Latest News

Sunday, April 15, 2012

Kisah Para Imam Katolik di Kapal Titanic

Father Thomas Byles

Tahun 2012 ini dunia mengenang 100 tahun tenggelamnya Kapal Titanic. Kisah tenggelamnya kapal ini kemudian diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama �Titanic�. Bagi mereka yang pernah menonton film �Titanic�, di suatu scene kepanikan yang terjadi di kapal Titanic menjelang tenggelamnya kapal tersebut, kita melihat bahwa ada sejumlah imam Katolik sedang mendengarkan pengakuan dosa umat atau sedang memimpin umat berdoa bersama-sama.

Apakah scene tersebut hanyalah sekadar scene fiksi di dalam film tersebut ataukah memang benar-benar terjadi?


Well, umat Katolik sekalian, hal itu benar-benar terjadi. Berbagai dokumentasi historis mengenai Titanic menyebutkan sejumlah Imam Katolik melakukan pelayanan imamatnya di Kapal Titanic tersebut.

Satu nama yang terkenal adalah Romo Thomas Byles yang lahir pada tanggal 26 Februari 1870 di Yorkshire, Inggris. Dia adalah anak pertama dari tujuh bersaudara bagi pasangan Protestan Louisa Davids dan Alfred Holden Byles. Ayahnya adalah seorang pendeta Kongregasionalis dan pebisnis yang sukses. Pada saat melanjutkan pendidikan ke Balliol College, Oxford, Thomas Byles muda berpindah menjadi Katolik dan kemudian masuk ke Seminari Katolik dan ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 15 Juni 1902.

Adiknya, William yang juga berpindah menjadi Katolik merantau ke Amerika untuk menjalankan bisnis karet. Di sana, William bertemu pasangannya dan berencana menikah. William meminta Romo Thomas Byles datang untuk memimpin Upacara Pernikahan mereka.

Romo Thomas Byles pun menumpang kapal Titanic. Berikut ini data mengenai Romo Thomas Byles.

Name: Fr. Thomas Roussel Davids Byles
Born: Saturday 26th February 1870
Age: 42 years
Last Residence: in London, England
Occupation: Priest / Minister  2nd Class passenger
First Embarked: Southampton on Wednesday 10th April 1912 Ticket No. 244310, �13
Destination: Jacksonville Florida United States

Seperti yang kita ketahui, Kapal Titanic kemudian menabrak gunung es dan perlahan-lahan mulai tenggelam. Laporan-laporan yang ada menyebutkan bahwa Romo Thomas Byles sedang mendaraskan brevir (Ibadat Harian) di dek atas kapal ketika Titanic menabrak gunung es pada hari Minggu, 14 April 1912.

Berdasarkan para saksi, saat kapal sedang tenggelam, Romo Thomas Byles menolong para wanita dan anak-anak untuk masuk ke dalam sekoci penyelamat, kemudian ia mendengarkan pengakuan dosa umat, memberikan pengampunan dosa, dan memimpin para penumpang di tengah kepanikan tersebut untuk berdoa Rosario.

Agnes McCoy, salah satu dari korban yang selamat, menyatakan bahwa ketika kapal besar tersebut sedang tenggelam, Romo Byles �berdiri di dek dengan umat Katolik, Protestan dan Yahudi berlutut di sekitarnya.�

�Romo Byles sedang mendaraskan Rosario dan berdoa bagi kedamaian kekal jiwa-jiwa mereka yang akan binasa.� Demikian kata Agnes kepada New York Telegram pada 22 April 1912 berdasarkan pada website yang didedikasikan untuk mengenang Romo Thomas Byles, FatherByles.com.

Dalam kenangan teman imamat Romo Thomas Byles, Romo Patrick McKenna, �Ia dua kali menolak tawaran tempat di perahu [penyelamat], dan berkata tugasnya adalah tetap tinggal di kapal ketika satu jiwa meminta pelayanannya.�

Sedangkan Encyclopedia Titanica menyebutkan bahwa �Romo Byles adalah seorang pahlawan sampai akhir, [ia] menolong penumpang kelas tiga naik ke tangga, ke dalam perahu-perahu, mendengarkan pengakuan dosa dan berdoa bersama dengan mereka yang tidak dapat melarikan diri. Beberapa surat kabar melaporkan bahwa dia ditawari sebuah kursi [di perahu penyelamat] tetapi ia menolaknya.

