Latest News

Friday, May 24, 2013

Dipo : Franz Magnis Matanya Dangkal dan Memprovokasi

"Jadi, kata-kata Pak Magniz itu, maaf ya, dia matanya dangkal dan cenderung memprovokasi," kata Dipo di kantor Kepresidenan, kepada wartawan di Jakarta.

Dipo Alam

SEKRETARIS Negara Dipo Alam mengomentari protes yang disampaikan Franz Magnis atas penghargaan World Statesman Award yang bakal diterima SBY dari Appeal of Conscience Foundation (ACF).

Dipo Alam tidak setuju Presiden SBY dianggap tidak pernah membela minoritas.


"Saya tidak setuju kalau Franz Magnis bilang presiden tidak pernah ucapkan sepatah katapun tentang membela minoritas. Saya punya buktinya, baik di sidang kabinet, maupun hasil sidang kabinet, pidatonya ada. Jadi tidak mungkin kalau dibilang presiden tidak beri perhatian terhadap minoritas," kata Dipo di Istana Negara, Jakarta, Selasa (21/5/2013).


"Jadi, kata-kata Pak Magniz itu, maaf ya, dia matanya dangkal dan cenderung memprovokasi," kata Dipo di kantor Kepresidenan, kepada wartawan di Jakarta.  "Melihat Indonesia seolah-olah yang hanya ada di TV dengan adanya konflik-konflik begitu."


Menurut Dipo penghargaan yang akan diberikan AFC bukan diminta pihak pemerintah Indonesia maupun SBY.


"Itu kan bukan kita yang minta. Yang jelas selama ini Presiden tidak pernah minta. Kita tidak ada minta-minta supaya ada penghargaan itu. Itu kan recogniztion mereka," ujar Dipo.


Namun, Dipo menyatakan adalah hak Frans Magnis menuliskan protesnya. Begitu pun dengan pemberi penghargaan adalah hak mereka untuk memberikan kepada siapa.


Lebih lanjut Dipo meminta agar Frans Magnis tidak membawa-bawa masalah Ahmadiyah, Syiah dan gereja Yasmin dan sebagainya dibawa-bawa untuk mewakili 250 juta penduduk negeri ini. Pun demikian, jangan hanya melihat yang ada di televisi, misalnya tindakan bakar-bakaran. Meskipun hal itu tidak dipungkiri terjadi.


"Kita negara besar dan times to times. Jadi kata-kata pak Magniz itu maaf kata ya, dia matanya dangkal, melihat Indonesia seolah-olah yang hanya ada di TV, dengan adanya konflik-konflik begitu," ujarnya.


Lebih jauh Dipo menjelaskan, masalah mayoritas dan minoritas janganlah diperdebatkan. Hal itu juga terjadi di belahan bumi lain, selain Indonesia.


"Timur di barat, semua itu ada. Di beberapa negara juga begitu. Yang penting adalah ketika presiden mengajak para gubernur dan bupati, mustinya mereka yang paling tahu, mustinya bisa mencegah, bukan kita melempar tanggung jawab,"katanya.


"Tapi sekali lagi saya enggak setuju lah itu Magniz, seolah-olah dia yang mewakili, jadi harus izin dia dulu," tambahnya.


Profesor bidang filsafat, Frans Magnis Suseno, menganggap sudah menjadi kewajiban bagi Dipo Alam selaku sekretaris kabinet untuk membela Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Adalah hak Pak Dipo Alam untuk memberikan pendapat, apalagi beliau wajib membela presiden," kata Frans kepada wartawan Kamis, 23 Mei 2013.

 

Franz Magnis Suseno memprotes penghargaan SBY

Frans Magnis melalui surat keberatannya memprotes :

Pemberian penghargaan dari lembaga yang berasal dari New York, Amerika Serikat, itu dengan dua pertimbangan.


Pertama, menurut Franz Magnis, SBY selama 8,5 tahun kepemimpinannya tidak pernah menyatakan kepada rakyat Indonesia untuk menghormati minoritas.


