Latest News

Monday, May 14, 2012

Diskusi Indonesian Papist dengan umat Protestan mengenai Bunda Maria Tanpa Noda Dosa

St. Maria Bunda Allah
Beberapa waktu lalu (Minggu, 13 Mei 2012) di suatu grup di facebook, saya terlibat diskusi dengan seorang Protestan mengenai ketidakberdosaan Bunda Maria.

Dia membuat topik demikian:
"Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus ". [ Lukas 1 ayat 30-31 ] Adakah yang bisa menjelaskan: apakah benar, menurut ajaran Katolik, Maria adalah orang suci yang tidak punya dosa?


Topik ini sudah ditanggapi oleh orang Katolik lainnya dan sudah terjadi diskusi antara pembuat topik tersebut (dan ada juga dari kalangan Protesan lainnya) dengan sejumlah orang Katolik. Saya ikut bergabung di tengah-tengah diskusi tersebut. Tanggapan saya dalam warna biru sedangkan pernyataan atau argumen pembuat topik berwarna merah. Pernyataan dari orang lain dalam warna hijau. Huruf tebal saya berikan untuk menunjukkan poin penting dari argumen saya.

Berikut ini respon pertama saya terhadap pernyataan pembuat topik di atas:
Allah mampu membuat Maria dikandung tanpa noda karena Ia mahakuasa. Ketidakbernodaan Maria bukanlah hasil usaha Maria tetapi rahmat Allah. Ketidakbernodaan Maria tidak menjadikan Maria tidak memerlukan Juru Selamat. Justru sebaliknya, ia terlebih dahulu diselamatkan Allah sebelum terkena noda asal. Ia menjadi tidak bernoda karena ia diselamatkan. Tidak ada manusia yang mampu membuat dirinya dikandung tanpa noda. Maria pun tak mampu, hanya Allah yang mampu.

Analogi penyelamatan Maria: A sedang berjalan kaki bersama B. Dalam rute perjalanan mereka, ada lubang besar brlumpur. A saking menikmati perjalanan dan tidak melihat dan tidak sadar ada lubang di depannya. A kemudian terjatuh ke lubang berlumpur itu lalu diselamatkanlah ia oleh si B, dibantu naik ke atas. Di sini kita melihat penyelamatan B terjadi setelah kejatuhan. Si A diselamatkan setelah terkena noda lumpur.

Tapi, ada bentuk penyelamatan lain yang dapat dilakukan B terhadap A. Sesaat sebelum jatuh ke lubang, si B segera menyelamatkan A dengan menarik badan A menghindari lubang. Apakah A diselamatkan setelah terkena noda lumpur? Tidak, ia diselamatkan sebelum ia jatuh dan terkena noda lumpur. Kira-kira beginilah penyelamatan Allah terhadap Maria sehingga Maria dikandung tanpa noda.

Salah seorang Protestan lainnya merespon:
semua manusia itu punya dosa termasuk maria, karena Yesus dikandung oleh Roh kudus jadi Yesus tidak punya dosa. Kalau ditelusuri : misal maria tidak punya dosa (dosa turunan) tentu ayah & ibu maria juga tidak punya dosa, karena ayah dan ibu maria tidak punya dosa maka nenek & kakek maria juga tidak punya dosa, dst.. --> ini jelas tidak mungkin, jangankan dosa turunan, saya rasa maria juga manusia biasa yang dapat melalukan dosa "kecil".

Dan demikian tanggapan saya kepadanya:
Maria tidak mampu membuat ibu dan ayahnya, Ana dan Yoakim, dikandung tanpa noda karena Maria tidak punya kuasa itu. Ana tidak mampu membuat ibu dan ayahnya dikandung tanpa noda karena Maria tidak punya kuasa itu.dst dst dst. Tetapi Yesus Sang Firman Allah, sungguh Allah sungguh Manusia, mampu membuat Maria ibu-Nya dikandung tanpa noda sebab Sang Firman yang berinkarnasi mengambil kodrat manusia-Nya dari Maria. Dan karena kita tahu bahwa Allah tidak dapat bersatu dengan dosa/noda, maka kodrat manusia yang Ia ambil haruslah yang tanpa noda, benar-benar suci. Yesuslah yang membuat Maria dikandung tanpa noda.

