Latest News

Showing posts with label Kepausan. Show all posts
Showing posts with label Kepausan. Show all posts

Tuesday, September 18, 2012

Foto Kunjungan Bapa Suci Benediktus XVI ke Libanon

Bapa Suci Benediktus XVI mengunjungi Libanon pada tanggal 14-16 September 2012 yang lalu. Kunjungan ini tentu saja meninggalkan banyak sekali foto-foto menarik dan inspiratif yang layak untuk diarsipkan. Beberapa waktu lalu, saya mempublikasikan 3 foto kunjungan Bapa Suci ke Libanon di page Gereja Katolik dan tanggapan para anggota page Gereja Katolik sangat positif sekali.

Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mengarsipkan beberapa foto kunjungan Bapa Suci Benediktus XVI ke Libanon di situs ini.

1.
Seorang wanita muda Muslim memegang foto Paus Benediktus XVI. Image by � Benjamin Hiller/Corbis. 15 Sep 2012, Beirut, Lebanon --- Female Muslim Shia wait on the street towards the Baabda presidential palace for the arrival of pope Benedict XV. Beirut, Lebanon. The pope meets there members of the Lebanese Parliament as well as religious leader to discuss the current situation in the Middle East. Foto yang sama dari sudut pengambilan yang berbeda bisa dilihat di Al-Jazeera.
"Saya memberi salam kepada orang-orang muda Muslim dan berterima kasih kepada mereka karena telah datang. Anda adalah masa depan negara ini (Libanon) bersama dengan orang-orang Kristen. Kalian berdua harus berusaha untuk bekerja sama dan memelihara hidup berdampingan. Timur Tengah harus memahami bahwa Islam dan Kristen dapat hidup berdampingan dalam semangat iman di dalam masyarakat yang bebas dan humanitarian." - Paus Benediktus XVI, 15 September 2012, Kunjungan Kepausan ke Libanon.

2.  
https://fbcdn-sphotos-c-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/539294_10151418942919638_583413796_n.jpg
Have no Fear, The Pope is Here!
(CNS photo/Paul Haring) (Sept. 14, 2012) See LEBANON-ARRIVE Sept. 14, 2012. @2012 Catholic News Service
Foto ini adalah foto para warga Libanon yang menunggu kedatangan Bapa Suci Benediktus XVI. Terlihat spanduk yang dibawa bertuliskan "Have no fear, The Pope is here." "Jangan takut, Paus di sini."
Seorang warga Libanon bernama Melodia Bell berkomentar:
"Saya dari Libanon. Orang-orang di Libanon, baik Kristen maupun Islam, sungguh sangat senang dengan kunjungan Paus. Beliau membawakan harapan dan damai kepada semua orang. Orang-orang di Libanon telah menunggu kunjungannya sejak waktu yang sangat lama. Bapa Suci memang sungguh berani untuk pergi ke sini sekarang! Kami berterimakasih kepadanya atas kata-kata, keberanian dan kunjungannya."

3.

Misa yang dihadiri oleh sekitar 40.000 orang (beberapa menyebutkan 350.000 orang) di waterfront di Libanon.
Salah satu pernyataan Bapa Suci Benediktus XVI:
"It is here and now that we are called to celebrate the victory of love over hate, forgiveness over revenge, service over domination, humility over pride and unity over division." - "Di sini dan sekarang bahwa kita dipanggil untuk merayakan kemenangan cinta atas kebencian, pengampunan atas balas dendam, pelayanan atas dominasi, kerendahan hati atas kesombongan, dan persatuan atas perpecahan."

4.
Bapa Suci Benediktus XVI menandatangani Apostolic Exhortation Ecclesio in Medio Oriente di Basilika St. Paulus di Harissa, di Libanon.
Hussein Malla, AP


Komitmen untuk perdamaian di Timur Tengah.

5.
Bapa Suci Benediktus XVI sedang memegang Salib.
Filippo Monteforte, AFP/Getty Images
Salah satu foto dan momen yang bagus sekali. He is our Pope!

6.
Bapa Suci berjabat tangan dengan Pemimpin Agama Druze (Druze mengklaim diri mereka juga Islam), Sheik Naim Hassan.
Joseph Eid, OAFP/Getty Images
 Pesan perdamaian tersirat dari foto ini.

7.
Paus Benediktus XVI berjabat tangan dengan Patriark Pierre Bechara Rai, Kepala Gereja Katolik Maronit.
news.va
Dalam konteks Gereja partikular, Paus adalah saudara tua dari setiap Patriark-patriark Katolik Timur.

