Latest News

Monday, November 4, 2013

Vatikan: Sekitar 3.000 Religius meninggalkan kehidupan Religius mereka setiap tahun

Vatikan: Sekitar 3.000 Religius meninggalkan kehidupan Religius mereka setiap tahun thumbnail
 01/11/2013

Vatikan: Sekitar 3.000 Religius meninggalkan kehidupan Religius mereka setiap tahun

Sekretaris Kongregasi Tarekat Hidup Bakti dan Hidup Kerasulan Vatikan mengatakan dalam sebuah pidato pada 29 Oktober bahwa lebih dari 3.000 Religius pria dan wanita meninggalkan kehidupan Religius mereka setiap tahun.
Dalam pidato tersebut – sebagian yang diterbitkan di L’Osservatore Romano, sebuah surat kabar Vatikan - Uskup Agung José Rodríguez Carballo mengatakan bahwa statistik dari Kongregasinya, serta Kongregasi Klerus, menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir, 2.624 Religius telah meninggalkan kehidupan Religius mereka setiap tahun.
Kalau ditambah dengan kasus yang ditangani oleh Kongregasi Ajaran Iman, jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 3.000 Religius.
Prelatus itu, yang memimpin Ordo Fransiskan dari tahun 2003, hingga diangkat menjadi sekretaris Kongregasi itu pada April 2013, mengatakan bahwa sebagian besar kasus terjadi pada “usia yang relatif muda.”
Ada berbagai penyebab, kata uskup agung itu, termasuk “hilangnya rasa kehidupan spiritual,” “hilangnya rasa komunitas,” dan “hilangnya rasa memiliki terhadap Gereja” – ketidaksetujuan terhadap ajaran Katolik tentang “imam perempuan dan moralitas seksual,” serta “masalah afektif.”
Dunia kini, lanjut prelatus itu, sedang mengalami perubahan besar dari modernitas ke postmodernitas – yang menyebabkan ketidakpastian, keraguan, dan ketidaknyamanan.
Bahkan orang-orang di dunia yang berorientasi pasar saat kini, katanya, “segala sesuatu diukur dan dinilai berdasarkan materi dan keuntungan.”
Ini adalah “sebuah dunia dimana segala sesuatu gampang diperoleh,” dan “tidak ada tempat untuk pengorbanan, maupun meninggalkan kehidupan duniawi.”
Source : indonesia.ucanews.com

Presiden diminta jamin tegaknya hukum

Presiden diminta jamin tegaknya hukum thumbnail

Presiden diminta jamin tegaknya hukum

Pakar etika politik Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Romo Franz Magnis-Suseno, mengharapkan agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono fokus menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa menjelang masa jabatannya berakhir.
Romo Magnis mengatakan, saat ini masih banyak permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia, mulai dari keadilan sosial, unjuk rasa buruh, hukum, pemberantasan korupsi, hingga politik.
“Saya meminta beliau tegas menjamin semuanya,” kata Romo Magnis, seperti dilansir kompas.com.
Ia mengatakan, Presiden Yudhoyono juga harus menjamin hak dan kebebasan masyarakat dalam memeluk agama dan keyakinan. Hal itu menjadi penting karena akan menjadi warisan untuk masyarakat dan kepala negara setelah dirinya lengser.
“Saya juga berharap, di tahun terakhirnya dia terus memberi dukungan tegas pada pemberantasan korupsi,” ujarnya.
Pekan lalu, Presiden Yudhoyono yang juga menjabat sebagai Ketua Umum dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat menilai dirinya telah menjadi korban pemberitaan media massa.
Ia juga menilai bahwa Partai Demokrat diserang oleh berbagai pihak sehingga elektabilitas Demokrat merosot.
Menurut Romo Magnis, menjadi hal lumrah bila presiden merangkap jabatan sebagai pimpinan partai. Ia berpendapat, Presiden Yudhoyono tak perlu melepas jabatannya di dalam partai. Namun, ia menyatakan bahwa rangkap jabatan itu tak memengaruhi kinerja sebagai kepala negara.
“Itu hal biasa, tapi saya harap SBY memberikan semua tenaganya untuk menyelesaikan tugas sebagai presiden,” tambah Romo Magnis.

Source : indonesia.ucanews.com 04/11/13
http://indonesia.ucanews.com/2013/11/04/presiden-diminta-jamin-tegaknya-hukum/

Inilah Sosok 9 Presiden Paling Sederhana Di Dunia

9 Presiden yang memilih hidup sederhana dan merakyat (Jose 'Pepe' Mujia, Fidel Castro, Fernando Lugo, Evo Morales, Hugo Chavez, Lula Da Silva, Rafael Correa, Nelson Mandela, dan Mahmoud Ahmadinejad)
Inilah Sosok 9 Presiden Paling Sederhana Di Dunia 

