Latest News

Showing posts with label kematian. Show all posts
Showing posts with label kematian. Show all posts

Thursday, April 5, 2012

Katekese Tentang Pemakaman Kristus


Pemakaman Kristus (sumber: Catholic Harbor of Faith and Morals)

Yesus wafat. Setan dan musuh-musuh-Nya merasa puas. Kematian-Nya begitu ngeri dan sekarang Ia tidak berbahaya lagi. Tetapi sejak saat itu, kelihatanlah tanda-tanda ilahi yang hanya dapat dimengerti oleh mereka yang mau mengerti.

Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal, bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari kubur lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang. (Mat 27:51-53). Kejadian-kejadian ini meninggalkan kesan yang mendalam. Kepala pasukan yang mengatur penyaliban mengalami kesan yang sama. Ketika ia berdiri berhadapan dengan Yesus dan melihat bagaimana Ia mati, berkatalah ia: �Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.� Mrk 15:39. Juga serdadu-serdadu dan masyarakat umum sangat terkesan terhadap segala kejadian yang mereka alami. Tetapi para anggota Sanhedrin tetap bersikap keras pada pendiriannya.


Santo Yohanes menceritakan tentang apa yang terjadi dengan tubuh Yesus ketika Ia masih bergantung di salib. Para anggota Sanhedrin merasa cemas akan kemungkinan bahwa ketiga orang itu masih tetap bergantung di salib sampai keesokan harinya, yaitu hari raya Paskah. Mereka mengharapkan bahwa ketiganya sudah meninggal sebelum matahari terbenam dan sudah diturunkan. Karena itu, mereka minta kepada Pilatus supaya memperkenankan crurifragium, artinya pematahan tulang-tulang agar kematian dapat dipercepat. Pilatus menyetujuinya dan mengirim sekelompok serdadu untuk melaksanakannya. Mereka mematahkan kaki kedua orang itu. Tetapi ketika mereka datang kepada Yesus, mereka melihat bahwa Ia sudah mati. Karena itu, mereka tidak mematahkan kaki-Nya; tetapi seorang serdadu menikam lambung-Nya dengan tombak. (Yoh 19:33-34)

Yohanes memperhatikan kejadian ini, karena ia berkata: �Segera mengalirlah darah dan air. Dan orang yang melihat hal itu sendiri memberi kesaksian ini dan kesaksiannya itu benar, dan ia tahu bahwa ia berkata benar, supaya kamu pun percaya juga. Hal itu terjadi supaya genaplah yang tertulis di dalam Kitab Suci: Tidak ada satu tulangpun daripada-Nya akan dipatahkan. Dan ada pula nas yang mengatakan: Mereka akan memandang Dia yang telah ditikamnya. Yoh 19:35-37

Yohanes melihat di dalam semuanya itu suatu pertemuan berbagai peristiwa yang dapat memperkuat kepercayaan kita. Ia melihat bahwa ramalan para nabi dipenuhi dengan kejadian itu. Tulang-tulang domba paska yang malam itu juga harus dimakan, tidak boleh dipatahkan. Tulang-tulang Yesus juga tidak dipatahkan. Selanjutnya, diramalkan juga bahwa Israel akan memandang kepada Mesias yang telah ditikamnya. (Zak 12:10). Yohanes menyaksikan bahwa hal ini pun terpenuhi pada saat-saat terakhir. Gereja Katolik selalu merenungkan kejadian yang penuh rahasia ini. Gereja Katolik ingat akan cintakasih Yesus, yang walaupun sudah wafat masih mencurahkan darah-Nya untuk kita. Itulah darah cintakasih-Nya, karena mengalir dari hati-Nya. Gereja Katolik juga melihat dalam kejadian ini awal mula kelahirannya sendiri. Kehidupannya mengalir dari kematian Yesus. Darah dan air yang mengalir dari lambung Yesus adalah lambang Gereja Katolik. Sebagaimana Hawa dibentuk dari Adam yang sedang tidur, demikian pula Gereja Katolik dibentuk dari Adam kedua yang mati tertidur di salib. Air dan darah adalah lambang Sakramen Pembaptisan dan Ekaristi, dua sakramen yang membangun Gereja.