8.
Paus Benediktus XVI berjabat tangan dengan Presiden Libanon, Michel Suleiman.
news.va


Menurut konstitusi Libanon, seorang Presiden Libanon haruslah seorang Katolik Maronit. Di Libanon, terjadi pembagian kekuasaan negara yang menarik. Presiden adalah seorang Katolik Maronit, Perdana Menteri adalah seorang Islam Sunni, Ketua Parlemen adalah seorang Islam Syiah dan Wakil Perdana Menteri adalah seorang Kristen Ortodoks Timur.

9.
We Love You!
Alessandra Tarantino, AP


Ya, tentu. We Love You Papa Benedict!!!
Semoga Allah Tritunggal memberkati dan menolong usaha Bapa Suci kita yang tercinta ini dalam setiap tugas pelayanannya sebagai seorang Wakil Kristus.

Pax et Bonum

Monday, March 12, 2012

Apologi Kontra Admin Page Ortodoks Indonesia - Mengenai St. Dionysius dari Roma

http://saints.sqpn.com/saintd62.jpg
Pope St. Dionysius of Rome (sumber: SQPN)
Artikel ini sudah lama saya tulis (18 Oktober 2011) tetapi baru sekarang saya putuskan untuk dipublikasikan. Artikel ini ditulis untuk menanggapi pernyataan admin sebuah page Ortodoks Timur yang tidak tepat mengenai Paus St. Dionysius. Kata-kata admin tersebut dalam huruf biru dan tanggapan saya dalam huruf hitam.
FAQ :
Berikut Surat Uskup Roma Clement kepada umat Korintus mengenai skisma yang terjadi di Korintus. Jelas hal tersebut menunjukkan wewenang Uskup Roma yang melampaui wilayah Keuskupan Roma, bahkan Kepatriarkhatan Roma. http://ww.newadvent.org/fathers/1010.htm
Ini menunjukkan pemahaman Gereja Orthodox tentang kanon 6 Koncili Nikea adalah keliru.

_____________________________________________

Answer :
Saudara kita menyatakan bahwa ada masanya komando Uskup Roma diterima oleh Jemaat di luar wilayah yuridiksinya yaitu di wilayah Korintus, ini membuktikan bahwa pandangan Gereja Orthodox salah karena sebenarnya Paus Roma sesuai dengan data di atas memiliki komando yang berlaku juga di luar wilayah yuridiksinya dan ini membuktikan Kekuasaan Paus Roma mutlak di seluruh dunia. manakah yang benar? apakah memang benar seabsolut itu kekuasaan Paus Roma??
Catatan pertama dalam sejarah dari gelar "Paus" sendiri diberikan kepada Paus Heraclas dari Alexandria dalam surat yang ditulis oleh Uskup Roma (waktu itu Uskup Roma belum memakai gelar Paus), Sang Uskup Roma yang bernama Uskup Dionysius, memberikan surat kepada Filemon:
t??t?? ??? t?? ?a???a ?a? t?? t?p?? pa?? t?? �a?a???? p?pa ?�?? ??a??? pa???a�??.
Yang diterjemahkan menjadi:
"Saya menerima peraturan dan komando dari yang terberkati Paus kita, Heraclas." 
Uskup Roma saat belum bergelar Paus mendengarkan komando dan peraturan dari Paus Alexandria. Lalu apakah ini membuktikan Paus Alexandria juga memiliki kekuasaan mutlak atas seluruh yuridiksi di dunia, karena Paus Alexandria bisa memberikan komando dan perintah untuk Paus Roma?
Tidak demikian jika kita kembali ke kitab suci
Saling mendengarkan nasehat dan komando antar keuskupan memang terjadi di masa lalu, bukan hanya Uskup Roma ke Korintus. tapi ada juga masa Uskup-uskup lainnya memberikan komando ke uskup roma, dan uskup roma menyatakan ketersediaannya untuk mematuhi peraturan dari uskup lainnya.
Tak ada satu yang tinggi dari yang lainnya, dan semuanya saling menasehati.
Ibrani 3 : 13 Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa.
Titus 3 : 10 Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi.

Demikianlah seluruh tulisan dari admin Ortodoks tersebut yang sama sekali tidak memiliki dasar yang kuat untuk menyatakan bahwa Paus Roma juga menerima otoritas atau perintah dari Patriark Alexandria atau Patriark lainnya.

Mengapa saya katakan tidak kuat? alasan utamanya adalah, si admin tidak melihat keadaan St. Dionysius dari Roma saat menulis surat kepada Imam bernama Filemon di Roma. 
Kita cek daftar Uskup Roma dan Uskup Alexandria.