Bagi sebagian orang di dunia, termasuk di Indonesia, kehidupan seorang Presiden identik dengan kemewahan. Banyak Presiden di dunia tinggal di rumah mewah, kemana-mana naik limusin, punya banyak pengawal, fasilitas serba mewah, gaji banyak, dan bisnis keluarga yang dijalankan oleh anak dan istri.
Namun, tidak semua Presiden seperti itu. Di belahan dunia lain, terutama di Amerika Latin, muncul pemimpin-pemimpin yang tak beda jauh dengan kehidupan rakyatnya. Bagi mereka, menjadi Presiden adalah melayani rakyat.
Berikut nama-nama Presiden yang cukup sederhana di dunia:
1.    Fernando Lugo
Dia mendapat julukan “pastor kaum papa”. Maklum, sebelum menjadi kandidat Presiden, Fernando Lugo adalah pastor yang sangat getol membela kaum tertindas. “Bila ada hal yang paling menyakitkan saya, maka itu adalah ketidakadilan dan terutama sekali ketidakadilan sosial,” kata Lugo.
Begitu dilantik menjadi Presiden tahun 2008, Lugo langsung menyatakan tidak akan menerima gajinya sebagai Presiden sebesar 4000 USD per bulan. “Saya tidak membutuhkan gaji itu, yang sebetulnya hak kaum miskin,” katanya.
Selama menjadi Presiden, Lugo memilih tetap tinggal di rumahnya yang sederhana. Ia juga selalu berpakaian sangat sederhana: kemeja panjang atau lengan pendek.
Rikard Bagun dalam laporannya berkepala “Terperangah atas Asketisme Lugo” menulis, “Setiap tamu, termasuk kami bertiga dari Indonesia (saya, Budiman, dan Martin), ikut menikmati makanan harian Lugo berupa singkong rebus, nasi putih, daun kol cacah (salad), dan ikan. Jenis makanan sehari-hari rakyat biasa di Paraguay. Tidak ada yang istimewa.”
Rikard juga melihat, pada hari pertama di jabatannya, Lugo dan Hugo Chavez menyantap makanan rakyat Amerika Latin, seperti ubi kayu, jagung, dan pisang rebus. Sayang, 22 Juni 2012 lalu, Fernando Lugo dikudeta oleh sayap kanan melalui parlemen.
2.    Jose ‘Pepe’ Mujica
Jose Mujica adalah salah satu pemimpin Gerakan Pembebasan Nasional Tupamaro (MLN-T). Ia menghabiskan 14 tahun di penjara karena aktivitas gerilya melawan kediktatoran.
Ia memenangkan pemilu tahun 2009 dan resmi menduduki jabatan Presiden pada Maret 2010. Sejak menjadi Presiden Uruguay, Pepe Mujica memilih tinggal di rumahnya di pinggiran kota Montevideo. Di rumahnya itu tidak ada pelayan. Hampir semua pekerjaan rumahnya, seperti memasak, dikerjakan sendiri.
Selama menjadi Presiden, Pepe Mujica menyumbangkan 90 persen gajinya untuk menambah anggaran sosial negerinya. Pada tahun 2010, kekayaannya pribadinya tak lebih dari 1800 AS dollar atau sekitar Rp 18 Juta. Ia juga hanya menggunakan Volkswagen Beetle keluaran 1987 sebagai kendaraan pribadinya.
Hidup sederhana memang filosofi hidup politisi kiri ini. Ketika ia menjadi anggota parlemen, ia memang sudah sangat sederhana. Sampai-sampai  Petugas parkir gedung parlemen sangat kaget ketika melihat Mujica datang hanya mengendari motor vespa.
3.    Hugo Chavez
Hugo Chavez lahir dari keluarga kelas pekerja. Ia tumbuh dalam kehidupan yang sangat miskin bersama neneknya. Begitu terpilih sebagai Presiden tahun 1998, Chavez menggunakan kekuasannya untuk memberdayakan kaum miskin.
Dia juga adalah sosok Presiden yang sederhana. Seperti Fernando Lugo dan Jose Mujica, Chavez juga menyumbangkan sebagian besar gajinya untuk anggaran sosial. Chavez juga dikenal Presiden yang sangat merakyat. Ketika melakukan kunjungan, Ia hanya menggunakan jeep atau menumpangi truk.
Ketika hujan lebat mengguyur Venezuela, yang berakibat banjir hebat di mana-mana, Chavez membuka pintu istana Kepresidenan sebagai tempat penampungan. Baginya, Istana Kepresidenan adalah rumah rakyat.
Chavez adalah pembebas bagi rakyat Venezuela. Ia menggunakan kekuasaannya untuk merebut kembali kontrol terhadap sumber daya dan kemudian menggunakannya untuk memberantas kemiskinan, membebaskan rakyat dari buta huruf, menggratiskan pendidikan dan kesehatan, menciptakan toko sembako murah di seantero negeri, dan uan pensiun bagi lansia.
4.    Fidel Castro
Fidel Castro adalah salah satu pemimpin Revolusi Kuba tahun 1959. Sejak itu, Kuba bergerak menuju sosialisme. Tak heran, karena langkahnya yang berbeda dengan jalan imperialisme itu, Fidel Castro dan Kuba banyak didiskreditkan.
Yang sering terdengar, Fidel dianggap diktator dan hidup sangat mewah. Majalah Forbes, misalnya, menuding Fidel punya simpanan 900 juta USD di luar negeri. Berbekal tudingan palsu itu, media-media mainstream menempatkan Castro sebagai orang terkaya di dunia.
Pada kenyataannya, Castro hidup sangat sederhana. Ia tak punya limusin seperti Obama. Pada kenyataannya, hanya menerima gaji sebesar 900 peso (Peso Kuba tidak punya nilai di pasar internasional, tetapi nilai domestiknya setara kira-kira 36$ per bulan atau sekitar Rp 350 ribu). Di Indonesia, kita hampir tidak menemukan lagi ada buruh yang dibayar di bawah Rp 350 ribu per bulan. Tetapi Kuba membayar gaji Presidennya hanya Rp 350 ribu.
Fidel sendiri sudah membantah tudingan Forbes. Ia bahkan menantang Forebs, “Jika anda bisa membuktikan saya punya uang 1 dollar di luar negeri, saya akan mundur dari jabatan saya.”
Dalam wawancaranya dengan Ignacio Ramonet, seperti ditulis di buku “Fidel Castro: My Life”, sekalipun gajinya pas-pasan, ia mengaku tidak sekarat dalam kelaparan. Sudah begitu, gaji yang kecil itu harus dia sisipkan untuk menyetor iuran ke partai.
5.    Nelson Mandela
