an, dll) ada tendensi ke arah internasionalisasi (sedapat mungkin memenuhi standard internasional), tapi kenapa standard internasional untuk Perayaan Ekaristi justru tidak disenangi (maka kita dengar: "kita 'kan bukan orang Roma!") dan cenderung diubah sesuai selera? Saya tidak bisa mengerti. - Padre Antonio, tanggapan terhadap maraknya Pelanggaran Liturgi dengan alasan "yang penting hatinya".
Sekarang sejumlah orang Katolik berpikir bahwa dengan memasukkan unsur-unsur seperti dangdut, band, lagu-lagu rohani populer, drama dan sebagainya ke dalam Perayaan Ekaristi; mereka telah memuliakan Tuhan, telah memuji Tuhan, dan telah menyenangkan hati Tuhan. Padahal, dengan demikian mereka telah melukai kurban Kristus dan jantung Gereja. Saya orang muda dan saya tidak suka dan tidak setuju Ekaristi diutak-atik seturut selera kaum muda. � Indonesian Papist, dikutip ulang oleh Padre Antonio, tanggapan terhadap studi kasus masuknya berbagai hal-hal di atas ke dalam Ekaristi Kaum Muda.
No comments:
Post a Comment