Pidato
Pada tahun 1095 sebuah pertemuan akbar dilangsungkan di Clermont, Prancis. Dengan pidato yang berapi-api Paus Urbanus II membakar emosi umat Kristen :
"Hai orang-orang Franka, hai orang-orang di luar pegunungan ini, hai orang-orang yang dicintai Tuhan, yang jelas dari perilaku kalian, yang membedakan diri dari bangsa-bangsa lain di muka bumi ini, karena iman kalian, karena pengabdian kalian pada gereja suci; inilah pesan dan himbauan khusus untuk kalian:
Kabar buruk telah tiba dari Yerussalem dan Konstantinopel, bahwa sebuah bangsa asing yang terkutuk dan menjadi musuh Tuhan, yang tidak lurus hatinya, dan yang jiwanya tidak setia pada Tuhan, telah menyerbu tanah orang-orang Kristen dan membumihanguskan mereka dengan pedang dan api secara paksa.
Tidak sedikit orang-orang Kristen yang mereka tawan untuk dijadikan budak, sementara sisanya dibunuh. Gereja-gereja, kalau tidak mereka hancurkan, mereka jadikan masjid. Altar-altar diporak-porandakan. Orang-orang Kristen mereka sunat, dan darahnya mereka tuangkan pada altar atau tempat-tempat pembaptisan. Beberapa mereka bunuh secara keji, yakni dengan membelah perut dan mengeluarkan ususnya. Mereka tendang orang-orang Kristen, dan mereka dipaksa berjalan sampai keletihan, hingga terjerembab di atas tanah. Beberapa dipergunakan sebagai sasaran panah. Ada yang mereka betot lehernya, untuk dicoba apakah bisa mereka penggal dengan sekali tebas. Lebih mengerikan lagi perlakuan mereka terhadap perempuan.
Kewajiban siapa lagi kalau bukan kalian, yang harus membalas dan merebut kembali daerah-daerah itu? Ingatlah, Tuhan telah memberi kalian banyak kelebihan dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain: semangat juang, keberanian, keperkasaan dan ketidakgentaran menghadapi siapapun yang hendak melawan kalian. Ingatlah pada keberanian nenek moyang kalian, pada kekaisaran Karel Agung dan Louis, anaknya serta raja-raja lainnya yang telah membasmi Turki dan menegakkan agama Kristen di tanah mereka. Kalian harus tergerak oleh makam kudus Tuhan Yesus Sang Juru Selamat kita, yang kini ada di tangan orang-orang najis; kalian harus bangkit berjuang, karena kalian telah tahu, banyak tempat-tempat suci yang telah dikotori, diperlakukan secara tidak senonoh oleh mereka.
Hai para ksatria pemberani, keturunan nenek moyang yang tak tertaklukkan, janganlah lebih lemah daripada mereka, tetapi ingatlah pada ketidakgentaran mereka. Jika kalian ragu-ragu karena cinta kalian kepada anak-anak, isteri, dan kerabat kalian, ingatlah pada apa yang Tuhan katakan dalam Injil: 'Ia yang mengasihi ayah dan ibunya lebih daripada Aku, tidak pantas bagi-Ku''Jangan biarkan apa yang menjadi kepunyaan kalian menghambat kalian. Kalian tak perlu khawatir dengan apa yang menjadi kepunyaan kalian. Negeri kalian telah padat penduduknya, dan dari semua sisi tertutup laut dan pegunungan. Tak banyak kekayaan di sini, dan tanahnya jarang membuahkan hasil pangan yang cukup buat kalian. Itulah sebabnya sering bertikai sendiri. Hentikan kesalingbencian dan pertengkaran kalian, hentikan peperangan antar sesama kalian. Bergegaslah menuju Makam Kudus, rebutlah kembali negeri itu dari orang-orang jahat, dan jadikan miliki kalian. Negeri itu, seperti dikatakan di dalam Alkitab, berlimpah susu dan madu, Allah memberikannya kepada anak-anak Bani Israil. Yerussalem, negeri terbaik, lebih subur daripada lainnya, seolah-olah surga kedua. Inilah tempat Juru Selamat kita dilahirkan, diperintah dengan kehidupan-Nya, dan dikuduskan dengan penderitaan-Nya. Bergegaslah, dan kalian akan memperoleh penebusan dosa, serta pahala di Kerajaan Surga."