Siapa yang tak kenal Nelson Mandela? Dia merupakan pemimpin terkemuka pembebasan Afrika Selatan dari kolonialisme dan apartheid. Namanya begitu termasyhur di seluruh penjuru Afrika dan dunia.
Meski begitu, Mandela tetap merupakan sosok yang sederhana. Begitu menjadi Presiden tahun 1994, Mandela rutin memotong gajinya untuk disumbangkan bagi anggaran sosial. Malahan, kemudian, ia menyerahkan sepertiga gajinya untuk membantu anak-anak.
Rumahnya di Johannesburg maupun di desa asalnya, Qunu, terbilang sederhana dan tak ubahnya dengan rumah masyarakat umum.
Tahun 1994, ketika negerinya didera utang warisan rejim lama, Mandela menyerukan pejabat negerinya mengencangkan ikat pinggang. Namun, sebagai langkah awal, ia memulai dengan memotong gajinya sendiri dan gaji Wakil Presiden.
6.    Rafael Correa
Rafael Correa adalah ekonom bergelar  PhD jebolan University of Illinois, AS. Namun, sekalipun menimbah ilmu di AS, Correa justru sangat anti-neoliberal.
Pada saat Luis Alfredo Palacio, Correa menjadi salah satu menterinya. Saat itu Correa berani menentang proposal IMF dan Bank Dunia. Sayang, tindakannya tidak direstui Presiden Ekuador saat itu. Correa pun mundur dari jabatannya. Namun, sejak peristiwa itu, nama Correa makin populer dan dikagumi rakyat.
Correa sendiri terbilang pemimpin sederhana. Tanggal 6 April lalu, ketika APBN Ekuador diancam defisit, Correa mengeluarkan dekrit untuk membekukan pembayaran gaji pejabat tinggi selama dua tahun. Itu termasuk gaji Presiden, Wakil Presiden, Menteri, dan pejabat tinggi lainnya.
Tak hanya itu, ia juga memotong gajinya dari sekitar 8000 USD menjadi 4000 USD. Memang, gaji pejabat Ekuador termasuk tertinggi di kawasan Andean. Dengan pemotongan gaji itu, Correa menyelamatkan APBN tanpa memangkas subsidi sosial rakyatnya.
7.    Evo Morales
Evo Morales adalah Presiden pribumi pertama dalam sejarah Bolivia. Seperti kebanyakan pribumi Bolivia lainnya, Evo kecil sangat miskin dan menghabiskan masa kecilnya dengan menggembala domba. Karena tekanan kemiskinan itu pula, Evo tidak bisa menuntaskan pendidikannya.
Evo adalah seorang petani. Penderitaan yang dialami oleh petani membuat Evo tertarik bergabung dalam serikat petani koka. Pada tahun 1995, ia turut mendirikan partai gerakan sosial bernama Gerakan untuk Sosialisme (MAS).
Dalam pemilu 2005, Evo memenangkan pemilu Presiden. Ia resmi menempati jabatannya Januari 2006. Begitu ia menempati jabatannya, Evo mengumumkan pemotongan setengah gajinya untuk meningkatkan jumlah guru dan dokter.
“Kita membutuhkan 6000 guru baru dan membutuhkan uang 2.200 USD,” katanya. Ia juga menyerukan agar menterinya mengikuti langkahnya. “Bukan untuk Evo, tetapi untuk rakyat,” tambahnya.
Ketika Peru dilanda gempa bumi, pada tahun 2007, Evo juga mendonasikan separuh gajinya untuk korban gempa. Begitu pula ketika terjadi gempa di Haiti dan Chile, Evo juga memotong separuh gajinya dan gaji Wakil Presiden untuk disumbangkan ke rakyat Chile dan Haiti.
Selama menjadi Presiden, penampilan Evo tidak berubah. Ia lebih sering memakai pakaian sederhana, seperti jaket kulit atau sweater biasa. Ia juga tidak meninggalkan kebiasan kaum pribumi mengunyah daun koka.
8.    Ahmadinejad
Ahmadinejad, yang pernah menjadi Walikota Teheran, Ibukota Iran, resmi menjadi Presiden tahun 2005. Saat itu, ia diminta mengumumkan kekayaannya. Ternyata, kekayaannya hanya satu rumah sederhana seluas 175 meter persegi dan mobil Peugeot putih keluaran 1977.
Selain itu, ketika baru menempati jabatannya, ia meminta pembantunya menggulung karpet antik peninggalan Persia di istana negara dan menggantinya dengan karpet biasa. Ia menolak kursi V.I.P di pesawat Kepresidenan.
Ahmadinejad selalu berusaha menggambarkan dirinya tidak berjarak dengan rakyat kebanyakan. Beberapa fotonya beredar di dunia maya memperlihatkan Ia tertidur pulas di atas karpet biasa.
9.    Lula Da Silva
Lula Da Silva adalah Presiden Brazil yang berlatar-belakang aktivis buruh. Ia lahir dari keluarga yang sangat miskin. Lantaran itulah ia harus meninggalkan bangku Sekolah Dasar. Sejak usia 12 tahun, Lula kecil hidup di jalanan, jadi tukang semir sepatu dan menjual kacang.
Pada usia 14 tahun, Ia bekerja di pabrik pengolahan tembaga dan menempati posisi operator mesin bubut. Lima tahun kemudian, ketika ia bekerja di perusahaan otomotif, ia kehilangan jarinya karena kecelakaan kerja. Namun, kejadian itulah yang mendorong Lula mengorganisir kawan-kawannya sesama pekerja untuk membangun serikat dan memperjuangkan hak-haknya.
Di bawah kediktatoran, Lula tampil sebagai aktivis kiri penentang kediktatoran. Tahun 1971, Lula terpaksa menyaksikan Istrinya, Maria de Lourde, yang menderita penyakit hepatitis, meninggal karena ketiadaan uang untuk membeli obat. Tahun 1978, Ia menjadi Presiden Serikat Buruh Pabrik Baja. Ia juga terlibat dalam pendirian Partai Buruh (PT).
Tiga kali maju sebagai Calon Presiden, Lula akhirnya terpilih pada tahun 2002. Pertama kalinya dalam sejarah Brazil dipimpin oleh Presiden berhaluan kiri dan dari latar-belakang klas pekerja.
Begitu menjadi Presiden, Lula tidak mengubah kehidupannya. Ia tetap berpenampilan sederhana. William Gonçalves, seorang Professor di Universitas Negara Rio De Jeneiro, mengatakan, “Lula adalah rakyat. Ia mengerti perasaan mereka dan berbicara dengan bahasa mereka.”
Lula terpilih dua kali sebagai Presiden Brazil. Masa pemerintahannya dianggap sangat sukses. Tak heran, tingkat penerimaan rakyat terhadap pemerintahan Lula mencapai 80%.
Raymond Samuel


Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/dunia-bergerak/20130510/inilah-sosok-9-presiden-paling-sederhana-di-dunia.html#ixzz2jf5mAdRt
Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook

Saturday, November 2, 2013

HIDUP BERMAKNA: MENDESAK DIRI MEWUJUD DALAM PRAKSIS KASIH DAN DAMAI

subak-2.jpg
HIDUP BERMAKNA: MENDESAK DIRI MEWUJUD DALAM PRAKSIS KASIH DAN DAMAI
 1 Petrus 3:8-12

Anda hanya hidup sekali,
tetapi jika Anda melakukannya dengan benar dan baik,
sekali saja sudah cukup…
Saudara, apa yang terutama kita tunjukkan dari diri kita sebagai orang percaya?, barangkali ada orang sudah merasa cukup setelah ia sudah datang beribadah, telah memenuhi segala kewajiban ritus-ritus agamanya. Hal yang terutama adalah hidup di dalam kasih dan kebenaran, sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang yang benar. Orang benar itu senantiasa menjauhkan dirinya dari berbagai kejahatan dan mencondongkan dirinya kepada perbuatan baik. Memang tidak mudah hidup dan berbuat benar, tetapi bukan berarti kita tidak mampu melakukanya, orang benar itu akan selalu dibimbing dan disertai oleh Tuhan. PenyertaanNya menjadi jaminan, bahwa orang benar akan menang oleh karena kebenaranya, namun orang jahat akan mati oleh karena kejahatanya.
Saudara, sebagai orang percaya perlu sekali menumbuhkan niat baik bukan sebaliknya dan mau sungguh-sungguh melakukanya, bukan hanya soal berteori namun melakukanya sehingga terbangun hubungan yang harmonis dengan sesama. Menumbuhkan rasa simpati dengan turut merasakan perasaan orang lain, dan mau turut memikul beban orang lain, bukan hanya sekedar memberi penghiburan namun turut merasakan apa yang dirasakan sesama. Hidup mengasihi adalah ciri utama dari pengikut Kritus, yaitu kasih yang mau berkorban. Yang saling mengasihi tidak akan saling membenci, atau saling menyakiti apalagi mendendam.  Memaafkan  serta mau mengampuni kesalahan orang lain bukan membuat nilai hidup kita menjadi rendah, tetapi itulah hidup yang penuh makna diinginkan Tuhan. Begitu sulit rasanya melupakan kesalahan orang lain sehingga sampai ada orang yang sampai matipun tidak mau memaafkan, tetapi rasanya begitu mudahnya orang melupakan kebaikan yang telah diterimanya dari sesamanya.
Saudara, siapa yang ingin menerima kebahagiaan?, tentu semua orang mengiginkanya, tetapi ingin bahagia ada syaratnya yaitu cintailah hidupmu dan hidup sesamamu dengan mengandalkan cinta kasih Tuhan. Dia sumber cinta dan kebahagiaan, tetapi itu tidak akan dimiliki apabila tidak dicari dan diusahakan. Jagalah apa yang baik apa itu melalui perkataan dan tingkah laku, dan dengan segala kemampuanmu berusahalah terus melakukan yang baik itu, sehingga Tuhan akan selalu membimbingmu untuk berbuat baik dan mengatakan apa yang benar. Hati, pikiran dan jiwa butuh cahaya penerang supaya tidak digelapkan oleh kuasa dosa itu, cahaya terang itu adalah Firman Tuhan, itu artinya tetap berpegang dan hidup di dalam firmanNya menjadi kunci sukses untuk hidup bahagia. Tuhan Yesus telah mencerahkan hati, pikiran dan jiwa kita agar senantiasa terus bertumbuh dan menghasilkan buah-buah yang baik sehingga dapat dinikmati dan dipergunakan untuk membangun hidup yang bermakna dan yang selalu tertuju pada  karakter Kristus.
Saudara, hidup di dunia ini hanya sekali, jadi tanamlah kebaikan dan itulah yang menjadi dokumen hidup kita yang dapat diingat dan diteladani oleh orang lain, jadi walaupun kita sudah tiada tetapi ada nilai hidup yang kita tinggalkan. Perbuatan baik walaupun sulit dilakukan itu tidak akan lenyap tetapi suatu saat akan tumbuh dan memberi makna untuk membangun hidup bahagia ke depan. Mari kita menjaga hati, jiwa dan pikiran agar tetap di dalam kekudusan Tuhan. Dia yang menciptakan kita sempurna, maka jadilah sempurna, dengan segala kerendahan hati aku memohon, sempurnakanlah sukacitaku ini, hiduplah di dalam kasih dan berdamai dengan semua orang. Amin.
Source : haumanarata.wordpress.com

YESUS DAN SANAK SAUDARA-NYA

SAMSUNG DIGIMAX A403

YESUS DAN SANAK SAUDARA-NYA

MEMBANGUN PERSEKUTUAN DALAM BINGKAI IMAN
Markus 3:31-35; Mateus 12:46-50


Primordialisme, nepotisme, fanatisme, koncoisme dan yang sama dengan istilah tersebut di satu sisi adalah baik, namun apabila itu dijungjung tinggi sebagai filosofi kehidupan bahayanya perlakuan diskriminatif akan mengoyakkan sisi-sisi kemanusiaan kita. Yesus berkata tidak terhadap perilaku seperti itu. Ajaran Yesus adalah mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri; tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Namun demikian Yesus bukan mengabaikan perlunya primordialisme, nepotisme tetapi jangan menempatkannya di atas ajaran paham iman: “Marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”. Apa hubungan pernyataan ini dengan nas hotbah hari ini?
Saudara! Ketika Yesus mengajar orang banyak di Bait Suci – ibun-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Ketika Yesus mengetahui keinginan ibuNya untuk bertemu denganNya justru Yesus mengatakan: “Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”Mendengar pernyataan ini barangkali hati kesal, kecut, dan emosi karena dikuasai fanatisme yang sempit, namun sesungguhnya Yesus mau membuka cakrawala baru tentang fanatisme ranah relasi yang lebih luas dalam irama peran melakukan kehendak Bapa di sorga. Relasi persekutuan yang hidup sebagai saudara dan keluarga Kristus akan bergerak maju dan membangun bila ranah spiritualitas berada di atas domain emosional secara lahiriah. Yesus bukan mengabaikan sang ibu, saudara secara lahiriah. Namun Yesus memperluas cakrawala baru dalam membangun hubungan relasi-relasi keluarga secara menyeluruh dalam peran melakukan kehendak Bapa-Ku.
Saudaraku! Bergerak maju dalam gerak membangun persekutuan yang inklusif, terbuka, dan dialogis adalah visi dan misi Gereja kita HKBP. Mempertahankan sikap eksklusivisme hanya akan membawa kita kepada kesulitan dan kepahitan dalam persekutuan. Demikian juga relasi persekutuan holistik yang didasarkan kepada keinginan-keinginan atau kepentingan-kepentingan individu maupun kelompok tidak akan menggairahkan persekutuan, hanya dan hanya persekutuan holistik yang didasarkan dan diarahkan kepada kehendak Bapa di sorgamembuat persekutuan kita menjadi hidup sebagai saudara keluarga kerajaan sorga. Setiap orang yang  mengaku percaya kepada Tuhan  tidak cukup hanya dalam tataran ucapan atau teori belaka tetapi yang terutama adalah berbuat dan melakukan apa yang berkenan kepada Bapa di Sorga. Sebagai saudara Tuhan,  hidup kita bernilai bukan dilihat dari banyaknya kata-kata tetapi banyaknya perbuatan baik dengan suka menolong, dan memberi perhatian pada sesama, dengan demikian hidup kita akan selalu diliputi oleh cinta kasih, persaudaraan yang rukun, dan hal itu terlihat pada sikap yang mau menerima satu dengan yang lain dan senantiasa mau memaafkan dan mengampuni.  Kasih itu adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan kita sebagai saudara Tuhan. Memiliki saudara itu memang dambaan semua orang, sebab hidup akan lebih bermakna dan bahagia bilamana ada saudara yang saling mendukung dan saling mendoakan kita, dia akan menjadi sahabat dalam suka maupun duka.
Tuhan Yesus menjadi saudara bagi kita, sebagai tempat pengaduan dan Dia begitu setia mendampingi dan senantiasa menguatkan dalam berbagai pergumulan hidup. Jangan kita menjauhi dariNya, sebab dikatakan mendekatlah kepada Tuhan agar jiwamu tentram.  Dia dengan sukarela mau menolong dalam kedukaan dan juga mau mengampuni segala kesalahan kita. Memang sekarang ini begitu sulit mendapatkan sahabat, sahabat dalam kesukaan banyak tetapi sahabat dalam kedukaan begitu sedikit,  bila kita dalam keadaan susah dan miskin,  sahabat sedikit, namun apabila kita kaya sahabat banyak.  Sekarang ada sahabat/saudara kita yang baik hati, dalam suka maupun duka,  Ia yang tetap setia mendampingi kita, Dialah Yesus Kristus Tuhan kita. Memang yang Dia inginkan adalah berbuat baik kepada sesama, dengan selalu mengasihi siapapun tanpa membeda-bedakannya. Seorang saudara adalah orang yang mau mengerti dan sungguh-sungguh mengasihi, sebagai saudara Yesus yang diutamakan adalah cinta kasih dan kebaikan. Kita mendengar berita bahwa ada ayah yang begitu tenga menganiaya anak kandungnya sendiri sampai meninggal dunia, buah hatinya sendiripun sudah  tidak lagi dikasihi bagaimana dengan yang lainya, jiwanya begitu rusak sehingga lebih mencelakai daripada mengasihi, dia tidak lagi melihat sesamanya sebagai saudara.  Aku, Anda, dan Kita semua adalah saudara, keluarga Kristus bila orientasi kita berada di dalam peran MELAKUKAN KEHENDAK BAPA-KU YANG DI SORGA. Amin.