Ada yang sebenarnya mengganjal di terjemahan LAI.
Luk 1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
bandingkan dengan :
Lk 1:28 And the angel being come in, said unto her: Hail, FULL OF GRACE, the Lord is with thee: blessed art thou among women.
Lc 1:28 et ingressus angelus ad eam dixit have GRATIA PLENA Dominus tecum benedicta tu in mulieribus

terjemahan LAI mengapa tidak menggunakan kata "Penuh Rahmat", malah menggunakan "yang dikaruniai"? mungkin karena ini jadi sulit memahami kepenuhan rahmat yang diterima Maria.

Kata Yunani yang digunakan adalah Kecharitomene yang secara literal bermakna: Penuh dengan Rahmat yang telah diterima sebelumnya.
"Kecharitomene. Perfect passive participle of charitoo and means endowed with grace (charis), enriched with grace as in Ephesians 1:6 . . . The Vulgate gratiae plena [full of grace] "is right, if it means 'full of grace which thou hast received'; wrong, if it means 'full of grace which thou hast to bestow' " (A.T. Robertson, Word Pictures in the New Testament, p. 14)
Whereas, Kecharitomene, the perfect passive participle, shows a completeness with a permanent result. Kecharitomene denotes continuance of a completed action (H. W. Smyth, Greek Grammar [Harvard Univ Press, 1968], p. 108-109, sec 1852:b; also Blass and DeBrunner, p. 175).

Argumen saya yang mengangkat kata Kecharitomene ini selama beberapa waktu dalam diskusi belum direspon sama pembuat topik atau orang Protestan lainnya.

Pembuat topik kemudian melempar pertanyaan lagi:
apakah ajaran Katolik mengajarkan : MARIA = TUHAN ?

Respon saya:
Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa Maria = Tuhan. Yang mengajarkan demikian adalah bidaah Collyridianisme. Bidaah ini muncul pada abad ke-5 dan ditentang keras oleh Para Bapa Gereja Katolik, yang paling terkenal yaitu St. Epifanius, Uskup Salamis di Siprus. Bidaah Collyridianisme mengajarkan Latria (Penyembahan) kepada Maria dan Latria kepada Maria adalah bidaah melawan Gereja Katolik. Contohnya adalah Liturgi dan persembahan mereka ditujukan juga kepada Maria selain kepada Allah. Mereka di sini mengilahikan Maria. Padahal dalam Upacara Liturgi dan Perayaan Ekaristi Gereja Katolik, hal ini dilarang dan merupakan penyembahan berhala. Tetapi Hiperdulia (Devosi tingkat tinggi) kepada Maria bukanlah bidaah. Sulitkah membedakan Latria dan Hiperdulia? Kalau menghayati Liturgi dan Devosi di dalam Gereja Katolik, bisa terlihat dengan jelas perbedaannya.

Pembuat topik kemudian melemparkan sebuah pernyataan demikian:
jika Maria tidak berdosa, maka MARIA = TUHAN

Respon saya:
Ini jelas teologi yang salah sekali.  Adam dan Hawa diciptakan free dari dosa, lantas kamu mau bilang mereka Tuhan karena diciptakan free dari dosa?
Apa yang membuat Maria tidak sama dengan Tuhan adalah ketidakbernodaan Maria adalah rahmat yang diberi oleh Tuhan, berasal dari Tuhan, dari kuasa Tuhan. Ketidakbernodaaan Maria bukan berasal dari kuasa Maria sendiri.
Allah adalah sumber segala rahmat dan Maria bukan sumber segala rahmat. Tetapi Allah yang adalah sumber segala rahmat ini membuat Maria penuh rahmat sehingga ia free dari dosa. Dan satu lagi, Maria itu ciptaan Allah.

Pembuat topik berkata:
Bagaimana mungkin ciptaan sejajar dengan penciptanya, sama-sama tidak berdosa?