Serendak seluruh peserta Konsili merespon positif. Mereka mengambil salib merah sebagai lambang tentara. Dalam beberapa jam, seluruh kain berwarna merah lenyap dari kota karena dipotong menjadi lambang salib dan dijahit ke pakaian para kesatria. Petani pun merespon seruan ini. Ribuan petani dan kesatria tak berpengalaman berjalan kaki dari Eropa ke Timur Tengah dan memasuki daerah musuh tanpa garis komando yang jelas, tanpa pemimpin tunggal, tanpa logistik, tanpa taktik yang rinci. Mereka hanya ingin menolong Gereja Timur dan membebaskan Yerusalem. Alhasil, dengan mudahnya mereka dikalahkan. Tentara yang dibangun atas spontanitas ini disebut Tentara Salib Petani (Peasant Crusade) atau Tentara Salib Rakyat (Peoples' Crusade). Karena tidak memiliki pemimpin, Tentara Salib ini bergerak tidak terpimpin. Beberapa kelompok, sedihnya, menyerang kaum Yahudi.
Para baron Frankis menghimpun kekuatan dan memimpin Tentara Salib dengan lebih persiapan yang lebih baik pada tahun 1096. Saat ini tidak ada raja yang ikut. Tentara Salib kali ini dipimpin oleh Bohemond of Taranto, Raymond of Tolouse, Hugh of Vermandois, Godfrey of Bouillon, Balwin of Bologne, Robert of Flanders, dan Robert of Normandy. Paus Urban II juga mengirimkan utusannya, Uskup Le Puy, Mgr. Adhemar, yang akan berperan menjada keharmonisan para pemimpin ini.
Tentara ini mencapai Constantinople pada April 1907. Pada Juni 1097 mereka berhasil mengembalikan Nicea (kota dekat Constantinople) ke tangan orang Kristen. Pada tanggal 1 Juli 1907, Tentara Salib menyerang Dorylaeum. Pada Oktober 1907, Tentara Salib mencapai Antiokhia dan mengepungnya. Pada tahun 1908 Antiokhia dibebaskan. Meski sempat dikempung balik, Tentara Salib berhasil menghalau tentara Turki Islam pada tanggal 28 Juni 1098. Para pemimpin setuju untuk beristirahat hingga tanggal 1 November 1098. Pada bulan Agustus, Uskup Adhmar meninggal tanpa meninggalkan pengganti. Sekarang para pemimpin kehilangan pemersatu. Bohemond enggan berangkat dan ingin menguasai Antiokhia sendirian. Raymond of Tolouse tetap ingin menyerang Yerusalem. Para tentara mendung Raymond bahkan mengancam akan merubuhkan tembok kota bila mereka diperintah untuk tinggal di Antiokhia.
Pada tanggal 13 Januari 1099, Raymond memimpin Tentara Salib menuju Yerusalem. Pada tanggal 7 Juni, Tentara Salib berhasil melihat Yerusalem dari Mountjoy, tempat para peziarah menatap Yerusalem pertama kali dalam peziarahan mereka. Saat ini ditandai dengan air mata haru dan ucapan syukur sambil berlutut oleh para tentara kepada Tuhan karena telah menyertai peziarahan mereka.