Kedua, SBY tidak pernah melindungi kelompok yang menjadi korban kekerasan seperti dalam kasus Ahmadiyah dan Syiah yang dicap sesat oleh kelompok aliran keras.


Menurut Frans Magnis, yang terpenting bagi Indonesia adalah mengakui terhadap identitas dan keutuhan kelompok minoritas. BIla penghargaan tetap diberikan kepada SBY, Franz Magnis menganggap hal tersebut mendiskreditkan klaim lembaga ACF yang menyebut diri, organisasi yang mempromosikan perdamaian, demokrasi, toleransi, dan dialog antarkepercayaan
 

 

Sumber : http://politik.pelitaonline.com/news/2013/05/23/dipo-franz-magnis-matanya-dangkal-dan-memprovokasi#.UZ6w2mdoHIU

Thursday, May 23, 2013

Surat Protes Romo Franz Magnis Suseno SJ untuk ACF

Franz Magnis-Suseno, SJ

Pada akhir Mei 2013 ini, sebuah organisasi yang mempromosikan perdamaian, demokrasi, toleransi, dan dialog antar kepercayaan yang berbasis di New York, Amerika Serikat, Appeal of Conscience Foundation (ACF), akan memberikan penghargaan negarawan dunia 2013 atau 'World Statesman Award' kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Berikut terjemahan bebas surat protes Romo Franz Magnis-Suseno SJ yang ditujukan kepada ACF.
**

Surat Terbuka Romo Franz Magnis Suseno SJ untuk ACF
Tuan-tuan dan Puan-puan dari Banding dari Appeal of Conscience Foundation (ACF),
Saya seorang pastor Katolik dan profesor Filsafat dari Jakarta. Kami di Indonesia mendengar bahwa Anda akan memberikan Penghargaan Negarawan Dunia tahun ini kepada Presiden kami, Susilo Bambang Yudhoyono karena jasanya dalam merawat toleransi beragama.

Rencana itu sangat memalukan, dan mempermalukan Anda sendiri. Itu dapat mendiskreditkan klaim apapun akan Anda buat sebagai sebuah institusi berlandaskan moralitas.

Bagaimana mungkin Anda dapat mengambil keputusan seperti itu tanpa meminta masukan dari kami yang mengalaminya langsung Indonesia? Mudah-mudahan Anda tidak membuat keputusan tersebut sekadar untuk menanggapi desakan dari orang-orang yang dekat dengan Pemerintah kami ataupun rombongan di sekitar Presiden.

Apakah Anda tidak tahu tentang kesulitan umat Kristen untuk berkembang dan mendapatkan izin membuka tempat ibadah, tentang meningkatnya jumlah penutupan paksa terhadap gereja-gereja, tentang banyaknya regulasi yang membuat kaum minoritas lebih sulit beribadah kepada Tuhan, serta intoleransi tumbuh begitu pesat di tingkat akar rumput? Dan secara khusus, apakah Anda tidak pernah mendengar tentang sikap memalukan dan sangat berbahaya dari kelompok agama garis keras terhadap apa yang disebut ajaran sesat, seperti jemaah Ahmadiyah dan warga Syiah? serta pemerintah yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono tidak melakukan apa-apa dan enggan mengatakan sepatah kata pun untuk melindungi mereka? Ratusan orang yang hidup di bawah kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah diusir dari rumah mereka, mereka masih hidup sengsara di tempat-tempat pengungsian seperti gedung olahraga, bahkan sudah ada jemaah Ahmadiyah yang dibunuh dan warga Syiah yang tewas (sehingga muncul pertanyaan apakah Indonesia akan memburuk kondisinya seperti di Pakistan dan Iran [seperti yang dikatakan Presiden GW Bush] di mana setiap bulan ratusan orang Syiah dibunuh dengan dalih agama)?

Tidakkah Anda juga tahu bahwa presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak pertama kali menjabat sampai 8 1/2 tahun kini, di istananya belum pernah satu kali pun ia mengatakan sesuatu kepada rakyat Indonesia, bahwa kaum radikal harus menghormati kaum minoritas?  ia telah mempermalukan diri sendiri dengan menghindari tanggung jawab terhadap meningkatnya kekerasan yang menimpa jemaah Ahmadiyah dan warga Syiah?