ADA APA DENGAN LITURGI HKBP ?




ADA APA DENGAN LITURGI HKBP ?

A. Latar Belakang dan Konteks Permasalahan
Bertitik-tolak dari sejarah perkembangan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), masalah liturgi tidak pernah luput dari perhatian para zendeling Rheinische Missions Gesellschaft (RMG) yang melayani di Gereja Batak. Para zendeling berusaha menyusun tata cara peribadahan untuk membangun jemaat yang teratur dan berusaha memisahkan unsur-unsur kekafiran dari pelaksanaan liturgi. Di dalam Tata Jemaat itu dicantumkan aturan mengenai kebaktian Minggu dan ibadah harian. Seiring dengan adanya Tata Jemaat ini diangkatlah beberapa orang sintua, diakon, diakones dan guru anak-anak untuk membantu terselenggaranya aturan-aturan tersebut. Dalam liturgi ketika itu sudah ada pembacaan Hukum Taurat yang dibacakan sebelum pengakuan dosa dan pengampunan dosa.1)
Dalam perkembangan selanjutnya lahirlah Tata Gereja 1906/1907 yang memuat pelaksanaan kebaktian Minggu, kedua sakramen, perkawinan, penguburan, katekisasi sidi dan pendidikan umum.2) Sebelumnya, tahun 1903, Agenda sudah disusun, namun pelaksanaannya tidak seragam di semua Gereja. Di dalam buku Agenda 19043) ditetapkan dua liturgi untuk kebaktian Gereja: pertama khusus untuk Pendeta yaitu pembacaan votum dan introitus, berita pengampunan dosa dan berkat. Kedua khusus untuk Guru Jemaat atau Penatua yaitu nyanyian, hukum Taurat, dan epistel.4) Di dalam Agenda cetakan ke-2 yang disusun kemudian oleh Johanes Warneck liturgi untuk kebaktian Gereja tidak lagi mempunyai perbedaan, hanya formulasi doa berkat yang masih berbeda. Jika Pendeta yang mengucapkan doa berkat, ia memakai rumusan: “Tuhan memberkati kamu…” dan jika Guru Jemaat atau Penatua, ia memakai rumusan: “Tuhan memberkati kita…”. Formulasi ini berlaku hingga pada masa kini. Semua hal yang menyangkut ibadah di HKBP sampai sekarang tetap merupakan hal yang sangat penting untuk digumuli melalui rapat-rapat pendeta dan sidang-sidang Sinode Agung.

