Latest News

Showing posts with label neraka. Show all posts
Showing posts with label neraka. Show all posts

Sunday, November 20, 2011

Katekese tentang Siksa Kekal / Neraka menurut Katolik (bag. 2)



2. Jalan ke Neraka

Apabila kita mengetahui bahwa Tuhan telah mempersiapkan siksa yang wajar bagi para pendosa, maka kita dapat bertanya lagi: siapa saja yang masuk neraka dan karena dosa apa saja. Pada tempat yang pertama kali harus ditegaskan bahwa yang menghukum adalah Allah yang adil, Allah yang begitu bijaksana, baik dan belaskasih. Tidak ada satu makhluk pun diciptakan Tuhan untuk neraka dan tidak ada seorang pun dihukum tanpa dosa pribadinya. Neraka menurut kodratnya adalah suatu siksa. Tuhan hanya menolak mereka yang layak disiksa karena kesalahannya yang besar. Pendosa yang diceburkan ke dalam neraka mengerti bahwa ia menuai apa yang ditaburnya sendiri. Ia sudah berpaling dari Tuhan dan membelakangi Tuhan. Ia menolak pertobatan dan meninggal tanpa sesal.

Dikatakan pula bahwa murka Allah nyata dari Surga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia yang menindas kebenaran dengan kelaliman. (Rom 1:18). Dari Kristus sendiri kita mendengar bahwa mereka telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. (Yoh 5:29). Dan Santo Yakobus memberi peringatan bahwa dosa yang sudah matang akan melahirkan kematian. (Yak 1:15). Pikiran ini tersebar di seluruh Kitab Suci; dosa membawa kematian yaitu kematian jiwa dan badan; hanya kebenaran membawa kehidupan yang benar.

Kadang-kadang disebut juga macam dosa secara konkrit, dosa tidak percaya: Barangsiapa tidak percaya ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. (Yoh 3:18)

Tidak ada seorang terkutuk dapat berkata bahwa apa yang ia lakukan tidak seberapa beratnya. Juga Tuhan tidak dapat dipersalahkan karena Tuhan memberi rahmat yang cukup untuk mencapai kebahagiaan. Hanya kehendak jahat dari pihak pendosa membuat dia layak menerima siksa neraka.

Dosa menyesatkan orang lain: Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya pada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. (Mat 18:6). Santo Paulus sendiri menyusun suatu daftar perbuatan yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percederaan, roh pemecah belah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Lalu ia melanjutkan: terhadap semuanya itu aku peringatkan kamu bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah. (Gal 5:19-21). Dan pada saat perpisahan definitif antara orang yang baik dan orang yang buruk, dikatakan: Tinggal di luar, hai anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang sundal, orang pembunuh, penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dosa dan yang melakukannya. (Why 22:15). Bersama orang penakut, orang yang tidak percaya dan orang keji, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang bernyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua. (Why 20:8)

Setiap orang yang mati dalam keadaan berdosa berat masuk ke neraka, juga orang yang menamakan dirinya Kristen. Santo Paulus menasehati saudara-saudaranya di dalam iman agar mereka tidak menipu diri di dalam masalah ini. tidak tahukah kamu bahwa orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Kita harus mempunyai pengharapan yang kokoh kuat kepada Kristus tetapi kita juga harus selalu taat sesuai dengan perkataan Kitab Suci: Kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar. (Fil 2:12)

3. Pelaksanaan Siksa

Neraka berarti ketidakhadiran Tuhan dan siksa api. Siksa-siksa ini dirasakan oleh pendosa sesudah kematian, langsung dan tidak diulur-ulurkan. Neraka itu kekal sifatnya. Kitab Suci mempergunakan bahasa yang jelas untuk menandaskan kekekalan mereka. Pendosa diancam dengan siksa yang kekal (Mat 25:46), dengan api yang kekal (Mat 18:8), dengan hukuman kekal (Ibr 6:2); tidak ada ampun selama-lamanya karena ia berbuat dosa kekal. (Mrk 3:29)

4. Sifat Siksa

4.1 Kekal

Untuk mendapat pandangan yang lebih jelas mengenai semuanya itu, kita patut memiliki pengertian yang mendalam tentang kebesaran Tuhan dan tentang keburukan dosa. Mengapa siksa itu harus kekal? Baiklah kita mulai dengan berkata bahwa siksa itu harus kekal oleh karena dosa besar adalah kejahatan yang luar biasa. Pendosa memberontak terhadap Tuhan: ia menghina Tuhan dengan melanggar perintah Tuhan dan dengan melekatkan diri kepada salah satu makhluk seakan-akan makhluk inilah yang tertinggi nilainya dan tujuannya yang terakhir. Seringkali pendosa tidak secara terang-terangan membangkang terhadap Tuhan; tetapi perbuatannya adalah suatu penolakan terhadap Tuhan karena ia memandang makhluk ciptaan sebagai sesuatu yang paling utama; manusia pendosa mengkehendaki secara implisit agar tidak ada Tuhan yang melarang dosa.