Sekali lagi, siapa sih yang Anda mintai informasi sebelum membuat keputusan terkait penghargaan Anda tersebut? Apa yang menjadi motivasi Anda untuk memberikan penghargaan itu kepada Presiden terkait toleransi beragama padahal ia sangat jelas tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk menunaikan tanggungjawabnya melindungi kaum minoritas?

Saya harus menambahkan bahwa saya bukan radikal, juga bukan 'ekstrimis hak asasi manusia' (jika ada istilah seperti itu). Saya sekadar menunjukkan bahwa begitu banyak kemunafikan. Anda dipermainkan oleh mereka - yang jumlahnya masih sedikit - kaum radikal yang ingin memurnikan Indonesia dari apa saja yang mereka anggap sebagai ajaran sesat dan kafir.

Franz Magnis-Suseno SJ

Penerjemah Bebas: T. Nugroho Angkasa S.Pd


English Version :

Open Letter of Franz Magnis-Suseno to the ACF
Ladies and Gentlemen of the Appeal of Conscience Foundation (ACF),
I am a Catholic Priest and professor of philosophy in Jakarta. In Indonesia we learnt that you are going to bestow this year's World Stateman Award to our President Susilo Bambang Yudhoyono because of his merits regarding religious tolerance.

This is a shame, a shame for you. It discredits any claim you might make as a an institution with moral intentions.

How can you take such a decision without asking concerned people in Indonesia? Hopefully you have not made this decission in response to prodding by people of our Government or of the entourage of the President.

Do you not know about the growing difficulties of Christians to get permits for opening places of prayer, about the growing number of forced closures of churches, about the growth of regulations that make worshipping for minorities more difficult, thus about growing intolerance on the grassroot level? And particularly, have you never heard about the shameful and quite dangerous attitudes of hardline religious groups towards so called deviant teachings, meaning members of the Achmadiyah and the Shia communities, and the government of Susilo Bambang Yudhoyono just doing nothing and saying nothing to protect them? Hundreds of their people have under Susilo Bambang Yudhoyono's presidentship been driven out of their houses, they still live miserably in places like sports halls, there have allready Achmadis and Shia people been killed (so that the question arises whether Indonesia will deteriorate to conditions like Pakistan dan Iran [favor of President G. W. Bush] where every months hundreds of Shia people are being killed because of religious motivations)?

Do you not know that President Susilo Bambang Yudhoyono during his up to now 8 1/2 years in office has not a single time said something to the Indonesian people, that they should respect their minorities? That he has shamefully avoided responsibility regarding growing violence towards Achmadiyah and Shia people?

Again, whom did you ask for information before making you award choice? What could be your motivation to bestow upon this President a reward for religious tolerance who so obviously lacks any courage to do his duty protecting minorities?

I have to add that I am not a radical, not even a 'human right extremist' (if such exist). I am just appaled about so much hypocrisy. You are playing in the hands of those ' still few ' radicals that want to purify Indonesia of all what they regard as heresies and heathen.

Franz Magnis-Suseno SJ





Tuesday, April 9, 2013

Mursi: Menyerang Gereja Sama dengan Menyerang Saya

Mohamed Mursi
KAIRO, KOMPAS.com � Presiden Mesir Mohamed Mursi memerintahkan penyelidikan penyerangan Gereja Katedral Koptik yang menewaskan satu orang pada Minggu (7/4/2013).

"Serangan terhadap gereja itu sama dengan menyerang diri saya," kata Mursi dalam pernyataan resmi yang dikutip kantor berita Mesir, MENA.

Mursi juga memerintahkan penyelidikan menyeluruh terkait bentrokan yang terjadi setelah pemakaman warga Koptik yang tewas dalam bentrok sektarian.

