Sosok panutan kita yang kebetulan seorang Wakil Walikota Solo, nama beliau adalah Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo atau yang lebih dikenal dengan sebutan pak Rudy. Beliau menjadi wakil walikota Solo mendampingi pak Joko Widodo selama 2 periode 2005-2012 dan sebentar lagi akan menjadi orang nomor satu di kota Solo mulai tahun 2012 menggantikan pak Jokowi.
Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo adalah sosok panutan di desa kelahirannya Badran, Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Solo. Bapak 5 anak kelahiran 13 Februari 1960 tersebut dikenal sangat supel bergaul. Pergaulannya luas, dari tukang becak, preman kampung, sampai dengan para pengusaha lokal. Meski penganut Katolik namun Hadi Rudyatmo tidak merasa harus memilih kawan yang seiman. Beliau berkawan dengan semua orang dari berbagai golongan dan agama dengan satu tujuan, membentuk jaringan pertemanan dan persaudaraan.
Seperti umumnya pemuda kampung, Rudy muda senang bermain sepak bola di lapangan dekat rumahnya. Rudy seringnya ditunjuk sebagai kapten kesebelasan. Bakat kepempimpinannya sudah terlihat sejak dini. Meski bukan pemain bintang, namun kesukaannya kepada permainan sepak bola tidak diragukan lagi. Hadi Rudyatmo pernah tercatat sebagai Ketua Umum Persis Solo dan Ketua Pengurus Cabang PSSI Surakarta. Kini masih aktif di dunia persepakbolaan lokal dan nasional dengan berbagai jabatan dan peran.
Peran aktif Hadi Rudyatmo di kegiatan kepemudaan kelurahan, pada akhirnya mengantarkan beliau ke kursi pimpinan cabang PDIP hingga sekarang ini. Rudy pernah tercatat bekerja sebagai supervisor di sebuah perusahaan swasta nasional di Solo. Pekerjaan itu dilepaskan saat Rudy menjabat sebagai Wakil Walikota.
Kedekatan Rudy dengan wong cilik, memberinya bekal yang kelak sangat berguna saat membantu Walikota Solo, Joko Widodo, memindahkan para pedagang pasar klithikan yang kumuh ke lokasi baru yang lebih nyaman. Pendekatan duet Jokowi - Rudyatmo yang sangat pro rakyat, peduli nasib wong cilik, terbukti sukses dalam merelokasi dan merenovasi banyak pasar tradisional tanpa kekerasan. Mereka berdua berhasil meredam gejolak yang timbul dengan sangat baik. Kunci kesuksesan duet maut tersebut adalah prinsip �memanusiakan manusia� atau dalam bahasa Jawa, nguwongke.
Tidak itu saja, program kerja mider projo, berkeliling ke kampung - kampung padat penduduk dengan berjalan kaki atau bersepeda tiap hari Jumat adalah suatu karya nyata yang dirasakan manfaatnya oleh semua lapisan rakyat dari paling bawah. Jokowi - Rudyatmo menjalankan peran mereka sebagai pengayom rakyat, bukan penguasa rakyat.
Hadi Rudyatmo adalah salah satu pejabat langka di Indonesia. Meski dua kali terpilih menjadi Wakil Walikota, kekayaannya biasa saja. Untuk sekelas pejabat tinggi daerah, tidak ada yang menonjol. Rumah pribadinya di Pucangsawit nyaris menyatu dengan tetangga kiri dan kanan. Rudy menolak tinggal di rumah dinas yang sudah disediakan dengan alasan biar selalu dekat dengan rakyat pemilihnya. Sama seperti Jokowi, Rudyatmo sangat menjunjung tinggi kejujuran dan anti korupsi. Beberapa teman saya, pengusaha lokal, angkat jempol untuk mereka berdua karena sikap yang tegas terhadap kolusi dan korupsi.
Patut digarisbawahi bahwa selama kepempimpinan Hadi Rudyatmo, dari dulu sampai sekarang ini, beliau berdiri di atas semua golongan. Beliau berhasil mengayomi dan menjadi pemimpin atas semua golongan. Prinsip dasar kebhinekaan masyarakat Solo menjadi hal yang harus dijaga dan ditegakkan. Apa buktinya? Meski beliau seorang Katolik, tidak ada satu pun Gereja Katolik baru yang dibangun selama kepempimpinan beliau. Umat Katolik pun tidak pernah merasa diistimewakan, biasa saja seperti masa sebelumnya.