Encyclopedia Titanica juga mengutip pernyataan seorang korban selamat lainnya mengenai Romo Byles:
�[Sembari] melanjutkan doa-doa, ia membawa kami ke tempat di mana perahu diturunkan. [Ia] membantu para wanita dan anak-anak dengan membisikkan kepada mereka kata-kata penghiburan dan peneguhan.� - Miss Bertha Moran  dalam The Evening World, April 22, 1912 

The Church Progress di St. Louis, Missouri pada 25 April juga menuliskan sebuah pernyataan yang menegaskan heroisme Romo Byles.
�... di hampir setiap baris yang telah ditulis dan di setiap kalimat yang telah diucapkan, berdiri dengan teguh di atas setiap ekspresi lain gambaran kepahlawan yang luhur yang akan disalin ke dalam halaman-halaman sejarah. Dan juga mungkin, karena hal ini patut mendapatkan kehormatan itu.
Tetapi ketika itu, sebutan [pahlawan] harus diberikan kepada seseorang yang pena dan lidah hampir lupakan dalam laporan mereka akan tragedi laut yang mengerikan. Di antara mereka yang dengan selamat mencapai daratan kembali, tampaknya tidak ada seorang pun yang sadar akan kehadirannya di kapal, tetapi kita dapat berharap bahwa banyak orang yang bertemu dengannya dalam kebahagiaan kekal [di surga] akan memuji Allah Bapa bahwa Romo Thomas Byles ada di sana untuk memberikan pengampunan dosa kepada mereka.

Romo Thomas Byles kemudian meninggal, tenggelam bersama kapal Titanic. Tubuhnya, bila seandainya ditemukan, tidak pernah teridentifikasikan. Dalam suatu audiensi pribadi dengan William (adiknya Romo Byles) dan istrinya, Paus St. Pius X mendeklarasikan Romo Byles sebagai martir bagi Gereja.

Di salah satu surat yang pernah ditulisnya, Romo Byles menyebutkan dua imam lainnya yang naik kapal Titanic sebagai penumpang kelas dua. Mereka bersama-sama dengan Romo Byles melaksanakan pelayanan imamat mereka di Titanic. Mereka adalah Imam Benediktin Jerman bernama Romo Josephus M. Peruschitz, OSB dan Imam Diosesan Lithuania bernama Romo Juozas Montvila. Tentang mereka, seorang penumpang kelas dua Titanic bernama Ellen Toomey menyebutkan bahwa Montvila, Peruschitz dan Byles mengadakan Perayaan Ekaristi setiap hari di dalam kapal Titanic. 

Romo Juozas Montvila
Romo Juozas Montvila (27 tahun) adalah seorang imam muda dari Negara Lithuania. Ia memegang teguh panggilannya sampai akhir dengan menolak salah satu kursi baginya di perahu penyelamat dan memilih melaksanakan tugas imamatnya bagi jiwa-jiwa yang membutuhkan. Ia meninggal bersama dengan tenggelamnya Titanic. Dia dianggap sebagai pahlawan di Lithuania dan sekarang dipertimbangkan untuk dikanonisasi oleh Gereja Katolik.

Romo Josephus Peruschitz, OSB
Romo Josephus Peruschitz (42) sendiri bersama-sama dengan Romo Thomas Byles dan Romo Juozas Montvila pada saat Titanic sedang tenggelam juga memberikan Sakramen Tobat kepada para penumpang Titanic yang akan meninggal. Sama seperti kedua imam heroik di atas, Romo Peruschitz juga menolak kursi yang disediakan baginya di perahu penyelamat dan memilih tetap di Titanic untuk menyelamatkan jiwa-jiwa para pendosa sekalipun ia harus kehilangan nyawanya.

Kisah ketiga imam heroik ini memang nyaris tidak pernah terdengar di telinga banyak umat Katolik sendiri. Dan kita harus bersyukur sekarang bahwa akhirnya kita bisa mendengar kisah heroik mereka. Romo Thomas Byles, Romo Juozas Montvila dan Romo Josephus Peruschitz, OSB lebih memilih menyelamatkan orang lain tidak hanya dengan tindakan nyatanya menolong para korban tetapi juga dengan kuasa imamatnya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Ia membawa keselamatan duniawi dan keselamatan surgawi kepada banyak orang. Saya yakin, mereka sudah berada di surga sekarang.

Pax et Bonum, ditulis oleh Indonesian Papist.

Referensi:


No comments:

Post a Comment

Recent Post