Mark the Evangelist (68)
Anianus (68-85)
Avilius (85-98)
Kedron (98-109)
Primus (109-121)
Justus (121-131)
Eumenes (131-141)
Markianos (142-152)
Celadion (152-166)
Agrippinus (167-178)
Julian (178-189)
Demetrius I (189-232)
HERACLAS (232-248)
Dionysius (248-264)

St. Peter (32-67)
St. Linus (67-76)
St. Anacletus (Cletus) (76-88)
St. Clement I (88-97)
St. Evaristus (97-105)
St. Alexander I (105-115)
St. Sixtus I (115-125) Also called Xystus I
St. Telesphorus (125-136)
St. Hyginus (136-140)
St. Pius I (140-155)
St. Anicetus (155-166)
St. Soter (166-175)
St. Eleutherius (175-189)
St. Victor I (189-199)
St. Zephyrinus (199-217)
St. Callistus I (217-22) Callistus and the following three popes were opposed by St. Hippolytus, antipope (217-236)
St. Urban I (222-30)
St. Pontain (230-35)
St. Anterus (235-36)
St. Fabian (236-50)
St. Cornelius (251-53) Opposed by Novatian, antipope (251)
St. Lucius I (253-54)
St. Stephen I (254-257)
St. Sixtus II (257-258)
St. DIONYSIUS (260-268)
St. Felix I (269-274)

St. Dionysius menjadi Uskup Roma dari tahun 260-268, sedangkan Heraclas menjadi Uskup Alexandria dari tahun 232-248. Lalu bagaimana bisa dibilang kalau Dionisius berbicara dalam kapasitasnya sebagai Uskup Roma? sedangkan saat menulis di sini dia masih belum menjadi uskup.

Dan dari Ensiklopedia Katolik, ketahuan bahwa St. Dionisius dari Roma baru muncul sejak masa Pontifikat Paus St. Stefanus.
During the pontificate of Pope Stephen (254-57) Dionysius appears as a presbyter of the Roman Church and as such took part in the controversy concerning the validity of heretical baptism. (dari sini pun bisa kita ketahui bahwa St. Dionisius baru muncul sebagai imam beberapa tahun setelah Uskup Heraclas dari Alexandria meninggal) 
Jadi, pernyataan admin Ortodoks bahwa:
"Uskup Roma saat belum bergelar Paus mendengarkan komando dan peraturan dari Paus Alexandria. Lalu apakah ini membuktikan Paus Alexandria juga memiliki kekuasaan mutlak atas seluruh yuridiksi di dunia, karena Paus Alexandria bisa memberikan komando dan perintah untuk Paus Roma???

Tidak demikian jika kita kembali ke kitab suci

Saling mendengarkan nasehat dan komando antar keuskupan memang terjadi di masa lalu, bukan hanya Uskup Roma ke Korintus. tapi ada juga masa Uskup-uskup lainnya memberikan komando ke uskup roma, dan uskup roma menyatakan ketersediaannya untuk mematuhi peraturan dari uskup lainnya."
sama sekali tidak tepat karena St. Dionysius berbicara tidak dalam kapasitasnya sebagai Uskup Roma melainkan sekadar imam biasa yang menceritakan sesuatu kepada Imam lain bernama Filemon. Mengenai penggunaan gelar �Paus� oleh Uskup Alexandria sebelum oleh Uskup Roma tidak memberikan signifikansi apa-apa di sini. Sekalipun Uskup Alexandria menggunakan titel �Paus� yang artinya �Bapa� lebih dulu dari Uskup Roma, hal ini tidak berarti Uskup Alexandria memiliki keutamaan yang lebih dari Uskup Roma. Uskup Roma selalu memiliki keutamaan yang lebih dari pada Uskup-uskup lainnya.

Artikel ini ditulis oleh Indonesian Papist untuk membela keutamaan Paus Roma. pax et bonum

Thursday, March 1, 2012

Formula Paus Santo Hormisdas


Pope St. Hormisdas (sumber: flickr.com)
Pengakuan dan penerimaan akan Tome (Buku) Paus St. Leo Agung pada Konsili Kalsedon tahun 451 M tidak serta merta mengakhiri pengaruh bidaah Eutychianisme dan Monofisitisme. Pada tahun 484, Patriark Konstantinopel bernama Acacius diekskomunikasi oleh Paus St. Feliks III karena mendukung Henotikon karya Kaisar Bizantium bernama Zeno. Henotikon adalah hukum yang dibuat dan disusun oleh Kaisar Zeno untuk merekonsiliasikan Katolik dengan kaum Monofisit. Henoticon ini sama sekali tidak berhasil memenuhi tujuannya, cenderung sesat dan akhirnya menyebabkan skisma timur oleh Konstantinopel yang lebih dikenal dengan nama Skisma Acacian. Konstantinopel meninggalkan persatuannya dengan Gereja Katolik.