Kantor berita MENA mengabarkan, 17 orang terluka dalam bentrokan setelah upacara pemakaman warga di Katedral Koptik di Kairo. Stasiun televisi pemerintah menayangkan ketika polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

Dalam beberapa bulan terakhir, bentrok sektarian kerap terjadi di Mesir. Salah satu yang paling parah terjadi pada Jumat (7/4/2013), yang menewaskan empat warga Kristen Koptik dan satu warga Muslim di kota El Khusus, sebelah utara Kairo, setelah kedua kelompok terlibat baku tembak.

Seorang warga Koptik bersiap melemparkan batu ke arah kerumunan orang dalam bentrokan yang terjadi di dekat Katedral Koptik Santo Markus, Kairo, usai misa pemakaman empat warga Koptik yang tewas dalam bentrok sektarian di negeri itu.
Kerusuhan baru terjadi pada Minggu (7/4/2013), setelah ratusan warga Koptik yang marah, seusai menghadiri misa untuk warga yang meninggal di Katedral Santo Markus, turun ke jalan menyuarakan kemarahan mereka.

Setelah misa yang sangat emosional itu, sejumlah saksi mata mengatakan, para pemuda Koptik mulai melempari polisi dengan batu. Mereka juga merusak enam buah mobil dan membakar dua mobil lainnya. Aksi ini menyulut kemarahan warga Muslim yang kemudian menyerang para pemeluk Koptik.

Konflik antara Muslim dan Kristen terus meningkat sejak ambruknya kekuasaan Hosni Mubarak pada 2011. Pengganti Mubarak, Mohamed Mursi, yang disokong Ikhwanul Muslimin kemudian menjadi pemimpin Mesir.

Berkuasanya Ikhwanul Muslimin di Mesir membuat minoritas Koptik khawatir akan nasib mereka kelak. Namun, Mursi berulang kali berjanji tetap akan melindungi warga Mesir yang berjumlah hampir 9 juta orang itu. 

Wednesday, March 27, 2013

Gereja Katolik Tambora Disegel Massa


Gereja Katolik di Kampung Duri Tambora, Jakarta Barat tiba-tiba disegel oleh sejumlah warga yang mengatasnamakan dirinya dengan nama Forum Mesjid dan Mushola Duri Selatan.

Pemblokiran dilakukan lantaran massa menganggap kegiatan peribadatan jemaat tersebut telah melanggar ketentuan peraturan Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri. Namun, tak jelas pasal dan peraturan apa yang dianggap melanggar.

Aksi pemblokiran ini adalah aksi lanjutan setelah aksi unjuk rasa tanggal 15 Februari 2013 lalu. Perwakilan pengunjuk rasa menyampaikan sejumlah tuntutan. Berikut tuntutan dari massa pengunjuk rasa yang diterima oleh Romo Widyo :
1. Tidak boleh ada pembangunan
2. Tidak boleh mengajukan perubahan peruntukan.
3. Pemerintah tingkat manapun tidak boleh memberikan izin bila pihak pemohon mengajukan lagi
4. Pemerintah agar memberi pengarahan kepada pemohon untuk jangan pernah lagi mengajukan permohonan

Adanya informasi melalui pesan berantai yang menyatakan "Gereja di Tambora Mau Diserang" oleh kelompok radikal yang menamakan diri Forum Mesjid dan Mushola Duri Selatan ke Gereja Katolik Damai Kristus di Duri Selatan Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto.


Monday, March 25, 2013

Paus Francis Terpilih, Awan Malaikat Muncul di Florida

Awan ini menjadi heboh karena muncul satu jam setelah Vatikan mengumumkan Jorge Mario Bergoglio diangkat menjadi Paus Fransiskus.

TEMPO.CO, Florida - Sebuah awan berwarna jingga muncul di langit Florida Royal Beach, Amerika Serikat, beberapa jam setelah Jorge Mario Bergoglio muncul di muka publik Vatikan. Awan itu menjadi perhatian penduduk Florida karena bentuknya yang tak biasa, mirip dengan melaikat bersayap yang tengah meluncur ke atas langit.