Respon saya:
Berarti Adam dan Hawa pada suatu waktu sejajar dengan Allah karena diciptakan tanpa dosa? Terlalu jauh menyimpulkan seorang manusia langsung sejajar dengan Allah hanya karena ketidakbernodaannya, apalagi dengan mengabaikan dari mana sumber rahmat ketidakbernodaan itu dsb.
Whereas, Kecharitomene, the perfect passive participle, shows a completeness with a permanent result. Kecharitomene denotes continuance of a completed action (H. W. Smyth, Greek Grammar [Harvard Univ Press, 1968], p. 108-109, sec 1852:b; also Blass and DeBrunner, p. 175).
"Padahal Kecharitomene, bentuk perfect passive participle, menunjukkan sebuah kepenuhan dengan hasil yang permanen/tetap." (terjemahan ringkas dari Bahasa Inggris di atas) Maria penuh rahmat dan hal ini sifatnya permanen.

Pembuat topik:
Saya juga meyakini bahwa Maria masuk surga. Namun saya keberatan dan menyangkal jika mengatakan Maria semasa hidupnya adalah orang yang tidak berdosa, karena tidak seorangpun seperti Tuhan. Lain halnya dengan YESUS KRISTUS. semasa did unia, DIA tidak tunduk pada dosa karena YESUS KRISTUS adalah TUHAN.

Respon saya:
Gereja Katolik mengimani bahwa Maria tidak bernoda dosa asal dan tidak bernoda dosa pribadi. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, ketidakbernodaan Maria itu sama sekali tidak membuatnya sejajar atau sama dengan Allah.
Karena Maria itu Kecharitomene/Gratia Plena/Penuh Rahmat dan ini bersifat permanen, maka kami yakin dan mengimani Maria tidak bernoda sejak dia dikandung hingga akhir hayatnya. Kepenuhan rahmat inilah yang melindungi Maria dari jatuh ke dalam dosa.
Maria tidak seperti Tuhan karena ketidakbernodaan Maria bukan berasal dari diri Maria sendiri tetapi berasal dari Tuhan. Maria tidak seperti Tuhan sebab Tuhan adalah sumber segala rahmat sedangkan Maria menerima rahmat penuh dari Tuhan sumber segala rahmat tersebut. Apakah hal yang sesederhana ini tidak bisa dimengerti juga? :)

Pembuat topik:
so, nats Alkitabnya mana yang mengatakan seperti itu ? kalo gak ada dalam alkitab, lalu ajaran siapa yang mengatakan seperti itu ? apakah karenna tradisi ?

Respon saya (cukup panjang, meliputi juga argumen Kecharitomene dan kali ini masih juga tidak disanggah atau direspon dengan argumen dari pembuat topik):

Luk 1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
bandingkan dengan :
Lk 1:28 And the angel being come in, said unto her: Hail, FULL OF GRACE, the Lord is with thee: blessed art thou among women.
Lc 1:28 et ingressus angelus ad eam dixit have GRATIA PLENA Dominus tecum benedicta tu in mulieribus

terjemahan LAI mengapa tidak menggunakan kata "Penuh Rahmat", malah menggunakan "yang dikaruniai"? mungkin karena ini jadi sulit memahami kepenuhan rahmat yang diterima Maria.

Kata Yunani yang digunakan adalah Kecharitomene yang secara literal bermakna: Penuh dengan Rahmat yang telah diterima sebelumnya.
"Kecharitomene. Perfect passive participle of charitoo and means endowed with grace (charis), enriched with grace as in Ephesians 1:6 . . . The Vulgate gratiae plena [full of grace] "is right, if it means 'full of grace which thou hast received'; wrong, if it means 'full of grace which thou hast to bestow' " (A.T. Robertson, Word Pictures in the New Testament, p. 14)
Whereas, Kecharitomene, the perfect passive participle, shows a completeness with a permanent result. Kecharitomene denotes continuance of a completed action (H. W. Smyth, Greek Grammar [Harvard Univ Press, 1968], p. 108-109, sec 1852:b; also Blass and DeBrunner, p. 175).