Skisma ini berlangsung selama beberapa tahun hingga akhirnya dipulihkan dalam masa Paus St. Hormisdas (20 Juli 514- 6 Agustus 523) melalui Formula St. Hormisdas yang ditetapkan pada tahun 519 M di Konstantinopel. Dalam dokumen ini, ia menegaskan mengenai penerimaan penuh para uskup terhadap teologi dogmatis dalam Tome Paus St. Leo Agung. Dia juga menegaskan mengenai pengakuan akan Tahta St. Petrus di Roma sebagai tempat di mana �perlindungan yang menyeluruh, benar dan sempurna dari agama Kristen berada.� Formula ini secara resmi ditandatangani Kaisar Romawi Timur, Patriark Konstantinopel (yang memberi sebuah komentar tetapi tidak menolak formula itu sendiri) dan 250 uskup timur. Berdasarkan formula ini juga, keutamaan Paus Roma tidaklah berdasarkan pada situasi dan kondisi politik (faktanya, Kekaisaran Romawi Barat telah berakhir lebih dari 40 tahun sebelum formula ini) tetapi berdasarkan pada janji Kristus kepada St. Petrus. �Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.� (Mat 16:18)

Berikut ini terjemahan Formula St. Hormisdas:
Syarat pertama keselamatan adalah menjaga norma dari iman yang benar dan tidak ada jalan untuk menyimpang dari ajaran yang ditetapkan oleh para Bapa (Bapa Gereja, red).

Karena adalah tidak mungkin bahwa kata-kata dari Tuhan kita Yesus Kristus yang berkata, �Engkau adalah Petrus dan di atas Batu Karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku,� (Mat 16:18) tidak dapat dibuktikan. Dan kebenarannya (kata-kata Kristus, red) telah dibuktikan oleh peristiwa sejarah, karena di dalam Tahta Apostolik (Tahta Suci Roma, red) , agama Katolik telah selalu dijaga tak bercela.

Dari harapan dan iman ini kami (para uskup yang menerima formula ini, red) dengan tidak bermaksud ingin terpisah, dan mengikuti doktrin dari para Bapa (Bapa Gereja); kami mengumumkan anathema kepada semua ajaran sesat, dan terutama Si Sesat Nestorius, mantan Uskup Konstantinopel, yang telah dihukum oleh Konsili Efesus, oleh Yang Terberkati Selestinus, Uskup Roma, dan oleh yang terhormat Sirillus, Uskup Alexandria.

Kami demikian juga menghukum dan mengumumkan anathema kepada Eutyches dan Dioscoros dari Alexandria, yang telah dihukum dalam Konsili Suci Kalsedon, yang mana kami ikuti dan kami pimpin. Konsili ini mengikuti Konsili Suci Nicea dan mewartakan iman apostolik. Dan kami menghukum Si Pembunuh Timotius, yang dijuluki Aelurus [�The Cat�] dan juga Petrus [Mongos] dari Alexandria, para murid dan pengikutnya dalam segala hal. Kami juga mengumumkan anathema kepada pembantu dan pengikut mereka, Acacius dari Konstantinopel, seorang Uskup yang pernah dihukum oleh Tahta Apostolik, dan semua orang yang tetap berada dalam hubungan dan persekutuan dengan mereka. Karena Acacius ini menggabungkan dirinya sendiri ke persekutuan mereka, dia layak untuk menerima penghakiman hukuman yang sama dengan mereka. Lebih jauh lagi, kami menghukum Petrus [�The Fuller�] dari Antiokia beserta seluruh pengikutnya bersama-sama dengan pengikut-pengikut dari semua orang yang disebutkan di atas.