Setiap lebaran tiba, Hadi Rudyatmo selalu melakukan open house dan tak lupa berbagi kebahagiaan dengan warga sekitar. Biasanya yang datang tidak saja warga sekitar, tapi juga datang dari seantero penjuru kota Solo. Dalam budaya Jawa, silaturahmi antara pemimpin dan rakyat adalah keharusan.
Salah satu contoh integritas moral Rudy adalah saat PDI pecah. Rudy tetap memilih PDI pimpinan Megawati, yang belakangan dikenal dengan nama PDIP , dengan alasan bahwa PDIP lah yang resmi dan wajib didukung. Kini terbukti pilihan Rudy tidak salah.
Masih banyak kiprah Hadi Rudyatmo dalam mengusung pemerintahan yang pro-rakyat. Salah satunya yang masih hangat adalah saat hingar bingar kenaikan BBM Maret 2012 lalu. Dengan menggunakan atribut partainya, Rudy turun ke jalan memprotes kebijakan kenaikan BBM oleh pemerintah pusat. Tidak peduli adanya suara keras dari Mendagri yang mengancam akan menegur pejabat daerah yang menolak kebijaksanaan pemerintah pusat.
Jika Anda perhatikan penampilan Hadi Rudyatmo yang selalu terlihat garang berwibawa, tubuh tegap berisi, berkumis lebat laksana prajurit hebat, akan tetapi percayalah bahwa hati beliau sangatlah baik. Ibarat kata �wajah rambo, hati bimbo�. Dibalik wajah yang menyiratkan keras dan tegas, Rudy tetaplah sahabat, bapak, dan suami yang penuh kasih.
Tentu saja Hadi Rudyatmo bukan malaikat yang serba bersih. Masa mudanya juga diwarnai dengan kenakalan remaja seusianya kala itu. Merokok adalah salah satu sisi manusiawi seorang Rudy. Kebiasan yang belum bisa dihilangkannya sampai kini. Rudy adalah perokok sejati.
Hemat saya, tak perlu diragukan lagi nasionalisme seorang Hadi Rudyatmo. Sama seperti Jokowi, sangat gampang untuk melakukan klarifikasi atas statemen tersebut. Silakan datang ke Solo dan tanyakan pada rakyatnya, dari tukang becak sampai dengan pengusaha sukses. Saya jamin, mayoritas akan berkata Pak Rudy pimpinan yang baik, membela rakyat, dan melindungi semua golongan.
Selain itu Pak Rudy adalah aktivis Gereja dan selalu berkarya dalam pelayanan Gereja. Mulai dari menjadi ketua wilayah, lingkungan hingga menjadi seorang Prodiakon.
Saat beliau terpilih menjadi Wakil Walikota Solo, ada seorang pengurus yang ingin beliau melepaskan jabatan sebagai Prodiakon karena kesibukan beliau sebagai pejabat negara. Namun apa yang pak Rudy katakan, "Saya akan tetap menjadi Prodiakon meski kesibukan meningkat".
Bagi pak Rudy menjadi Prodiakon adalah panggilan hati yang harus dilaksanakan. Meskipun jabatan makin tinggi, beliau tidak melupakan Tuhan dan Gereja dalam segela pekerjaannya. Ternyata di balik kumis tebalnya yang nampak sangar ternyata beliau berhati lembut, sederhana serta mengayomi. Sungguh sosok pak Rudy yang sederhana sangat pantas menjadi panutan kita semua.
Jika anda ingin melihat pak Rudy menjadi prodiakon silahkan datang setiap hari Minggu misa jam 8 di Gereja SP Maria Regina Solo. Anda akan melihat sosok beliau yang duduk bercampur dengan umat lainnya tanpa pengawalan seperti pejabat pada umumnya yang sangat terproteksi.
Selama 2 periode pak Jokowi dan pak Rudy memimpin kota Solo, mereka sekalipun tidak pernah mengambil gajinya. Mereka memiliki prinsip melayani rakyat sepenuh hati dan tidak birahi terhadap gaji. Selama ada rakyat yang lebih membutuhkan uang itu, mereka tidak mengambil uang itu.
Semoga kita semua mampu meneladani sosok beliau yang sederhana namun tetap berkarya di Gereja meski harta dan jabatan makin tinggi.
Semangat dan lanjutkan perjuanganmu pak Rudy!
Doa kami semua mendukungmu
Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo adalah sosok panutan di desa kelahirannya Badran, Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Solo. Bapak 5 anak kelahiran 13 Februari 1960 tersebut dikenal sangat supel bergaul. Pergaulannya luas, dari tukang becak, preman kampung, sampai dengan para pengusaha lokal. Meski penganut Katolik namun Hadi Rudyatmo tidak merasa harus memilih kawan yang seiman. Beliau berkawan dengan semua orang dari berbagai golongan dan agama dengan satu tujuan, membentuk jaringan pertemanan dan persaudaraan.
Seperti umumnya pemuda kampung, Rudy muda senang bermain sepak bola di lapangan dekat rumahnya. Rudy seringnya ditunjuk sebagai kapten kesebelasan. Bakat kepempimpinannya sudah terlihat sejak dini. Meski bukan pemain bintang, namun kesukaannya kepada permainan sepak bola tidak diragukan lagi. Hadi Rudyatmo pernah tercatat sebagai Ketua Umum Persis Solo dan Ketua Pengurus Cabang PSSI Surakarta. Kini masih aktif di dunia persepakbolaan lokal dan nasional dengan berbagai jabatan dan peran.
Peran aktif Hadi Rudyatmo di kegiatan kepemudaan kelurahan, pada akhirnya mengantarkan beliau ke kursi pimpinan cabang PDIP hingga sekarang ini. Rudy pernah tercatat bekerja sebagai supervisor di sebuah perusahaan swasta nasional di Solo. Pekerjaan itu dilepaskan saat Rudy menjabat sebagai Wakil Walikota.
Kedekatan Rudy dengan wong cilik, memberinya bekal yang kelak sangat berguna saat membantu Walikota Solo, Joko Widodo, memindahkan para pedagang pasar klithikan yang kumuh ke lokasi baru yang lebih nyaman. Pendekatan duet Jokowi - Rudyatmo yang sangat pro rakyat, peduli nasib wong cilik, terbukti sukses dalam merelokasi dan merenovasi banyak pasar tradisional tanpa kekerasan. Mereka berdua berhasil meredam gejolak yang timbul dengan sangat baik. Kunci kesuksesan duet maut tersebut adalah prinsip �memanusiakan manusia� atau dalam bahasa Jawa, nguwongke.
Tidak itu saja, program kerja mider projo, berkeliling ke kampung - kampung padat penduduk dengan berjalan kaki atau bersepeda tiap hari Jumat adalah suatu karya nyata yang dirasakan manfaatnya oleh semua lapisan rakyat dari paling bawah. Jokowi - Rudyatmo menjalankan peran mereka sebagai pengayom rakyat, bukan penguasa rakyat.
Hadi Rudyatmo adalah salah satu pejabat langka di Indonesia. Meski dua kali terpilih menjadi Wakil Walikota, kekayaannya biasa saja. Untuk sekelas pejabat tinggi daerah, tidak ada yang menonjol. Rumah pribadinya di Pucangsawit nyaris menyatu dengan tetangga kiri dan kanan. Rudy menolak tinggal di rumah dinas yang sudah disediakan dengan alasan biar selalu dekat dengan rakyat pemilihnya. Sama seperti Jokowi, Rudyatmo sangat menjunjung tinggi kejujuran dan anti korupsi. Beberapa teman saya, pengusaha lokal, angkat jempol untuk mereka berdua karena sikap yang tegas terhadap kolusi dan korupsi.
Patut digarisbawahi bahwa selama kepempimpinan Hadi Rudyatmo, dari dulu sampai sekarang ini, beliau berdiri di atas semua golongan. Beliau berhasil mengayomi dan menjadi pemimpin atas semua golongan. Prinsip dasar kebhinekaan masyarakat Solo menjadi hal yang harus dijaga dan ditegakkan. Apa buktinya? Meski beliau seorang Katolik, tidak ada satu pun Gereja Katolik baru yang dibangun selama kepempimpinan beliau. Umat Katolik pun tidak pernah merasa diistimewakan, biasa saja seperti masa sebelumnya.