Pengepungan Yerusalem lebih sulit daripada Antiokhia. Di tengah keputus-asaan, seseorang dari tentara mengatakan bahwa ia mendapat mimpi dari Uskup Adhemar yang meminta mereka mengitari tembok Yerusalem di siang hari terik dengan telanjang kaki, berpuasa dan memohon kepada Tuhan. Para tentara mendapatkan semangat mereka lagi dan benar-benar melakukan permintaan Uskup Adhemar. Pada tanggal 15 Juni 1099, Tentara Salib mulai menyerang kota Yerusalem lagi. Godfrey of Bouillon bahkan melakukannya sambil memanggul salib. Tentara Godfrey berhasil masuk dan membuka Gerbang St. Stefanus. Tetapi Yerusalem baru jatuh setelah tentara Raymond ikut masuk ke Yerusalem.
|
Mungkin gambar ini lebih cocok
untuk Tentara Salib yang berziarah |
Pada Juli 1099, Yerusalem berhasil dibebaskan. Terjadi Penjarahan dan pembunuhan orang tidak berdosa (The Sack of Jerusalem). Baik Raymond maupun Godfrey tidak terlibat dan tidak menyetujui tindakan ini. Banyak pihak menyalahkan Tentara Salib akan Penjarahan Yerusalem ini, bahkan menambahkan pembantaian menyebabkan banjir darah hingga setinggi mata kaki. Pembantaian dan penjarahan kota taklukan adalah sesuatu yang biasa pada perang terutama perang zaman dahulu. Meski ini terlihat brutal dari kacamata modern, ini adalah sesuatu yang lazim bagi Abad Pertengahan. Mengenai darah setinggi mata kaki, hal itu jelas tidak mungkin. Dengan luas kota Yerusalem, dibutuhkan banyak sekali korban untuk bisa menggenangi seluruh kota dengan darah hingga setinggi mata kaki. Jumlah penduduk di sekitar Yerusalem saat itu pun tidak akan mencukupi.
Kerajaan Salib di Timur Tengah didirikan. Raymond dan Godfrey menolak mahkota Yerusalem dengan alasan mereka tidak mau mengenakan mahkota emas sementara Tuhan Yesus mengenakan mahkota duri. Godfrey setuju untuk menjaga Yerusalem. Dia menggunakan gelar 'Pembela Makam Suci' (Defender of the Holy Sepulcher). Kebanyakan dari tentara berziarah ke Makam Suci, menuntaskan sumpah mereka dan kembali ke Eropa. Sebenarnya istilah 'perang salib' adalah istilah modern. Orang yang terlibat dalam 'perang salib' itu sendiri menggunakan istilah 'ziarah'.
Tentara Salib berhasil membangun Kerajaan Salib, yang dibagi menjadi empat wilayah County of Edessa, Principality of Antiochia, County of Tripoly, dan Kingdom of Jerusalem. Untuk menjamin keamanan Yerusalem, ordo militer Kesatria St John (Knight of St. John, atau Hospitaller) didirikan. Sayangnya kejayaan ini tidak bertahan lama.
|
Kingdom of Crusade |
Perang Salib Kedua
Pada 24 Desember 1144, County of Edessa jatuh ke tangan Turki dan Kurdi, yang dipimpin oleh Zengi. Bangsa Eropa merasa perlunya Perang Salib baru. Raja Perancis, Louis VII of France dan Raja Jerman, Conrad III, memimpin Perang Salib Kedua yang gagal ini. Parahnya lagi, Tentara Salib menyerang Damaskus, kota yang awalnya merupakan sekutu Tentara Salib. Kegagalan yang kontras dengan Perang Salib Pertama ini membuat bangsa Eropa merasa diri dihukum Tuhan. Akibatnya, banyak gerakan awam bangkit memperbaiki kehidupan religius masyarakat Eropa saat itu. Kaum awam pun ikut berperan dengan puasa dan doa. Namun Tuhan berkata lain. Di pihak Islam bangkit Saladin, pemimpin hebat dari suku Kurdi, yang berhasil mempersatukan dunia Islam melawan kerajaan Kristen Eropa yang terpecah-pecah. Pada 1187, sultan yang gemar menyerukan jihad terhadap orang Kristen ini menang mutlak di Pertempuran Hattin. Sejak saat itu, satu per satu kota Kerajaan Salib jatuh ke tangan tentara Islam, termasuk Yerusalem pada tanggal 2 Oktober 1187. Kejadian inilah yang diangkat ke layar lebar dalam 'Kingdom of Heaven'. Hanya tersisa beberapa pelabuhan yang dikuasai Tentara Salib. Relik Salib Suci diambil oleh tentara Islam.