Berdasarkan pada - sesuai yang kami sampaikan sebelumnya - Tahta Apostolik dalam semua hal dan memproklamirkan semua keputusannya, kami menyetujui dan menerima semua surat yang Paus St. Leo tulis mengenai agama Kristen. Dan begitu juga saya berharap saya boleh layak untuk bersatu denganmu dalam satu persekutuan yang Tahta Suci proklamirkan, yang di dalamnya perlindungan menyeluruh, benar dan sempurna agama Kristen berdiam. Saya berjanji bahwa dari sekarang terhadap mereka-mereka yang berpisah dari persekutuan Gereja Katolik, yaitu mereka yang tidak berada dalam persetujuan dengan Tahta Apostolik, nama mereka tidak akan dibacakan selama misteri-misteri suci. Tapi, bila saya mengusahakan bahkan penyimpangan paling kecil dari pengakuan saya, saya mengakui bahwa berdasarkan deklarasi milik saya, saya adalah seorang kaki tangan bagi mereka yang telah saya hukum. Saya telah menandatangani ini, pengakuan saya, dengan tangan saya sendiri, dan saya telah mengarahkannya kepadamu, Hormisdas, Paus Roma yang Kudus dan Terhormat.

Teks Asli:
Diterjemahkan oleh Indonesian Papist. Pax et bonum

Wednesday, February 22, 2012

Respon Terhadap Kekeliruan Seorang Non-Katolik Mengenai EENS

Artikel ini ditulis oleh Indonesian Papist untuk merespon penyesatan yang terjadi.

Seorang non-Katolik bernama Sa Sha menyebarkan sebuah pemahaman yang keliru mengenai Dogma Katolik Extra Ecclesiam Nulla Salus (Di Luar Gereja Katolik tidak ada Keselamatan). Dia mengklaim pemahamannya mengenai Extra Ecclesiam Nulla Salus adalah pemahaman Gereja Katolik. Berikut ini artikel yang ia sebarkan ke berbagai orang Katolik di facebook. 
Dogma EXTRA ECCLESIAM NULLA SALUS (EENS)
TIDAK ADA Keselamatan diluar PAUS ROMA Katolik (EENS) adalah DOGMA Gereja Katolik.
Dogma adalah ajaran Roma Katolik yang MUTLAK dan INFALLIBLE (tidak salah) sifatnya.

EENS adalah ajaran/Dogma Gereja Katolik yang HARUS DIIMANI oleh seluruh Umat Gereja Katolik, penyangkalan ajaran ini (EENS dan Dogma lainnya) otomatis menjadikan seseorang TIDAK lagi memperoleh bagian keselamatan dari Gereja Roma Katolik.

"Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang TIDAK hidup dalam Gereja Roma Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat (protestan) dan SKISMATIK (ORTHODOX) TIDAK BISA menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi ke dalam API YANG KEKAL (NERAKA) yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya"
PAUS Eugene IV dan Konsili Florence (A.D. 1438 - 1445)
"Adalah SANGAT PERLU bagi semua orang untuk KESELAMATAN mereka, TUNDUK kepada kekuasaan Paus Roma." (Unam Sanctam)
Demikianlah artikel dari Sa Sha tersebut. Pertama-tama, bila kita melihat sumbernya si Sa Sha (forumkristen.com di atas), dia mengambil artikel yang justru dibuat oleh Protestan anti-Katolik untuk menyebarkan pemahaman Extra Ecclesiam Nulla Salus yang salah dan keliru. Protestan anti-Katolik ini sengaja mengutip keluar konteks semua dokumen Gereja untuk menjatuhkan atau mendiskreditkan Gereja Katolik.

Saya, Indonesian Papist, akan memisah-misahkan dulu poin-poin di atas untuk menunjukkan mana saja pernyataan yang sesuai dengan posisi Gereja dan mana yang tidak.
1. TIDAK ADA Keselamatan diluar PAUS ROMA Katolik (EENS) adalah DOGMA Gereja Katolik.
Tanggapan: Ini pernyataan yang memiliki kekeliruan yang fatal yang menunjukkan bahwa pemahaman Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik itu sama sekali tidak sesuai apa yang dipahami oleh Gereja Katolik mengenai Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus. Sa Sha dan Si Protestan tersebut menyamakan Extra Ecclesiam Nulla Salus (Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan) dengan Extra Papam Nulla Salus (Di Luar Paus Tidak Ada Keselamatan), sebuah kalimat yang asing sekali bagi Gereja Katolik. Anda bisa googling dengan keyword �Outside roman pope there is no salvation� dan saya yakin tidak ada satu pun artikel dari situs Katolik yang menyatakan kalimat seperti ini adalah kalimat Gereja, dogma Gereja. Saya sudah melakukannya dan tidak menemukan apa-apa. Dengan mengatakan demikian, baik Si Sa Sha maupun Si Protestan mengidentikkan atau menyamakan Gereja dengan Paus. �Paus adalah Gereja, dan Gereja adalah Paus.� Demikianlah anggapan mereka.
2. Dogma adalah ajaran Roma Katolik yang MUTLAK dan INFALLIBLE (tidak salah) sifatnya.
Tanggapan: Dogma itu memang mutlak dan infallible (tidak dapat salah). Sebagian kalimat ini benar kecuali pada �Roma Katolik�. Sa Sha dan Si Protestan seperti layaknya umat Protestan lain pada umumnya, masih mengidentikkan bahwa Gereja Katolik adalah Katolik Roma SAJA. Padahal sebagaimana yang Gereja Katolik ajarkan, Gereja Katolik bukanlah hanya Gereja Katolik Roma SAJA. Katolik Roma adalah salah satu dari 23 Puteri Gereja Katolik. Di samping Katolik Roma, masih ada 22 Katolik Timur. [1] Gereja Katolik adalah Bunda sementara Katolik Roma dan 22 Katolik Timur lainnya adalah Puteri-puteri Gereja Katolik. [2]