Siksa itu kekal justru karena kesalahan pun kekal sifatnya. Seorang terkutuk tidak mendapat ampun selama-lamanya melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal. (Mrk 3:29). Dan kesalahan itu kekal karena yang terkutuk berpegang teguh pada kehendaknya yang jahat. Ia tidak akan bertobat karena ia tidak mau bertobat. Tuhan yang mahabaik dan mahabijaksana selalu siap dengan rahmat-Nya. Ia mengundang pendosa dan menantikannya tetapi sia-sia. Karena itu Tuhan menyiksa sesuai dengan keadilan-Nya.

4.2 Perbedaan

Walaupun para terkutuk kehilangan pandangan Tuhan dan walaupun mereka disiksa oleh api, namun ada perbedaan di dalam penderitaan. Tuhan itu adil dan ia tidak menghukum seorang pun lebih daripada yang patut diterimanya. Oleh karena kesalahan mereka berbeda-beda maka siksa pun berbeda-beda pula.

Kristus sendiri telah menyatakan itu ketika Ia berkata kepada yang tidak mau menerima pewartaan Para Rasul: Pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu. (Mat 10:15). Pada suatu kesempatan lain Kristus berkata:  Hamba yang tahu akan kehendak tuannya tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. (Luk 12:47)

Perkataan ini membuat kita menduga bahwa ada perbedaan yang sangat besar di dalam siksa oleh karena ada perbedaan yang besar pula di dalam kesalahan. Kita tidak mengerti apakah arti yang sebenarnya dari �banyak� dan �sedikit� itu. Yang pasti ialah bahwa makin banyak rahmat yang kita terima makin besar pula resiko yang dan tanggungjawab kita. Oleh karena itu kita dapat mendengarkan dari mulut Kristus sendiri: Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, daripadanya akan banyak dituntut dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, daripadanya akan lebih banyak lagi dituntut. (Luk 12:48). Ucapan Kristus ini mengajak kita untuk bermawas diri secukupnya dan sejujurnya.

oleh Pater H. Embruiru, SVD dalam buku Aku Percaya hlm. 183-186

Katekese tentang Siksa Kekal / Neraka menurut Katolik (bag. 1)



Keputusan Tuhan membawa perpisahan yang sangat radikal. Di dalam dunia ini yang baik dan yang buruk masih bercampur-baur. Yang buruk kelihatan di tengah yang baik sebagai ilalang di antara gandum. (Mat 13:25). Menang dan kalah silih berganti. Tetapi pada akhir zaman mereka dipisahkan; yang baik dikumpulkan dan yang buruk dibuang. Berlainan sekali dengan perkataan Kristus: Marilah kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, kedengaranlah suara: Enyahlah daripada-Ku hai kamu orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal. Dan mereka akan masuk ke tempat siksaan kekal, tetapi orang benar akan masuk dalam hidup yang kekal. (Mat 25:41-46).

1. Siksa Neraka

Kristus tidak mau menegaskan secara konkrit sifat-sifat yang sebenarnya daripada siksa neraka itu. Ia selalu menyesuaikan diri dengan kebiasaan setempat, juga dalam memilih kata-kata. Ia berbicara tentang dapur api (Mat 13:42), tentang api yang tak terpadamkan (Mrk 9:43).
1.1 Adanya siksa

Sang Penebus datang bukan untuk mengancam. Tugas-Nya ialah membawakan kabar gembira mengenai Kerajaan Allah. (Mat 4:23). Tidak semua orang menerimanya. Dan mereka yang menolaknya akan dibuang ke luar. Yohanes Pembabtis menerangkan: Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan ... setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (Mat 3:8-10). Dan Kristus sendiri berkata dalam suatu perumpamaan: Seperti ilalang dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api. Di sana akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. (Mat 13:44-46). Hal yang sama masih diungkapkan oleh Yesus dalam banyak perumpamaan lain: perumpamaan tentang pukat, di mana orang membuang ikan yang tidak baik. (Mat 13:48); lalu perumpamaan tentang perjamuan. Ketika para undangan menolak undangan dan menyiksa para hamba dan membunuhnya, murkalah raja; ia mengirim pasukan ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.(Mat 22:7). Tentang hamba yang tidak setia diberitakan bahwa tuan akan membunuh dia dan membuat senasib dengan orang munafik. (Mat 24:51). Aku tidak tahu darimana kamu datang, enyahlah dari pada-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan. (Luk 12:37). Bagi mareka yang tidak melaksanakan cintakasih, akan terdengar: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang yang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal. (Mat 25:41). Dan akhirnya, kesimpulan ringkas dari tugas yang diberikan Yesus kepada Para Rasul-Nya; pergilah ke seluruh dunia dan wartakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibabtis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. (Mrk 16:15-16).

Santo Paulus pun berbicara dengan jelas sekali. Pada waktu Tuhan Yesus dari dalam Surga menyatakan diri-Nya bersama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak menaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari  hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya. (2 Tes 1:7-9). Oleh karena itu, Rasul Paulus menasehati para pendosa dengan sangat: Oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada waktu  mana murka dan hukuman Tuhan yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang berbuat jahat, sebab Allah tidak memandang bulu. (Rom 2:5-11)

Allah yang belaskasihan-Nya tidak terbatas akan menghukum para pendosa yang tidak mau bertobat dengan hukuman berat di kehidupan yang lain.