|
Kekalahan Tentara Salib
pada Pertempuran Hattin |
Perang Salib Ketiga
Kekalahan tragis ini memancing Perang Salib Ketiga, yang dipimpin oleh Kaisar Jerman Frederik I Barbarossa, Raja Perancis Philip II Agustus, dan Raja Inggris Richard I Lionheart. Kaisar Barbarossa tenggelam saat berusaha menyembragi sungai dengan kuda lengkap dengan baju zirahnya. Tentara Jerman pulang. Raja Phillip II juga pulang setelah berhasil mengalahkan kota Acre. Perang Salib Ketiga sekarang menjadi tanggung jawab penuh Raja Richard.
|
Ilustrasi yang menggambarkan
tenggelamnya Barbarossa |
Raja Richard I Lionheart adalah petarung unggul, ahli taktik yang berpengalaman dan pemimpin yang hebat, bahkan dihormati oleh Sultan Saladin. Sebenarnya kedua pemimpin ini saling menghormati dan saling mengakui. Raja Richard berhasil mengusai seluruh pantai Timur Tengah, tetapi tidak berhasil menguasai Yerusalem. Richard kemudian mengadakan gencatan senjata dengan Saladin dan kembali ke Eropa. Saladin berjanji akan mengizinkan peziarah memasuki Yerusalem selama mereka tidak bersenjata.
Perang Salib Keempat (1201-1204)
Perang Salib Keempat, meski lebih dipersiapkan dan lebih heboh, tetap gagal bahkan berakibat pahit, yaitu penjarahan Constantinople.
|
Tentara Salib menjarah Constantinople |
Perang Salib IV dimulai pada tahun 1201, saat Count Tibald of Champagne mengusulkan hal ini kepada Paus Innocent III, yang menyetujui rencana ini. Setahun kemudian, diputuskan bahwa tujuan Perang Salib IV ini adalah Mesir. Satu-satunya cara mencapai Mesir adalah melalui laut. Venesia bersedia menyediakan 4.500 kesatria, 9.000 squire dan sergeant, 20.000 infantri, dan 20.000 kuda, dengan imbalan 85.000 silver mark dan 50% jarahan. Masalahnya Count Tibald meninggal. Tampuk kepemimpinan dilanjutkan oleh Boniface de Monferrate. Boniface dipilih karena ia merupakan paman Putri Maria of Jerusalem. Hubungan ini menjamin Tentara Salib IV akan diterima oleh penguasa Kerajaan Salib (Crusade Kingdom) di Tanah Suci.
Boniface sendiri merupakan teman Pangeran Philip of Swabia. Istri Philip adalah Putri Irene Angelica of Byzantium. Saat itu, terjadi kudeta di Kekaisaran Byzantium. Kaisar Isaac Angelus dikudeta oleh saudaranya Alexius III, dibuat menjadi buta dan ditahan dalam penjara bawah tanah (dungeon). Irene meminta Boniface untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan ayahnya, Isaac Angelus, dan saudaranya, Alexius. Ternyata Alexius berhasil melarikan diri dan sampai kepada Boniface. Alexius meminta bantuan Boniface untuk merebut kembali kekaisarannya. Boniface setuju.
Latar belakang yang cukup penting lagi adalah sikap Venesia. Mesir, bagi Venesia, adalah pasar yang bergairah. Mereka tidak ingin Mesir dihancurkan. Pada April 1202, hanya 2 bulan sebelum Tentara Salib IV dikirim, Venesia berhasil membuat kesepakatan dengan Sultan Mesir, al-Adil, bahwa Tentara Salib IV tidak akan sampai di Mesir.