B. Perumusan Masalah
Sejak kira-kira 15 tahun terakhir ini terjadi kritik besar-besaran terhadap liturgi HKBP, termasuk juga terhadap Gereja-gereja Batak lainnya. Kritikan terhadap Gereja-gereja lain, terutama yang pusatnya dari luar Sumatera Utara sudah terlebih dahulu terjadi. Inti dari kritik itu adalah bahwa Tata Kebaktian Gereja-gereja ini terlalu monoton dan membosankan.5) Kritik ini terjadi serentak dengan kenyataan bahwa adanya sebagian warga jemaat mulai meninggalkan jemaat semula dan masuk pada kebaktian-kebaktian Karismatik6) yang dianggap lebih hidup dan menarik. Kenyataan ini masih terus terjadi hingga masa kini, yaitu pergi beribadah ke Gereja-gereja Karismatik sekalipun keanggotaannya  tetap di Gereja HKBP.
Sinode Godang HKBP (Sidang Sinode Agung HKBP) tahun 19987) di Pematang Siantar telah merekomendasikan komisi liturgi HKBP untuk terbuka menjawab tuntutan jemaat mengenai pembaruan liturgi. Salah satu keputusan yang ditetapkan pada waktu itu adalah dimungkinkannya Gereja-gereja lokal untuk membuat liturgi alternatif dan kontemporer sesuai dengan kebutuhan jemaat setempat tanpa menghilangkan makna dari unsur-unsur liturgi yang ada dalam buku Agenda.
Keputusan ini juga didukung oleh Aturan & Peraturan HKBP 2002 Bab V pasal 23 tentang Komisi Liturgi dan Ibadah8) yang diberi mandat atau tugas: Meneliti liturgi dan ibadah yang ada di HKBP, meneliti liturgi dan ibadah yang disukai oleh warga Gereja sesuai dengan perkembangan zaman, menyusun liturgi dan ibadah yang sesuai dengan kegiatan atau kejadian-kejadian yang belum diatur dalam Agenda HKBP. Sekalipun keputusan ini sudah lahir, namun pelaksanaannya masih mengambang dan selalu memunculkan sikap kontroversial. Sikap ini terjadi karena tidak ada formula terapan sebagai bahan acuan. 
Salah seorang  Pendeta HKBP yang memberi perhatian dan peduli mendengar  kritikan warga jemaat tentang pelaksanaan liturgi  HKBP, membuat solusi baru untuk meningkatkan mutu ibadah Gereja dengan diterbitkannya buku “Liturgi Alternatif” (menghindarkan kebosanan beribadah) terbitan  Atalya Rileni Sudeco Jakarta tahun 2002. Di dalam buku ini dibahas tentang perlunya liturgi alternatif di HKBP dan model-model liturgi alternatif. Demikian juga Pensil Wally dalam bukunya “Ende & Parsombaon tu Debata” (Nyanyian dan Ibadah kepada Tuhan) Tarutung:  1985,  menyoroti  pemahaman unsur-unsur liturgi HKBP, musik dan nyanyian di dalam liturgi. Dalam nyanyian liturgi HKBP dia mengkritik pemilihan nyanyian yang tidak disesuaikan dengan pemahaman unsur-unsur liturgi itu sendiri. Perbedaan pemahaman unsur-unsur liturgi ini lebih jauh diungkapkan oleh JL.Ch. Abineno dalam bukunya Unsur-Unsur Liturgi dengan tegas menyatakan bahwa kebanyakan liturgi Gereja-gereja di Indonesia masih memakai kebiasaan yang diambil alih dari Barat (Nederland, Jerman). Pembahasan tentang unsur-unsur liturgi selalu dibandingkan dengan pemahaman beberapa ahli praktika seperti Kuyper, Oberman, Van der Leeuw, Noordmans dll. Abineno dalam membahas unsur-unsur liturgi selalu membandingkan  unsur-unsur liturgi Calvinis dan Lutheran.
Pembaruan liturgi di HKBP tetap disuarakan lewat diskusi, pembinaan dan ceramah-ceramah. Pendeta Bonar H. Lumbantobing9) di dalam diskusi Latihan Praktik Pelayanan III (LPP III) menjelaskan istilah yang muncul dalam rangka upaya pembaruan liturgi HKBP:
Pertama: Liturgi Kontekstual
Corak liturgi seperti ini berkembang di Indonesia sejak tahun 1980-an, terutama melalui gerakan Oikumenis, baik di tingkat internasional maupun di tingkat regional (World Council of Churches (WCC), Christian Conference of Asia (CCA), Lutheran World Federation (LWF), dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI)). Ke dalam liturgi itu dimasukkan tema-tema dari kehidupan sehari-hari, misalnya masalah-masalah yang dihadapi manusia seperti kemiskinan, ketidak-adilan, kerusakan lingkungan hidup, masalah kedudukan perempuan, hak-hak azasi manusia, hak-hak azasi anak dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut direnungkan dalam liturgi itu.

Kedua: Liturgi Alternatif
Mulai tahun 1990-an muncul keterbukaan di kalangan HKBP dan beberapa Gereja tetangga terhadap tata cara pelaksanaan kebaktian seperti yang ditemukan di kalangan Karismatik. Gereja-gereja resmi menanggapi kebosanan akan liturgi dengan menciptakan liturgi lain, yang sering disebut dengan Liturgi Alternatif. Caranya bermacam-macam: Ada jemaat yang terus mempertahankan urutan liturgi yang dimiliki oleh HKBP, dan memasukkan nyanyian-nyanyian dengan ciri yang disebutkan di atas. Ada yang mengurangi sebagian dari unsur liturgi yang biasa, dan ada yang menyusun semuanya sama sekali baru.

Ketiga: Liturgi Inkulturasi
Liturgi ini muncul tahun 2000, khususnya di daerah Pulau Samosir dan dalam pertemuan-pertemuan gerejawi yang besar. Unsur-unsur budaya Batak dimasukkan termasuk gendang dan tarian dan digabung dengan unsur-unsur liturgi yang sudah ada. Sebagian mengubah susunan liturgi yang sudah ada dan kemudian memasukkan jenis yang baru, lalu menampilkan unsur-unsur budaya yang sudah ada.
Sesuai dengan penjelasan-penjelasan di atas, menyangkut ide-ide dasar pembaruan liturgi HKBP perlu dikaji dari sudut teologi supaya tidak direduksi hanya pada tingkat keinginan atau selera,  tetapi juga pada kebutuhan. Karya-karya tulis yang pernah membahas liturgi HKBP dalam upaya pembaruan masih di sekitar reaksi spontan terhadap kritikan jemaat. Sekalipun unsur-unsur liturgi yang ada di dalam buku Agenda (buku liturgi HKBP) telah dibahas, namun upaya pembaruan isi  unsur-unsur liturgi itu sendiri belum sepenuhnya dikembangkan. Penelitian tentang perkembangan liturgi HKBP dan pembahasan unsur-unsur liturgi masih lebih banyak  ditinjau dari prespektif pengalaman. 
Dalam Proyek Akhir/ Disertasi ini penulis lebih memfokuskan pembahasan pada Upaya Kontekstualisasi Liturgi dengan menggunakan tiga pola, yaitu: Attending,Assertion, dan Pastoral Response, yang dikaitkan dengan tradisi, pengalaman dan budaya. Sejarah perkembangan liturgi HKBP, pembahasan unsur-unsur liturgi HKBP secara teologis, serta upaya kontekstualisasi akan menjadi fokus dalam penulisan Proyek Akhir/ Disertasi ini.
 C. Pembatasan Masalah
Bertitik-tolak dari pengertian liturgi,10) yang mencakup seluruh aktivitas yang dilakukan manusia, mencakup seluruh lini kehidupan dalam menunjukkan bakti, pelayanannya  kepada Tuhan, dan pelayanan terhadap  sesama,11) maka dalam Proyek Akhir/ Disertasi ini penulis membatasinya di sekitar tata ibadah Minggu yang  dilaksanakan di HKBP Perumnas II Bekasi sebagai tempat pelayanan sekarang. Tata ibadah yang akan diteliti di sini adalah tata ibadah Minggu pukul 18.00 yang mayoritas pengunjungnya adalah pemuda (naposobulung). Sebagaimana di dalam sejarah perkembangan tata-ibadah HKBP, bahwa tata ibadah itu mengalami pembaruan sesuai dengan zamannya, maka upaya kontekstualisasi liturgi menjadi fokus penelitian Proyek Akhir/ Disertasi ini.
Keterbukaan HKBP untuk menggumuli kembali tata ibadah dan memberi wewenang kepada jemaat lokal untuk membuat tata ibadah yang sesuai dengan pergumulan jemaat merupakan langkah maju dalam berteologi secara kontekstual. Keterbukaan ini disambut baik oleh jemaat dan perlu pengembangan aplikatif  secara kritis demi peningkatan mutu pelayanan yang berorientasi kepada visi dan misi HKBP.12) Unsur-unsur tata ibadah yang sering dinilai kaku, monoton dan membosankan menjadi pembahasan dan analisis di dalam Proyek Akhir/ Disertasi ini.

