Latest News

Monday, October 29, 2012

Umat Koptik Mesir akan Memilih Patriarkh Baru



Patriarkh berikutnya akan dipilih oleh seorang anak kecil pada 4 November 2012

Dewan Kristen Koptik di Mesir akan memilih pengganti Patriarkh Shenouda III, yang meninggal dunia Maret lalu.

Dua uskup dan tiga imam merupakan kandidat untuk menjadi pemimpin ke 118 dari minoritas Kristen terbesar di kawasan itu.

Dewan kemudian akan memilih tiga nama, menuliskan nama mereka dalam tiga kertas terpisah dan meletakkannya dalam kotak di altar Katedral St Mark di Kairo.

Seorang anak dengan penutup mata akan diminta untuk memilih satu dari tiga nama tersebut pada 4 November, dan nama terpilih itulah yang akan menjadi Patriarkh baru.

Sang kandidat akan ditahbiskan sebagai Patriarkh Koptik dalam upacara yang akan dilaksanakan pada 18 November.

Kelima kandidat itu adalah :

-Pachomious al-Syriani, seorang imam dari Biara Paromeos di Wadi al-Natrun; saat ini menetap di Italia dan berusia 49 tahun

-Uskup Raphael, seorang uskup tambahan di Kairo, ia adalah mantan asisten Patriarkh sebelumnya; anggota Sinoda Suci Gereja yang merupakan otoritas tertinggi di Gereja Koptik dan berusia 58 tahun

-Raphael Ava Mina, seorang imam dari Biara Mina dekat Alexandria, berusia 60 tahun

-Seraphim al-Syriani, seorang imam dari Biara Paromeos, saat ini menetap di AS, berusia 53 tahun

-Uskup Tawadros, seorang uskup tambahan yang merupakan pemimpin sementara Gereja Koptik, uskup Pachomios, anggota dari Sinoda Suci, berusia 60 tahun

Gereja Koptik memiliki 16 juta anggota di seluruh dunia dan merupakan 10% dari populasi Mesir yang berjumlah 80 juta.

Patriarkh Shenouda III meninggal dunia pada usia 88 tahun pada 17 Maret akibat penyakit kanker. Sedangkan Paul Sedra, seorang profesor di Universitas Simon Fraser di Vancouver yang pakar tentang Mesir menyatakan, umat Koptik saat ini sangat lemah dan mudah diserang, apalagi setelah wafatnya Patriarkh Shenouda III yang dianggap sebagai tokoh Kristen paling kuat pengaruhnya di negara itu.

"Kita mendapati gereja yang pada dasarnya tidak memiliki seorang pemimpin, sebuah komunitas yang menderita dalam pembantaian di Maspero dan hal inilah yang membuat perasaan ketidaktenangan," tandasnya.

No comments:

Post a Comment

Recent Post