Pada Juni 1202, Tentara Salib telah berkumpul, siap diberangkatkan. Venesia menuntut sisa bayaran 35.000 silver mark mereka. Doge Enrico Dandolo of Venice berunding dengan Boniface. Enrico membenci orang Yunani, bukan saja karena mereka adalah saingan dagang Venesia, melainkan karena ia memiliki dendam pribadi. Enrico selama muda pernah terlibat perkelahian di Constantinople yang menyebabkan dia hampir buta total. Enrico akhirnya setuju memberangkatkan Tentara Salib IV. Enrico memiliki rencananya sendiri. September 1202 merupakan saat di mana Tentara Salib IV merebut Zara dari raja Hungaria. Kota Zara dulunya adalah milik Venesia, kemudian direbut oleh Hungaria, dan sekarang Enrico mengingikannya kembali. Meski enggan, Tentara Salib IV terpaksa menuruti permintaan pengangkut mereka. Tentara Salib IV, dari Gereja Katolik akhirnya menyerang wilayah Hungaria, sesama anggota Gereja Katolik. Paus Innocent III segera meng-ekskomunikasi Tentara Salib IV tetapi setelah mengetahui bahwa mereka dipaksa oleh Venesia, ekskomunikasi dicabut.
Saat di Zara, Pangeran Alexius of Byzantium, menjanjikan bila Tentara Salib IV membantunya merebut kembali kekaisarannya, dia akan melunaskan utang Tentara Salib IV kepada Venesia, memasok Tentara Salin IV dengan 10,000 prajurit Byzantium, menyediakan 500 pasukan berzirah untuk membantu mempertahankan Mesir bila berhasil direbut, dan menjanjikan Gereja di Constantinople mengakui keutamaan Roma. Perjanjian yang sangat menguntungkan, terutama bagi Venesia yang kini bersedia mengangkut Tentara Salib IV dari Zara pada April 1203.
Juni 1203, kapal Venesia berhasil melewati �pertahanan rantai� Constantinople. Kaisar Alexius III melarikan diri. Isaac Angelus dibebaskan, dan Pangeran Alexius dimahkotai sebagai Kaisar Alexius IV pada 1 Agustus 1203. Masalah segera muncul karena Alexius III telah mengosongkan perbendaharaan Kekaisaran sebelum kabur dan Gereja di Constantinople menolak mengakui keutamaan Paus. Bingung, Kaisar Alexius IV merampok Gereja Orthodox, meski tetap tidak bisa memenuhi janjinya. Beberapa kelompok Tentara Salib berkeliaran selama Kaisar belum mampu mengumpulkan uang. Sebuah masjid di Constantinople dibakar oleh tentara Prancis. Kebakaran yang terjadi melebar dan menghanguskan seluruh seksi kota di mana masjid itu ada.
Januari 1204, kemenakan Alexius III, Alexius Marzuphlus, ingin melakukan kudeta. Dia menghasut massa Constantinople mengadakan kerusuhan. Massa mengangkat Nicolas Cannabus sebagai Kaisar baru. Marzuphlus memimpin sejumlah tentara menuju istana, memenjara Cannabus, membunuh Alexius IV dengan mencekiknya dengan senar busur, dan memukul Isaac Angelus hingga meninggal beberapa hari kemudian. Kehilangan penjamin mereka, Tentara Salib IV menyerang Constantinople pada 6 April 1204 dan berhasil berkat mesin pengepung Venesia dan kebakaran dalam Constantinople yang nampaknya dilakukan oleh mata-mata Venesia. Melihat kemengangan di depan mata, Tentara Salib IV memilih Kaisar baru untuk Constantinople yang berasal dari mereka. Venesia setuju dengan syarat bila Kaisar adalah orang Frankish, Patriarch yang baru harus orang Venesia. Semua setuju. Kemudian mereka melangkah ke kesepakatan pembagian jarahan. Istana, dan 25% kota Constantinople dan tanah Byzantium menjadi miliki Kaisar baru. Sisa 75% tanah akan dibagi rata di antara Tentara Salib IV dan Venesia. Tujuan Mesir terlupakan, sesuai dengan tujuan awal Venesia.