1.2 Kehilangan Tuhan

Kalimat �Enyahlah daripadaKu, hai kamu orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal. (Mat 25:41)� mencakup dua masalah yaitu kehilangan Tuhan dan siksa api.
Para terkutuk tahu bahwa Tuhan ada: mereka juga tahu bahwa Ia adalah kebaikan yang tidak terhingga, tetapi mereka tidak memandang-Nya dan mereka tidak mencintai-Nya; mereka merasakan bahwa kebenaran, kebaikan dan keindahan yang tidak terkatakan itu menolak mereka dan membuang mereka. Selama mereka hidup di dunia mereka tidak mau tahu-menahu mengenai Tuhan; mereka menganggap Tuhan sebagai suatu halangan bagi kebahagiaan mereka; mereka mau hidup tanpa Tuhan; mereka mau hidup sesuka hatinya. Mereka tidak membutuhkan Tuhan dan sekarang juga mereka harus hidup tanpa Tuhan. Segala macam kegembiraan duniawi sudah hilang lenyap; mereka merasakan suatu kekosongan yang mengerikan. Bagaikan bayang-bayang kesemuanya itu berlalu, laksana kabar yang melintas dengan cepatnya, laksana asap yang dicerai-beraikan angin. Keb 5:11-14.

Mereka sangat merasakan kehilangan Tuhan. Kerinduan dasar dari jiwa mereka ingin memiliki Tuhan, kebenaran, kebaikan dan keindahan yang sempurna. Tetapi keinginan itu mengalami frustrasi terus-menerus. Sekarang mereka tahu bahwa Allah adalah kehidupan dari kehidupan mereka, tetapi mereka tahu juga bahwa mereka sudah terputus daripada-Nya. Mereka tahu bahwa mereka sudah hilang, ditinggalkan oleh Tuhan dan diusir oleh Tuhan. Pikiran kepada Tuhan tidak pernah melepaskan mereka; pikiran itu selalu menyiksa mereka dan mengejar mereka. Tetapi bukan itu saja. Kedukaan mereka tidak hanya terdiri dari kehilangan Tuhan. Mereka juga merasakan suatu kekosongan. Di dalam hatinya terdapat suatu kerinduan yang tidak terhapuskan akan kebenaran, kebaikan dan keindahan tetapi didorong oleh kehendak jahat mereka telah memilih kebohongan, ketidakbenaran dan keburukan.

Sebab dari kesemuanya itu ialah kehendak mereka yang telah memilih yang buruk. Di dalam mereka tidak ada bekas cintakasih. Kebajikan kepercayaan sudah mati di dalam mereka. Mereka masih menerima bahwa Tuhan itu ada tetapi sinar Tuhan tidak menyinari mereka. Ada lagi satu masalah khusus di neraka yaitu bahwa di sana tidak ada pengharapan lagi. Para terkutuk tahu bahwa mereka tidak mengharapkan lagi sesuatu. Tiap kesengsaraan akan lebih mudah terpikul apabila ada harapan di neraka. Tetapi pembuangan ini sifatnya kekal sehingga tidak terdapat harapan sama sekali.

Apabila kita meresapkan semuanya ini dan memperhatikan apa yang dilakukan oleh Tuhan yang mahabelaskasih terhadap para pendosa yang tidak bertobat, maka kita harus dapat berkata: Sungguh ngeri apabila jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup. (Ibr 10:31)

1.3 Api Neraka

Kitab Suci mempergunakan beberapa istilah untuk menyatakan siksa di neraka. Ulat yang tidak mati (Mrk 9:48), ratapan dan kertakan gigi (Mat 24:51); kegelapan yang paling gelap (Mat 8:12); lautan api dan belerang (Why 20:10); gua-gua gelap di mana malaikat berdosa ditahan (2 Pet 2:4); belenggu abadi di dalam dunia kekelaman (Yud 1:6); tempat penderitaan (Luk 16:28). Istilah yang paling banyak dipergunakan ialah:  api yang tidak terpadamkan, api kekal. (Mrk 9:44). Tuhan hendak menyampaikan kepada kita siksa neraka melalui pengertian api.

Kita tidak mengetahui sifat dan cara kerja api tersebut. Kita hanya dapat mengatakan bahwa di samping kehilangan Tuhan, masih ada lagi satu makhluk yang menyiksa para terkutuk, dan makhluk itu dinyatakan dalam istilah api. Dunia pengertian kita tidak dapat menggambarkan siksa ini lebih baik daripada api. Tidak ada gunanya menanyakan bagaimana api ini menyiksa jiwa dan bagaimana badan-badan di neraka menyala tanpa menjadi hangus. Suatu tabir rahasia menyelubungi semuanya itu dan kita tidak mampu mengungkapkannya.

oleh Pater H. Embruiru, SVD dalam buku Aku Percaya hlm. 180-183

Katekese tentang Siksa Kekal / Neraka menurut Katolik (bag. 2)

Recent Post