D. Hipotesis
Kritik warga jemaat terhadap pelaksanaan liturgi HKBP dengan kenyataan adanya beberapa warga jemaat berpaling ke Gereja Karismatik di satu sisi memberikan kontribusi positif, yaitu membangunkan HKBP dari sikap eksklusif dan kemapanan. Berpalingnya sebagian warga jemaat  ke Gereja-gereja aliran Karismatik  memberikan cukup bukti bahwa ada kebutuhan warga jemaat yang tidak terpenuhi oleh bentuk dan unsur-unsur liturgi HKBP. Dengan demikian penelitian terhadap liturgi dan upaya kontekstualisasi liturgi menjadi jawaban. Artinya liturgi harus dilihat dan dirayakan sesuai dengan ”teks” dan ”konteks” di setiap zaman. Liturgi yang jauh dari ”teks” dan ”konteks” akan menciptakan keterasingan bagi orang yang mengikutinya. Liturgi adalah kegiatan peribadahan di mana seluruh anggota jemaat terlibat secara aktif dalam pekerjaan bersama untuk menyembah dan memuliakan nama Tuhan. Melalui pengertian ini setiap liturgi  harus bersifat liturgis; artinya melibatkan setiap orang yang hadir di dalam perayaan liturgi.

E. Alasan Memilih Judul dan Manfaat Penulisan
Bertitik tolak dari prinsip dasar Gereja yaitu “ecclesia reformata sed semper reformanda”, maka Gereja dalam pelayanannya tidak mungkin berjalan statis, terlebih memuaskan diri dengan apa yang dimiliki saat ini. Keterbukaan untuk mengubah diri ke arah yang lebih baru adalah prinsip Gereja untuk mempertahankan eksistensinya di dunia ini.
Sebagaimana kesaksian Alkitab, bahwa Allah berfirman dan menyatakan kehendaknya terus-menerus pada setiap zaman (bnd Yoh. 5:17), Allah selalu bekerja secara historis dan kontekstual,  maka liturgi juga harus berupaya menjawab dan menyapa setiap umat secara konkret dan kontekstual.13) Inilah alasan pertama pemilihan judul Proyek Akhir/ Disertasi ini ”Liturgi HKBP: Upaya Kontekstualisasi Liturgi di HKBP Perumnas II Bekasi”. Secara Alkitabiah kontekstualisasi liturgi ini bertitik-tolak dari peristiwa inkarnasi (penjelmaan) Kristus dan peristiwa Paskah (kebangkitan) Kristus. Kristus telah menjelma menjadi manusia dan Ia menyesuaikan diri dengan manusia demi keselamatan manusia itu (bnd Flp. 2:6-8). Ia adalah firman Allah (bnd Yoh. 1: 1,14) yang menjadi seorang manusia Yahudi, mengikat diri dengan sejarah, kebudayaan, tradisi dan agama bangsa Yahudi. Di dalam peristiwa Paskah, Kristus yang bangkit itu memberi kesempatan kepada manusia untuk bangkit dan dimuliakan bersama Dia.14)
Dengan demikian kontektualisasi liturgi adalah keharusan yang  dilakukan di dalam pelayanan Gereja. Kontekstualisasi liturgi dimulai dari dan di dalam Kristus, menjelma di dalam realitas kehidupan manusia dan berakhir di dalam Kristus. Melalui kontekstualisasi liturgi ini realitas kehidupan manusia disapa, diteguhkan dan dibangkitkan di dalam setiap perayaan liturgi. Liturgi menjadi bagian dari kehidupan dan kehidupan menjadi bagian dari liturgi.