|
The Entry of Crusaders into Constantinople, oleh Delacroix |
Enrico melangkah lebih jauh. Setelah berhasil memasuki Istana Byzantium, Enrico membalas dendam pribadinya dengan mengumumkan bahwa para prajurit diizinkan menjarah kota selama tiga hari. Setelah 3 hari, prajurit ditertibkan lagi dan diharuskan membawa jarahan ke tiga tempat di kota. Seorang prajurit Prancis yang menyembunyikan jarahan akhirnya digantung. Sekarang pembagian jarahan. Setelah Venesia menerima pembayaran yang dijanjikan Alexius IV, sisa jarahan dibagi rata antara Tentara Salib IV dengan Venesia. Venesia menerima 400.000 mark, sesuatu yang sangat luar biasa. Kemudian pembagian tanah. Boniface mendapatkan tanah yang cukup luas temasuk Kreta, yang kemudian dibeli oleh Venesia.
Pada tanggal 16 Mei 1204, Count Baldwin of Flanders dimahkotai menjadi Kaisar Latin Byzantium. Seluruh Tentara Salib IV di-ekskomunikasi oleh Paus Innocent III. Mesir telah dilupakan. Venesia mendapatkan keuntungan melebihi perkiraan mereka.
Perang Salib Kelima (1217-1221)
Paus Innocent III berniat membentuk Tentara Salib kelima tetapi meninggal sebelum menyelesaikannya (1217). Perang Salib kelima ini ditujukan ke Mesir tetapi gagal juga.
Perang Salib Keenam dan Ketujuh
Raja Perancis, St. Louis IX memimpin dua Perang salib dalam hidupnya. Yang pertama berhasil menguasai Damietta di Mesir, namun tentara Islam berhasil merebutnya kembali. Usaha kedua dihabiskan oleh St. Louis IX terutama untuk memperkuat pertahanan tanpa berhasil menguasai Yerusalem. Pada 1290, beliau berusaha menyerang Tunis namun meninggal dalam perjalanan karena sakit dan usia tua. Pada tahun 1291, tentara Islam berhasil mengusir Tentara Salib, Kerajaan salib lenyap dari peta.
|
St. Louis IX |
Mengapa Perang Salib gagal?
Pada zaman Perang Salib, tentara Islam tumbuh menjadi kekuasaan adidaya dunia. Mereka mengusai perdagangan dan ilmu pengetahuan. Salah satu hal penting lainnya adalah tentara Islam lebih bersatu dibandingkan kerajaan Eropa.
Sementara pihak lain menuding kelemahan iman bangsa Kristen Eropa, saya ingin melihat dari sudut yang lebih duniawi. Tentara Salib berasal dari Eropa, menempuh perjalanan jauh hingga ke Timur Tengah. Saat itu, transportasi tidak sebagus sekarang. Korban jatuh dengan cepat selama perjalanan, entah karena kelelahan atau kecapaian. Medan pertempuran juga berbeda. Medan Eropa berupa hutan di mana kuda adalah suatu keuntungan sementara di Timur Tengah, medan perang berupa padang pasir panas di mana unta adalah keuntungan. Belum lagi peristiwa bodoh tenggelamnya Kaisar Barbarossa. Ini menandakan Tentara Salib tidak menguasai medan dengan baik. Sistem logistik belum berkembang. Tentara Salib bertempur dengan baju zirah yang cocok di udara sejuk Eropa tetapi baju perang tentara Islam yang simpel terbukti lebih cocok untuk udara gurun. Sering terjadi perdebatan kekuasaan antara pemimpin Tentara Salib yang baru datang dengan penguasa Kerajaan Salib yang sudah ada duluan. Ini disebabkan karena kerajaan Kristen Eropa bukan suatu kerajaan tunggal sehingga persaingan kuasa terjadi. Belum lagi, kudeta dan perang yang terjadi di daerah asal sementara sang raja berperang di Timur Tengah. Semua hal ini menyebabkan kekalahan Tentara Salib.