Tentang dogma itu sendiri saya berikan penjelasan dari Pater Stravinskas dan Katekismus Gereja Katolik.
"Dogma adalah pengajaran Gereja yang diwahyukan secara implisit atau eksplisit oleh Kitab Suci atau Tradisi Suci, untuk diyakini oleh umat beriman berdasarkan definisi khidmat atau kuasa mengajar biasa Gereja. ... Sebagai tambahan, dogma harus diajukan sebagai [pengajaran] yang mengikat umat beriman. Oleh karena itu,  penerimaan terhadap dogma adalah perlu untuk keselamatan [umat beriman].(Reverend Peter M.J. Stravinskas, Ph.D., S.T.L. Our Sunday Visitor�s Catholic Encyclopedia. Copyright � 1994, Our Sunday Visitor.)
"Kehidupan rohani kita dan dogma-dogma itu mempunyai hubungan organis. Dogma-dogma adalah cahaya di jalan kepercayaan kita, mereka menerangi dan mengamankannya. Sebaliknya melalui cara hidup yang tepat, pikiran dan hati kita dibuka, untuk menerima cahaya dogma iman itu."  (KGK 89)
3. EENS adalah ajaran/Dogma Gereja Katolik yang HARUS DIIMANI oleh seluruh Umat Gereja Katolik, penyangkalan ajaran ini (EENS dan Dogma lainnya) otomatis menjadikan seseorang TIDAK lagi memperoleh bagian keselamatan dari Gereja Roma Katolik.
Tanggapan: Benar, kecuali pada bagian penggunaan istilah �Gereja Roma Katolik�. Alasannya sama seperti tanggapan nomor 2.
4. "Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang TIDAK hidup dalam Gereja Roma Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat (protestan) dan SKISMATIK (ORTHODOX) TIDAK BISA menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi ke dalam API YANG KEKAL (NERAKA) yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya" PAUS Eugene IV dan Konsili Florence (A.D. 1438 - 1445)
Tanggapan: Tambahan dalam kurung di atas adalah dari Si Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik tersebut. Istilah �Bidat� di dokumen ini tidak merujuk kepada Protestan karena Protestan baru muncul abad ke-16, sedangkan dokumen ini jauh lebih tua dari usia Protestantisme. Bagaimanapun juga, Protestantisme tetaplah merupakan bidaah yang dikutuk  pada Konsili Ekumenis berikutnya, Konsili Trente. Istilah �Skismatik� juga tidak secara khusus merujuk kepada Ortodoks tetapi kepada siapapun yang dulunya Katolik tetapi kemudian meninggalkan persatuan dengan Gereja Katolik. Yang paling fatal, tidak ada istilah �Gereja Roma Katolik� pada dokumen tersebut. Terminologi �Roma Katolik� di dalam dokumen ini adalah hasil penambahan dari Si Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik tersebut. Berikut ini kutipan yang lebih lengkap.
"Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang tidak hidup dalam Gereja Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat dan skismatik tidak bisa menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi 'ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya' (Mat 25:41), kecuali sebelum akhir hidupnya mereka ditambahkan ke kumpulan domba; dan kesatuan dari tubuh Gereja begitu kuatnya sehingga hanya kepada mereka yang berada didalam kesatuan tersebut sakramen Gereja berdaya untuk keselamatan. Dan [hanya didalam Gerejalah] puasa, kemurahan dan fungsi kebaikan kristen lain bisa memberikan hadiah, dan bahwa tidak seorangpun, apapun kemurahan yang dia lakukan, bahkan bila dia telah menumpahkan darah untuk nama Kristus, bisa diselamatkan, kecuali dia berada didalam pelukan dan kesatuan dari Gereja Katolik."  (Paus Eugenius IV pada Konsili Florence, 1438-1445)
Dari sini kita ketahui bahwa mereka tidak memahami dokumen tersebut tetapi berani menambahkan pemahaman mereka sendiri kepada dokumen ini bahkan mengkorup sebagian isi dokumen tersebut.
5. "Adalah SANGAT PERLU bagi semua orang untuk KESELAMATAN mereka, TUNDUK kepada kekuasaan Paus Roma." (Unam Sanctam)
Tanggapan: Bila kita melihat sepenggal seperti ini, maka kita bisa dengan mudah menganggap kalau benarlah kesimpulan Si Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik bahwa di luar Paus tidak ada keselamatan (EPNS) adalah dogma Katolik. Tetapi, Bulla Unam Sanctam harus dibaca keseluruhan. Bulla Unam Sanctam ini pertama-tama menegaskan dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus tanpa mendefinisikan "Di Luar Paus Roma Katolik Tidak Ada Keselamatan".

