konstantinopel. Di samping itu Eropa sedang berada dalam proses pemulihan setelah diserang wabah penyakit besar-besaran. Di buku Fall of Constantinople hlm. 82-87 diceritakan kalau Paus Nikolaus V mengeluarkan dana untuk membeli tentara dan makanan lalu mengirimkannya ke Konstantinopel dalam 3 kapal. 5 April 1453, Roma mencoba mengirimkan 5 kapal lagi tapi tertunda karena utang Roma kepada Venezia dan juga karena kekurangan makanan untuk berangkat.
Meskipun banyak para penguasa Eropa tidak dapat membantu, Republik kecil Genoa memilih mengirim bantuan kepada Konstantinopel. Republik ini punya hubungan yang baik dengn Konstantinopel. Mereka mengirimkan satu armada dengan kekuatan 5 kapal perang dan 700 tentara (Ensiklopedia Katolik bilang 2000 tentara) di bawah pimpinan Kapten Laut Yohanes Yustinianus. Pada saat sampai di sekitar wilayah laut Konstantinopel, mereka menemukan bahwa jalur masuk ke Konstantinopel diblokade sama 150 kapal. Susah payah bertarung, mereka berhasil tembus, tapi kekuatan perang sudah berkurang.
Dan selanjutnya penyerangan terhadap Konstantinopel oleh Islam Turki berlangsung. Hasilnya kejatuhan Konstantinopel. jumlah tentara Turki 258.000 vs Pasukan yang ada di Konstantinopel 4973 (belum termasuk pasukan dari Genoa). Pnduduk Konstantinopel sendiri sekitar 100an ribu orang.
Referensi:
Adrian Fortesque, The Orthodox Eastern Church
Steven Runciman, The Fall of Constantinople
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter