Latest News

Tuesday, August 21, 2012

Kisah-kisah Para Kudus dan Binatang - 2

Lanjutan dari artikel sebelumnya:  Kisah Para Kudus dan Binatang - 1

4. St. Korbinianus dan Beruang St. Korbinianus
St. Korbinianus dan Beruang St. Korbinianus (s:wikipedia.org)
St. Korbinianus lahir di Ch�tres, Prancis, pada tahun 680. Ayahnya bernama Waldegiso yang meninggal saat St. Korbinianus masih anak-anak. Tidak banyak yang kita ketahui dari masa muda St. Korbinianus. Dia hidup sebagai pertapa selama 14 tahun di Gereja St. Germanus di Ch�tres. St. Korbinianus terkenal akan kekudusannya, sebagai pembuat mujizat dan sebagai pembimbing spiritual.


St. Korbinianus ingin tetap hidup sebagai seorang pertama dan karena ia memiliki devosi pribadi yang dalam kepada St. Petrus Rasul, ia kemudian berangkat ke Roma. Saat berada di hutan di wilayah pegunungan Alpen dalam perjalanan menuju Roma, St. Korbinianus diserang oleh seekor beruang coklat besar. Kuda beban St. Korbinianus diserang hingga mati tercabik-cabik oleh beruang tersebut. St. Korbinianus memarahi beruang itu lalu dengan berani menjinakkan beruang tersebut. Beruang itu kemudian menjadi jinak dan St. Korbinianus mengikatkan tali kekang kuda beban yang sudah mati kepada beruang tersebut. St. Korbinianus juga menaruh barang bawaannya di atas beruang tersebut sebagai hukuman atas tindakan beruang tersebut menyerang kudanya. Beruang yang sudah jinak itu menemani St. Korbinianus sambil membawa barang-barangnya hingga ke Roma. Dan setelah sampai di Roma, St. Korbinianus melepaskan beruang itu dan beruang itu kembali ke hutan asalnya.

Di Roma, melihat kemampuan St. Korbinianus, Paus Gregorius II menahbiskannya sebagai Uskup Freising dan mengutusnya ke Bavaria untuk menginjili suku bangsa Bayern. St. Korbinianus, Uskup pertama Freising, meninggal pada tahun 730.
Lambang Kepausan Benediktus XVI
Paus Benediktus XVI dulunya adalah Uskup M�nchen und Freising, penerus Uskup St. Korbinianus di sana (tahun 1818, Keuskupan Freising dinaikkan statusnya menjadi Keuskupan Agung M�nchen und Freising). Ia menggunakan simbol Beruang St. Korbinianus sebagai bagian dari lambang kepausannya. Gambar beruang tersebut dapat dilihat di sebelah kanan atas perisai. Makna dari simbol Beruang St. Korbinianus ini adalah: Beruang yang dijinakkan oleh rahmat Allah adalah Uskup Freising sendiri dan beban yang dibawanya menggambarkan tanggungjawabnya sebagai seorang gembala Gereja.

5. Santo Martinus de Porres dan Tikus-tikus
St. Martinus de Porres dan Berbagai Binatang (s: catholicfire.blogspot.com)
St. Martinus de Porres adalah anak tidak sah dari seorang pria bangsawan Spanyol dan wanita budak Indian. Dia menjadi bruder di biara ordo Dominikan di Lima. Tugasnya sehari-hari sebagai tukang pangkas rambut, tukang kebun, perawat dan penjaga pintu. Ia dikenal sebagai santo pelindung karya penghapusan rasialisme.

St. Martinus de Porres, sama seperti St. Fransiskus Assisi, sangat mencintai binatang. Bila anda melihat pada gambar berikut ini, anda akan melihat anjing bersama kucing dan tikus dan merpati yang sedang makan dari satu tempat makan yang sama.

Tikus itu menjadi simbol penting karya pelayanan St. Martinus de Porres. Kisah ini dimulai dari sebuah problem � Ruangan Pakaian St. Martinus. St. Martinus de Porres menemukan tikus-tikus di ruangan. Tikus-tikus ini menggigit kemeja dan pakaian lainnya, membuat lubang dan menimbulkan yang sangat busuk.

St. Martinus tidak tahu apa yang harus dilakukan. Superior ordonya menyarankan untuk menyebarkan racun tikus untuk membunuh tikus-tikus tersebut. Tetapi, St. Martinus belum melakukan saran tersebut. Dia menunggu dan mengamati sampai suatu hari ia berhasil menangkap salah satu tikus-tikus tersebut. Dia memegang tikus tersebut di tangannya. Tampaknya tikus itu merasa bahwa saat itu adalah akhir hidupnya, jantungnya berdetak kencang. Tetapi kemudian St. Martinus berbicara dengan tikus dengan lembut dan bersahabat. Dalam waktu singkat, tikus itu merasa rileks dan tidak lagi takut terhadap St. Martinus.

St. Martinus menjelaskan permasalahan yang dia hadapi terhadap tikus itu. Dia berkata bahwa ia tidak dapat membiarkan tikus-tikus itu memakan semua persediaan yang dibutuhkan biara dan rumah sakit. St. Martinus menyadari bahwa tikus-tikus itu melakukan hal demikian karena mereka lapar dan tidak punya makanan. St. Martinus membuat kesepakatan dengan tikus itu. Bila tikus itu membawa teman-temannya ke ujung taman di mana mereka dapat menemukan tempat baru untuk hidup, St. Martinus berjanji bahwa tikus-tikus itu akan menerima makanan yang cukup setiap hari.

Ketika St. Martinus meletakkan teman kecilnya ke lantai, tikus itu bergegas pergi. Dalam hitungan beberapa menit, dari seluruh ruang pakaian, ratusan tikus kecil keluar dari setiap sudut dan celah. St. Martinus membimbing tikus-tikus itu keluar dari ruang pakaian dan pergi ke taman di mana ada tempat yang cocok untuk mereka. Tikus-tikus itu lalu mengendus tanah dan membuat lubang di mana mereka bisa membuat tempat tinggal. St. Martinus memegang kata-katanya, seperti yang tikus-tikus itu yakini. Setiap hari, setelah memberi makan orang-orang di tempat lain, para pekerja di biara dan orang-orang jalanan; St. Martinus pergi ke taman dengan membawa makanan bagi tikus-tikus tersebut. Tikus-tikus itu akhirnya tidak pernah kembali ke ruang pakaian atau mengganggu biara itu lagi.

6. St. Yohanes Bosco dan Seekor Anjing Bernama Grigio
St. Yohanes Bosco bersama Ibunya dan Grigio (s: angelsandsaintsandus.blogspot.com)
Revolusi Perancis telah menyebar ke Eropa. Rakyat mulai beralih pada pemikiran tentang kebesasan: kebebasan pribadi, kebebasan bernegara, kebebasan dari adat-istiadat, kebebasan dari Gereja. Ketika Tuhan dan Gereja mulai ditentang bahkan dihujat, St. Yohanes menggunakan segala daya upaya untuk menentang mereka. Khotbah-khotbahnya dan tulisan-tulisannya, semuanya itu menghambat usaha musuh-musuhnya dan amat menjengkelkan mereka. Peluru ditembakkan lewat jendela kapel, minuman beracun, api dan berbagai macam usaha dilakukan untuk merenggut nyawanya, tetapi St. Yohanes selamat.

Kisah pertama St. Yohanes Bosco dan Grigio terjadi pada tahun 1854 ketika St. Yohanes Bosco pulang larut malam. St. Yohanes berjalan di bagian buruk dari kota tersebut. Dia melihat dua orang pria berada di depannya, berjalan pelan dan tetap menjaga langkah mereka. St. Yohanes Bosco awalnya tidak yakin mereka mengejar dia, tetapi ketika ia mempercepat langkahnya, mereka juga demikian; ketika ia memperlambat langkahnya, mereka juga melakukan hal yang sama.

St. Yohanes Bosco menyeberang ke sisi lain jalan. Ketika melihat mereka melakukan hal yang sama, St Yohanes tahu bahwa ia sedang berada dalam masalah. Dia berbalik untuk mundur tetapi mereka melompat ke arah dia dan melemparkan jubah hitam ke kepalanya. St. Yohanes mencoba melawan tetapi sia-sia. Mereka mencoba untuk menyumbatkan kain ke dalam mulutnya, tetapi tiba-tiba seekor anjing besar dan mengerikan muncul dari kegelapan malam dan datang ke tempat mereka menyerang St. Yohanes. Geramannya terdengar seperti seekor serigala atau beruang. Anjing itu menyerang kedua orang tersebut. Kedua orang tersebut sangat ketakutan dan memohon kepada St. Yohanes agar menyuruh anjing itu berhenti. St. Yohanes setuju ketika mereka berjanji untuk berhenti menyerangnya dan pejalan kaki lain. Setelah St. Yohanes menyuruh anjing itu berhenti, Kedua orang itu lalu kabur. Anjing itu tidak mengejar mereka melainkan tetapi tinggal di samping St. Yohanes. Anjing itu dinamai Grigio oleh St. Yohanes yang artinya �abu-abu�.

St. Yohanes Bosco dan Grigio menjadi rekan. St. Yohanes senang dengan kehadiran Grigio. Suatu ketika tembakan di arahkan kepadanya dan Grigio menyelamatkannya. Dua orang berusaha melemparkan sebuah buntalan besar ke arah kepala St. Yohanes dan Grigio menyelamatkannya. Dua belas orang datang untuk menyerang St. Yohanes dan Grigio menyelamatkannya pula.

Kadang-kadang Grigio mampir ke rumah St. Yohanes Bosco. Ia menolak makanan maupun minuman. Anak-anak kecil bermain-main dengannya dan Grigio amat jinak terhadap mereka. Tetapi ia tak pernah datang tanpa alasan. Sekali waktu ia datang untuk memastikan bahwa St. Yohanes sudah tiba di rumah jika ia naik kereta kuda. Sekali waktu ia datang untuk mencegah St. Yohanes pergi. Ia berbaring di ambang pintu dan menghalangi jalan keluar. Ketika St. Yohanes menyuruhnya pergi, ia akan menggeram bahkan ia tidak akan segan-segan menggigit tuannya itu jika St. Yohanes bersikeras. Keesokan harinya barulah St. Yohanes tahu bahwa sore itu musuh-musuhnya telah menyiapkan perangkap untuk merenggut nyawanya. Ketika keadaan sudah aman, Grigio tidak pernah muncul kembali.

Sepuluh tahun kemudian, St. Yohanes hendak mengunjungi keluarga Moglia. Ia telah diperingatkan untuk berhati-hati karena perjalanan ke sana tidak aman. �Oh, andaikan saja Grigio ada di sini!� gumam St. Yohanes. Malam telah larut. Seekor anjing berlari-lari datang ke arahnya, melompat-lompat dan mengibas-ngibaskan ekornya dengan gembira. Tentu saja, anjing itu Grigio. Ia menemani St. Yohanes hingga selamat tiba di tempat pertanian, lalu menghilang.

Pada tahun 1883 - 31 tahun sejak ia hadir pertama kalinya - Grigio muncul kembali di Bordighera untuk menunjukkan jalan kepada St. Yohanes yang sedang tersesat. St. Yohanes berkomentar, �Terdengar konyol untuk memanggilnya seorang malaikat; tetapi dia sungguh bukanlah anjing biasa...�

Referensi:
4. Saint Corbinian di situs SQPN
    Penjelasan Mengenai Lambang Kepausan di situs Vatican
5. St. Martinus de Porres di situs Discover Catholic Miracles
6. St. Yohanes Bosco di situs Discover Catholic Miracles
    St. Yohanes Bosco di situs Yesaya

Pax et Bonum


No comments:

Post a Comment

Recent Post