Of course karena Maria Penuh Rahmat, ia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Ini salah satu dasarnya, karena Maria Penuh Rahmat maka ia tak bernoda.
Alasan lain adalah tipologi Maria dengan Tabut Perjanjian Lama, di mana Maria adalah Tabut Perjanjian Baru yang langsung membawa Allah sendiri di dalam kandungannya. Berikut ini penjelasannya:

Apa yang membuat Tabut Perjanjian begitu spesial? Tabut Perjanjian adalah kehadiran spesial Allah yang diwujudkan oleh shekinah atau awan kemuliaan yang menaunginya (episkiazo, dalam Septuaginta). St. Lukas dengan cerdas mengajarkan bahwa Tabut Perjanjian adalah prefigur / tipe / gambaran awal dari Bunda Maria. St. Lukas menjelaskannya dalam dua cara. Pertama, St. Lukas menggunakan kata Yunani yang sama, episkiazo, untuk menggambarkan kuasa Allah yang mahatinggi yang akan menaungi Bunda Maria dalam Konsepsi / Pengandungan Yesus di dalam rahim Maria.

Luk 1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi (episkiazo) engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Kedua, St. Lukas dengan cerdas menarik kesamaan antara Tabut Perjanjian yang datang ke Yerusalem ( 2 Samuel 6:1-16) dan kunjungan Maria kepada Elisabet (Luk 1:39-56).

Tabut Perjanjian: Ke Yerusalem di tanah Yehuda (2 Sam 6:12, 15-16)
Bunda Maria: Ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. (Luk 1:39)

Tabut Perjanjian: Di rumah Obed-Edom (2 Sam 6:10)
Bunda Maria: Di rumah Zakaria (Luk 1:40)

Tabut Perjanjian: Daud menari-nari dengan sukacita (2 Sam 6:14)
Bunda Maria: Yohanes melonjak-lonjak di rahim Elisabet (Luk 1:41)

Tabut Perjanjian: Daud bertanya, "Bagaimana tabut TUHAN itu dapat sampai kepadaku?" (2 Sam 6:9)
Bunda Maria: Elisabet bertanya, �Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?� (Luk 1:43)

Tabut Perjanjian: Daud dan orang-orang bersorak-sorai (2 Sam 6:15)
Bunda Maria: Elisabeth berseru dengan suara nyaring (Luk 1:42)

Tabut Perjanjian: Tabut Perjanjian tinggal di rumah Obed-Edom selama 3 bulan (2 Sam 6:11)
Bunda Maria: Bunda Maria tinggal di rumah Zakaria selama 3 bulan (Luk 1:56)

Tabut Perjanjian dalam Perjanjian Lama adalah sesuatu yang suci, kudus dan tentu dipandang tak bernoda sehingga imam Lewi yang hendak menyentuhnya haruslah menyucikan diri. Demikianlah Maria Sang Tabut Perjanjian Baru tidak bernoda. Semoga bisa dimengerti. :)

Statement penutup pembuat topik:
Berdasarkan nats yang disampaikan diatas, artinya, terjadi perbedaan penafsiran Alkitab ( hermeunetika) dan ini yang membuat Tuan Luther mereformasi. Kalau saya hidup di zaman Tuan luther, saya akan mendukungnya karena ini berpengaruh terhadap KESELAMATAN.

Pernyataan di atas jika ditanggapi akan berlanjut kepada topik otoritas penafsiran terhadap Kitab Suci, penafsiran Gereja yang resmi atau penafsiran pribadi setiap orang. Saya memilih tidak merespon pernyataan ini karena dengan demikian akan keluar dari topik. Statement ini sendiri sama sekali tidak menyanggah argumen saya mengenai ketidakbernodaan Bunda Maria, melainkan keluar dari topik. Saya kemudian memutuskan off karena saya mesti belajar untuk UAS keesokan harinya.

Dari diskusi ini, bisa kita lihat bahwa ajaran Bunda Maria tidak bernoda dosa adalah ajaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara biblis, memiliki pondasinya pada Kitab Suci. Demikian arsip diskusi ini saya buat. Semoga bermanfaat dan bisa membantu anda sekalian umat Katolik untuk mampu memberi pertanggungjawaban akan iman kita sendiri. 

Pax et bonum, Indonesian Papist.

No comments:

Post a Comment

Recent Post