Berdasarkan iman kami berkewajiban untuk percaya dan menegaskan bahwa Gereja adalah satu kudus, katolik, dan apostolik. Kami percaya akan Gereja dengan teguh dan kami mengakui dengan segala kesederhanaan bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan atau pengampunan dosa, seperti pengantin pria dalam Kidung Agung menyatakan: " Tetapi dialah satu-satunya merpatiku, idam-idamanku, satu-satunya anak ibunya, anak kesayangan bagi yang melahirkannya (Kid 6:9)". Dan dia menghadirkan satu Tubuh Mistik Kristus yang tunggal, dimana Kristus adalah kepalanya dan Kristus sang kepala adalah Allah (1 Kor 11:3). Dalam dia selanjutnya hanya ada satu Tuhan, satu iman, dan satu Baptisan (Ef 4:5). Karena pada saat air bah hanya ada satu bahtera Nuh, yang melambangkan satu Gereja, dimana bahtera itu, setelah selesai menjadi satu kapal, hanya memiliki satu nahkoda dan pemandu, yaitu Nuh, dan kita membaca bahwa, diluar bahtera ini, seluruh isi bumi telah dihancurkan. (Paus Bonifasius VIII, Bulla Unam Sanctam) [3]
Unam Sanctam berbicara mengenai EENS tetapi Unam Sanctam tidak bisa dijadikan dasar untuk Di Luar Paus tidak ada keselamatan. Apa yang tidak tepat dari kesimpulan Si Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik dengan mengeluarkan pernyataan �Di Luar Paus Roma Katolik tidak ada keselamatan adalah Dogma Katolik�?

Dogma Gereja Katolik mengenai Keselamatan adalah Extra Ecclesiam Nulla Salus (Di Luar Gereja tidak ada keselamatan), bukan �Di luar Paus Roma Katolik tidak ada keselamatan�. Tidak ada satupun dokumen resmi Gereja Katolik yang menyebutkan kalimat �Di Luar Paus Roma Katolik tidak ada keselamatan�. Unam Sanctam dan sejumlah dokumen lain memang menegaskan perlunya ketaatan terhadap Paus Roma untuk keselamatan, tetapi hal ini tidak bisa menjadi dasar untuk menyimpulkan ajaran �Di Luar Paus Roma tidak ada keselamatan.� Penegasan perlunya ketaatan terhadap Paus Roma untuk keselamatan ini sebanding atau setipe dengan penegasan perlunya ketaatan umat beriman terhadap Konsili-konsili Ekumenis untuk keselamatan umat beriman. Apakah perlunya ketaatan pada Konsili-konsili Ekumenis lalu membuat kita mendefinisikan �Di Luar Konsili-konsili Ekumenis tidak ada keselamatan�?

Lalu, Gereja juga menegaskan bahwa tujuh sakramen Gereja perlu untuk keselamatan umat beriman. �I profess also that there are seven sacraments of the new law, truly and properly so called, instituted by our lord Jesus Christ and necessary for salvation, though each person need not receive them all. (Beato Pius IX, Sesi II Konsili Vatikan I)� 
Nah, apakah dengan ini terus keluar definisi �Di Luar Sakramen-sakramen tidak ada keselamatan�?