1) J.R. Hutauruk, Menata Rumah Allah: Kumpulan Tata Gereja HKBP (Pematang Siantar: STT-HKBP, 1994),  7- 8. Unsur ibadah, seperti: pembacaan Dasa Titah, pengakuan dosa dan pengampunan dosa tetap mewarnai kebaktian HKBP sampai sekarang sesuai dengan teologi Martin Luther.
2)  Ibid.,  10.
3) Agenda Gereja Batak yang berasal dari tahun 1904 pada dasarnya merupakan penggabungan dari ke-dua jilid buku liturgi Prusia tahun 1895 yang disusun oleh 23 orang ahli teologi Gereja Lutheran dan Reformiert (Calvinis). A. Lumbantobing,Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak (Jakarta:  BPK-Gunung Mulia,  1992),  234.
4) Ibid.,  240. Aturan itu dilaksanakan karena dipahami bahwa yang berhak untuk mengucapkan votum dan introitus, berita pengampunan dosa dan berkat adalah seseorang yang memiliki kuasa khusus dan itu hanya ada pada orang yang sudah ditahbiskan menjadi pendeta..
5) Bonar H. Lumbantobing, ”Sekitar Liturgi Alternatif” (ceramah: Disampaikan pada LPP III, 21 Januari  2002 di Seminarium Theologia HKBP Sipoholon). Bonar H. Lumbantobing adalah dosen di STT-HKBP Pematang Siantar dan salah satu anggota Komisi Liturgi HKBP.
6) Ciri utama gerakan Karismatik berpangkal dan mirip dengan gerakan Pentakostal, keduanya memberi tekanan pada “Baptisan Roh” dan “Penyembuhan Ilahi”. Pokok-pokok Penting ajarannya ialah pujian, penginjilan, karunia-karunia Roh dan Kuasa Rohani. Jan S. Aritonang,  Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja  (Jakarta:  BPK Gunung Mulia,  2001),  217-219. Lebih khusus Wilfred J. Samuel merumuskan ibadah aliran Gereja Karismatik ke dalam enam pengelompokan besar, yaitu: Pertama: Praktik ibadah yang dihubungkan dengan gerakan tubuh (mengangkat tangan, doa lantang, bertepuk tangan, menari, melompat-lompat di tempat, bernyanyi terus-menerus pada awal ibadah. Kedua: Praktik ibadah yang dihubungkan dengan kewajiban selebratif (mengulang-ulang lagu, bernyanyi dengan keras, bersalam-salaman, permainan musik seperti band, paduan suara wanita sebagai penyanyi latar, tarian tamborin, berbicara dalam bahasa lidah, musik yang keras). Ketiga: Praktik ibadah yang dihubungkan dengan bentuk dan dekorasi interior yang artistik (memisahkan bagian depan tempat ibadah untuk dipakai oleh band musik, penggunaan spanduk, karangan bunga, sebuah altar kecil atau kadang-kadang tanpa altar). Keempat: Praktik ibadah yang dihubungkan dengan struktur ibadah (bersalam-salaman, panggilan merayakan ibadah, puji-pujian dan penyembahan, persembahan syukur, pembacaan firman, sakramen, doa umum dan doa kkhusus untuk individu-individu). Kelima: Praktik ibadah yang dihubungkan dengan pelayanan gerejawi (penumpangan tangan, doa syafaat yang keras, memproklamasikan kelepasan, menengking si jahat, kesaksian, pengurapan dengan minyak). Keenam: Praktik ibadah yang dihubungkan dengan ekspresi linguistik dan pemilihan kata-kata yang popular (haleluya, puji Tuhan, amin, marilah kita memberikan tepuk tangan, dll). Wilfred J. Samuel,  Kristen Karismatik,  (Jakarta:  BPK-Gunung Mulia,  2006),  108-109.
7)  Notulen Sinode Godang HKBP  (Pematang Siantar,  1998)
8)  Aturan Dohot Paraturan HKBP 2002,  150.
9)  Bonar H. Lumbantobing, Op.cit.,  1.
10) Kata “liturgi” berasal dari bahasa Yunani leitourgia, terbentuk dari akar kataergon yang berarti karya, dan leitos, yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos yang berarti bangsa. Kata laos dan ergon diambil dari kehidupan masyarakat Yunani kuno sebagai kerja nyata rakyat kepada bangsa atau negara. Secara praktis hal ini berupa membayar pajak, membela Negara dari ancaman musuh atau wajib militer. Namun leitourgia juga digunakan untuk menunjuk pelayan rumah tangga dan pegawai pemerintah semisal menarik pajak. James F. White, Introduction to Christian Worship  (Revised Edition), 22-23. Secara harfiah,leitourgia berarti kerja atau pelayanan yang dibaktikan bagi kepentingan bangsa. Menurut asal-usulnya, istilah leitourgia memiliki arti profan-politis, dan bukan arti kultis sebagaimana biasa dipahami. Baru sejak abad keempat sebelum Masehi. pemakaian kata leitourgia diperluas yakni untuk menyebut berbagai macam karya pelayanan. E. Martasudjita, Pr.  Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi  (Yogyakarta: Kanisius,  1999),  18. Baru sejak abad kedua sebelum masehi para penerjemah Alkitab dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta) memilih kata Yunani leitourgia untuk menerjemahkan kata Ibrani abodah yang berarti pelayanan khususnya pelayanan para Imam dan orang-orang Lewi di hadapan Tuhan. H.A.Van Dop, Liturgi dan Komunikasi : Hakekat dan Makna Liturgi,  ( Jakarta:  Yakoma PGI,  2005),  104.
11) Rasid Rachman, Pembaruan Ibadah:”Pengantar Teologi Liturgi” (Bahan Perkuliahan Intensif Mahasiswa D.Min,  STT Jakarta,  19-20 Oktober 2005),  5-6.
12) Sebagaimana visi dan misi Gereja HKBP yang tertuang dalam buku Aturan dan Peraturan HKBP 2002, yang berbunyi, Visi: “HKBP berkembang menjadi Gereja yang inklusif, dialogis dan terbuka, serta mampu dan bertenaga mengembangkan kehidupan yang bermutu di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, bersama-sama dengan semua orang di dalam masyarakat global, terutama masyarakat Kristen, demi kemuliaan Allah Bapa yang mahakuasa.” Misi: “HKBP berusaha meningkatkan mutu segenap warga masyarakat, terutama warga HKBP, melalui pelayanan-pelayanan Gereja yang bermutu agar mampu melaksanakan amanat Tuhan Yesus dalam segenap perilaku kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, maupun kehidupan bersama segenap masyarakat manusia di tingkat lokal dan nasional, di tingkat regional dan global dalam menghadapi tantangan abad-21.” 
13) Sebagaimana yang dikatakan oleh Irene Umbu Lolo,  Kontekstualisasi liturgi adalah upaya dan proses menyesuaikan (menerjemahkan, menyalurkan, mengomunikasikan, mewujudkan, menghayati) unsur-unsur dan aspek-aspek liturgi di dalam konteks tertentu. Kontekstualisasi di bidang liturgi memungkinkan liturgi diwujudkan, dilakoni, dihayati dalam konteks yang kongkrit. Bernardus Boli Ujan & Georg Kirchberger (ed.),  Liturgi Autentik dan Relevan  (Maumere: Ledalero  2006),  35. Kontekstualisasi dipahami sebagai kemampuan untuk menanggapi Injil sesungguhnya di dalam kerangka situasi seseorang. Kontekstualisasi mencakup segala sesuatu yang tersirat dalam istilah “pempribumian” namun lebih dalam dari itu kontekstualisasi berkaitan dengan penilaian terhadap konteks-konteks dalam dunia ketiga. Istilah “pempribumian” cenderung dipergunakan dalam pengertian menanamkan Injil ke dalam suatu budaya tradisional, sedangkan istilah “kontekstualisasi”, dengan tidak mengabaikan konteks-konteks budaya, memperhitungkan juga proses sekularisasi, teknologi dan perjuangan manusia demi keadilan. David J. Hesselgrave,  Kontekstualisasi: Makna, Metode dan Model  (Jakarta:  BPK Gunung Mulia,  2004),  51.
 14) Bernardus Boli Ujan & Georg Kirchberger (ed.), Op.cit.,  36-38.
Source : haumanarata.wordpress.com

Recent Post