Perkembangan Lanjut
Pada tahun 1480, Sultan Mehmet II menguasai Otranto dan berniat menguasai Roma. Sultan ini meninggal tiba-tiba dan rencananya pun ikut meninggal bersama dengannya. Pada 1529, Sultan Sulaiman The Magnificent mengepung Wina tetapi gagal merebutnya karena tidak membawa artileri yang memadai lantaran hujan lebat.
|
Sultan Mehmet II |
Sementara itu Renaissance merebak di Eropa. Sekarang Eropa berkembang pesat, kekuatan ekonomi tentara Islam berhasil diimbangi. Ancaman invasi Islam ditundukkan di Pertempuran Lepanto tahun 1571. Sejak saat itu, tidak ada lagi usaha signifikan dari Islam untuk menduduki Eropa. Saya akan menulis artikel terpisah mengenai Pertempuran Lepanto. Di Eropa sendiri terjadi perubahan. Reformasi Protestan terjadi. Mereka menyangkal keutamaan Paus dan doktrin indulgensi. Ini menyebabkan mimpi Perang salib terkubur dan tak pernah dipikirkan lagi.
Istilah Perang Salib sendiri sering dipakai untuk hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan Timur Tengah. Contohnya Reconquista Spanyol sering disebut Perang Salib. Inkuisisi Abad Pertengahan terhadap kaum Cathar juga disebut Perang Salib. Perlawanan terhadap ajaran Jan Hus sekitar 1415 juga sering disebut Perang Salib. Ada pula Perang Salib yang berhubungan dengan Timur Tengah tetapi tidak termasuk dalam ketujuh rangkaian di atas misalnya Perang Salib Alexandria 1365, Perang Salib Nikopolis 1396 dan Perang Salib Varna 1444.
Sekarang mengapa kaum Islam jengkel bila Perang Salib disinggung-singggung? Bukannya mereka yang menang? Sebenarnya orang Islam bergembira akan kemenangan mereka hingga abad ke-19, saat kolonialisme Eropa. Pada sejarawan saat itu mendengung-dengungkan Perang Salib sebagai kolonialisme Eropa pertama. Karena kolonialisme dibenci dan menimbulkan sakit hati, Perang Salib pun dibenci dan menimbulkan sakit hati. Yang tidak dimengerti adalah Perang Salib adalah usaha bertahan bangsa Eropa Kristen dari ancaman orang Muslim yang merebut wilayah mereka, seperti yang dijelaskan di atas. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan kolonialisme. Juga tidak perlu terburu-buru meminta maaf kepada orang Islam mengenai Perang Salib. Toh mereka juga yang cari gara-gara duluan. Orang yang meminta maaf perlu mengerti akan hal apa yang dia mintai maaf. Perang Salib bukanlah kesalahan bangsa Kristen Eropa. Tidak perlu kita sekarang meminta para leluhur Kristen Eropa dikutuk. Perang Salib adalah bagian dari persaingan antara dua agama besar yaitu Kristen dan Islam. Persiangan ini telah bermula sejak abad ketujuh hingga sekarang. Perang Salib hanyalah letupan dari sesuatu yang mendidih di bawah permukaan. Meminta maaf atas Perang Salib memang suatu langkah yang mungkin dapat dipuji tetapi tidak akan dihargai oleh orang Islam. Lebih baik bila fakta sejarah mengenai Perang Salib tidak dilihat dalam kerangka benar-salah melainkan sebagai suatu fakta sejarah yang telah terjadi.
Kesimpulan
Perang Salib adalah usaha bangsa Kristen Eropa untuk membebaskan Timur Tengah dari cengkraman Islam. Para Tentara Salib adalah orang-orang saleh yang rela menanggung derita perang demi tujuan mulia. Meski kenyataannya Perang Salib tidak sukses besar, ini tidak bearti Tuhan meninggalkan Gereja Katolik. Tuhan dapat membawa kebaikan dari sesuatu yang nampaknya tidak baik. Perang Salib bukanlah kesalahan sejarah. Perang Salib adalah peristiwa Abad Pertengahan sehingga analisis mengenainya harus menggunakan kacamata Abad Pertengahan, bukan kacamata zaman modern. Perang Salib memang harus terjadi. Deus Vult.