Mendefinisikan atau mengajarkan ajaran �Di Luar Paus Roma tidak ada keselamatan�, �Di Luar Konsili Ekumenis tidak ada keselamatan�, �Di Luar Sakramen-sakramen tidak ada keselamatan� dll hanya akan mengaburkan hakikat Gereja itu sendiri. Kalimat-kalimat asing ini mengajarkan Gereja adalah Paus, Gereja adalah Konsili Ekumenis dan Gereja adalah Sakramen Gereja dll yang mana jelas keliru. Perlunya ketaatan terhadap Paus Roma untuk keselamatan, perlunya ketaatan terhadap Konsili Ekumenis dan perlunya tujuh sakramen Gereja untuk keselamatan sungguh-sungguh merupakan ajaran Gereja Katolik tetapi tidak bisa kita jadikan dasar untuk mere-definisikan dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus menjadi kalimat-kalimat asing di atas.

Dengan taat pada Paus Roma, pada Konsili Ekumenis, menerima sakramen-sakramen akan membuat kita berada di dalam Gereja sehingga dapat diselamatkan. Menolak Paus Roma, Konsili Ekumenis, dan Sakramen-sakramen akan membuat kita berada di luar Gereja sehingga tidak dapat diselamatkan. Tetapi fakta ajaran ini tidak dapat membuat kita mendefinisikan dogma EENS dengan kalimat-kalimat asing di atas.

Bagaimana Posisi Indonesian Papist mengenai Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus? Indonesian Papist selalu mengimani dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus tetapi dogma ini hendaknya diimani dan dipahami sebagaimana Gereja Katolik memahami Extra Ecclesiam Nulla Salus ini. Berikut ini berbagai artikel dalam Indonesian Papist mengenai Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus:

Btw, apakah Sa Sha itu Katolik?
Saya ragu ia seorang Katolik. Ia justru berusaha mendiskreditkan Katolik sambil mengutip bahkan mengkorup dokumen-dokumen Gereja Katolik. Sebagai contoh, perhatikan gambar ini:

Bisa dilihat kalau Sa Sha menambah kata �Roma Katolik� pada pernyataan St. Agustinus di atas, padahal artikel yang benar itu seperti berikut:
"No man can find salvation except in the Catholic Church. Outside the Catholic Church one can have everything except salvation. One can have honor, one can have the sacraments, one can sing alleluia, one can answer amen, one can have faith in the name of the Father and of the Son and of the Holy Ghost, and preach it too, but never can one find salvation except in the Catholic Church." (Sermo ad Caesariensis Ecclesia plebem)
Kemudian, ia malah menyatakan kalimat yang aneh dan sangat Protestan sekali (klik gambar untuk memperbesar): 
�Kalau sudah TAHU namun TIDAK mau tunduk dan takluk pada Paus dan organisasinya (Roma Katolik), maka ia TIDAK dapat diselamatkan.� Perhatikan kata-kata �Paus dan organisasinya (Roma Katolik)�. Seorang Katolik yang sejati tidak akan menyatakan bahwa Gereja Katolik itu semata-mata organisasi apalagi sampai mengatakan bahwa Gereja Katolik adalah organisasi milik Paus. Kalimat yang dinyatakan oleh Sa Sha ini membuat saya semakin meragukan bahwa ia bukan Katolik.

Bukti lain lagi yaitu kalimat Sa Sha (lihat pada gambar pertama) yang berbunyi demikian: �Baptisan maupun sakramen ekaristi diluar dari yang dilakukan Paus dan imam tahbisan Paus adalah TIDAK SAH, karenanya TIDAK menyelamatkan manusia.� Kalimat ini menunjukkan betapa kacaunya pemahaman dia mengenai Katolik. Saya tidak dibaptis oleh imam yang ditahbiskan Paus tetapi ditahbiskan oleh uskup dari Belanda. Semua Ekaristi yang saya hadiri dipimpin dan dirayakan oleh imam-imam yang tidak ditahbiskan Paus melainkan oleh imam-imam yang ditahbiskan oleh uskup setempat. Lalu, karena imam-imam ini tidak ditahbiskan Paus, berarti Baptisan dan Ekaristi yang saya terima itu TIDAK SAH sehingga tidak menyelamatkan? Sekali lagi, di sini terlihat bahwa ia memiliki pemahaman yang kacau mengenai Gereja Katolik.

Melihat penyesatan yang dilakukannya, maka setiap umat Katolik hendaknya berhati-hati dengan pendapat dan argumen atau pengajaran yang ia berikan atau sampaikan. Anda sekalian dapat menggunakan artikel yang Indonesian Papist tulis ini untuk menunjukkan bahwa ia tidak kredibel sama sekali dalam berbicara mengenai ajaran Katolik. Pax et Bonum

Link Kaki:

Recent Post