Setiap lebaran tiba, Hadi Rudyatmo selalu melakukan open house dan tak lupa berbagi kebahagiaan dengan warga sekitar. Biasanya yang datang tidak saja warga sekitar, tapi juga datang dari seantero penjuru kota Solo. Dalam budaya Jawa, silaturahmi antara pemimpin dan rakyat adalah keharusan.
Salah satu contoh integritas moral Rudy adalah saat PDI pecah. Rudy tetap memilih PDI pimpinan Megawati, yang belakangan dikenal dengan nama PDIP , dengan alasan bahwa PDIP lah yang resmi dan wajib didukung. Kini terbukti pilihan Rudy tidak salah.
Masih banyak kiprah Hadi Rudyatmo dalam mengusung pemerintahan yang pro-rakyat. Salah satunya yang masih hangat adalah saat hingar bingar kenaikan BBM Maret 2012 lalu. Dengan menggunakan atribut partainya, Rudy turun ke jalan memprotes kebijakan kenaikan BBM oleh pemerintah pusat. Tidak peduli adanya suara keras dari Mendagri yang mengancam akan menegur pejabat daerah yang menolak kebijaksanaan pemerintah pusat.
Jika Anda perhatikan penampilan Hadi Rudyatmo yang selalu terlihat garang berwibawa, tubuh tegap berisi, berkumis lebat laksana prajurit hebat, akan tetapi percayalah bahwa hati beliau sangatlah baik. Ibarat kata �wajah rambo, hati bimbo�. Dibalik wajah yang menyiratkan keras dan tegas, Rudy tetaplah sahabat, bapak, dan suami yang penuh kasih.
Tentu saja Hadi Rudyatmo bukan malaikat yang serba bersih. Masa mudanya juga diwarnai dengan kenakalan remaja seusianya kala itu. Merokok adalah salah satu sisi manusiawi seorang Rudy. Kebiasan yang belum bisa dihilangkannya sampai kini. Rudy adalah perokok sejati.
Hemat saya, tak perlu diragukan lagi nasionalisme seorang Hadi Rudyatmo. Sama seperti Jokowi, sangat gampang untuk melakukan klarifikasi atas statemen tersebut. Silakan datang ke Solo dan tanyakan pada rakyatnya, dari tukang becak sampai dengan pengusaha sukses. Saya jamin, mayoritas akan berkata Pak Rudy pimpinan yang baik, membela rakyat, dan melindungi semua golongan.
Selain itu Pak Rudy adalah aktivis Gereja dan selalu berkarya dalam pelayanan Gereja. Mulai dari menjadi ketua wilayah, lingkungan hingga menjadi seorang Prodiakon.
Saat beliau terpilih menjadi Wakil Walikota Solo, ada seorang pengurus yang ingin beliau melepaskan jabatan sebagai Prodiakon karena kesibukan beliau sebagai pejabat negara. Namun apa yang pak Rudy katakan, "Saya akan tetap menjadi Prodiakon meski kesibukan meningkat".
Bagi pak Rudy menjadi Prodiakon adalah panggilan hati yang harus dilaksanakan. Meskipun jabatan makin tinggi, beliau tidak melupakan Tuhan dan Gereja dalam segela pekerjaannya. Ternyata di balik kumis tebalnya yang nampak sangar ternyata beliau berhati lembut, sederhana serta mengayomi. Sungguh sosok pak Rudy yang sederhana sangat pantas menjadi panutan kita semua.
Jika anda ingin melihat pak Rudy menjadi prodiakon silahkan datang setiap hari Minggu misa jam 8 di Gereja SP Maria Regina Solo. Anda akan melihat sosok beliau yang duduk bercampur dengan umat lainnya tanpa pengawalan seperti pejabat pada umumnya yang sangat terproteksi.
Selama 2 periode pak Jokowi dan pak Rudy memimpin kota Solo, mereka sekalipun tidak pernah mengambil gajinya. Mereka memiliki prinsip melayani rakyat sepenuh hati dan tidak birahi terhadap gaji. Selama ada rakyat yang lebih membutuhkan uang itu, mereka tidak mengambil uang itu.
Semoga kita semua mampu meneladani sosok beliau yang sederhana namun tetap berkarya di Gereja meski harta dan jabatan makin tinggi.
Semangat dan lanjutkan perjuanganmu pak Rudy!
Doa kami semua mendukungmu
No comments:
Post a Comment