Penampakan awan mirip malaikat itu diabadikan channel berita WPTV yang langsung mengunggahnya ke laman Facebook mereka. Dalam sekejap, berita itu telah menjalar ke pelbagai belahan dunia, seperti virus. (Lihat Foto Awan Berbentuk Malaikat Tampak Setelah Paus Baru Terpilih)

"Banyak orang yang menganggap penampakan itu sebagai wujud syukur atas terpilihnya Bergoglio," tulis Huffington Post, Kamis, 14 Maret 2013.

Sebelumnya juga pernah terjadi pemandangan yang unik, ketika Paus Benediktus XVI memutuskan untuk mundur dari jabatannya, cuaca di Vatikan yang tadinya cerah menjadi mendung dan tiba-tiba petir menyambar kubah St. Peter Basilika. Kini setelah Paus Fransiskus resmi terpilih, terlihat awan berwarna merah muda menyerupai malaikat, tampak di langit Florida, negara bagian yang terletak di sebelah tenggara AS.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/03/15/117467221/Awan-Malaikat-Wujud-Syukur-Bergoglio-Jadi-Paus

Kejadian sebelumnya, Petir menyambar Vatikan usai Paus Benediktus XVI nyatakan mundur
 

Saturday, March 23, 2013

Menuntut Keadilan, Puluhan Mahasiswa Katolik Malang Protes Pemerintahan SBY

Aksi Jalan Salib dari aktivis PMKRI Kota Malang, Jawa Timur, sebagai protes terhadap pemerintahan SBY-Boediono yang dinilai tidak memihak pada rakyat kecil.Jumat (22/03/2013)

MALANG, KOMPAS.com - Puluhan mahasiswa dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Kota Malang bersama aktivisi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Pasuruan, Jawa Timur menggelar aksi jalan salib memprotes pemerintahan SBY-Boediono yang dinilai kebijakannya tidak memihak rakyat kecil.

Aksi tersebut digelar di depan Balaikota Malang, Jumat (22/03/2013) dengan menggelar teatrikal prosesi jalan salib.

"Teatrikal prosesi jalan salib ini bentuk kecaman ketidakadilan yang dilakukan pemerintahan SBY-Boediono. Rakyat kecil yang menjadi korbannya," kata Ketua PMKRI Kota Malang, Matheus Naour, ditemui di sela-sela aksi.

Saat ini, jelas Matheus, masyarakat sudah sadar bahwa toleransi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

"Seharusnya pemerintah mendukung mediasi jika ada persoalan. Aksi ini didukung teman-teman aktivis PMII dari Pasuruan. Ini bukti toleransi luar biasa. Kedamaian yang patut dicontoh," katanya.

Soal teatrikal katanya, sebagai simbol protes ketidakadilan yang dilakukan pemerintahan SBY-Boediono saat ini.

"Kami membawa salib dalam aksi ini. Karena ketidak adilan sudah terjadi dimana-mana. Ini semua rezim SBY-Boediono," tegas Matheus.

Lebih lanjut Matheus mengatakan bahwa tuntutan aksi tersebut, mendesak kebijakan pemerintah harus lebih berorientasi pada kepentingan masyarakat kecil. Tegakkan keadilan hukum di Indonesia, wujudkan sistem hukum yang berkeadilan dan merata bagi setiap lapisan masyarakat.

"Segera menjatuhkan vonis pada koruptor sesuai berat- kesalahannya. Jangan biarkan koruptor berkeliaran di Indonesia. Harus junjung tinggi kehidupan berbangga sesuai dengan landasan pancasila dan amanat UU 1945. Serta tingkatkan solidaritas dan toleransi antar umat beragama," katanya.

Sementara itu, Makhfud Syawaludin, Ketua Komisariat PMII Universitas Universitas Yudharta Pasuruan menjelaskan, pihaknya sangat mendukung aksi dari aktivis PMKRI Kota Malang.

"Sudah seharusnya menentang ketidakadilan, penindasan korupsi di Indonesia. Pemerintahan SBY-Boediono saat ini tidak berpihak pada rakyat kecil," tegasnya.
 

Recent Post