Para Penulis Injil menceritakan juga bagaimana Yesus diturunkan dan dimakamkan. Upacara penurunan Yesus dilakukan dengan khidmad dan Yesus mendapatkan suatu pemakaman yang terhormat.

Dua anggota Sanhedrin yang kaya-raya dan terpandang telah mengatur semuanya itu. Keduanya adalah orang asing dan mereka termasuk pengikut Yesus secara rahasia. Yusuf Arimatea belum dikenal sama sekali, Nikodemus pernah datang kepada Yesus pada malam hari. (Yoh 19:39). Tetapi keduanya itu, Yusuf Arimatea dan Nikodemus, belum menunjukkan kepercayaannya secara positif. Mereka tidak setuju dengan keputusan dan tindakan mahkamah agama. Luk 23:51. Dan Nikodemus pernah mengatakan bahwa seorang tidak boleh dihukum kalau perkaranya belum didengar. Yoh 7:51. Tetapi  sekarang mereka berusaha kerasa agar memakamkan Dia dengan hormat, Dia yang telah dihukum mati oleh penguasa Yahudi dan Romawi.

Pilatus memberi izin agar tubuh Yesus diturunkan dan dimakamkan. Segala sesuatu harus dikerjakan secara cepat supaya selesai sebelum sabat mulai, sekitar matahari terbenam. Tubuh Yesus diperlakukan dengan hormat. Sebagaimana biasa tubuh itu dibungkus dengan kain linen dan rempah-rempah yang banyak, kira-kira 100 pon, disiram di dalam pekuburan dan dimasukkan di antara kain-kain. Untunglah bahwa pekuburan sudah ada. Kubur itu digali di dalam bukit batu. Kubur itu masih baru, milik Yusuf Arimatea, dan belum satu mayatpun yang dibaringkan di dalamnya. Di sanalah Yesus dimakamkan dan di muka pintu makam ditempatkan sebuah batu besar.  Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal duduk di situ di depan kubur (Mat 27:61), dan melihat di mana Yesus dibaringkan. (Mrk 15:47)

Bagaimana dengan ibu Yesus? Tidak ada sepatah katapun yang kita peroleh tentangnya. Ia tidak dicantumkan dalam kelompok wanita yang duduk di depan kubur. Mungkin Yohanes telah membawanya ke rumahnya setelah Yesus meninggal. Mungkin juga bahwa ia masih memangku mayat Puteranya ketika diturunkan. Yang pasti ialah bahwa ia mengalami kedukaan yang mendalam. Ia-lah yang paling mesra mencintai Yesus, ialah yang paling erat berhubungan dengan Yesus, ia jugalah yang paling hebat menderita.

Masih ada satu kelompok manusia yang perlu diperhatikan yaitu musuh-musuh Yesus, anggota Sanhedrin. Bagaimanakah reaksi mereka? Sudah pasti mereka gembira dan puas. Riwayat Yesus telah mereka tamatkan dan sekarang mereka boleh merasa lega. Tetapi masih ada satu bahaya bagi mereka. Mereka masih ingat bahwa Yesus pernah meramalkan kebangkitan-Nya.

Apakah tidak mungkin bahwa para murid mengambil mayat-Nya secara diam-diam, lalu menyebarluaskan bahwa Ia sudah bangkit? Oleh karena itu, mereka minta izin dari Pilatus untuk menempatkan pengawal di dekat kubur dan untuk memeteraikan kubur itu. Sayang sekali karena mereka tidak mengerti bahwa perbuatannya itu hanya merupakan argumen yang kuat bagi kebenaran kebangkitan Yesus.

Pater H. Embuiru, SVD. �Aku Percaya� hlm. 98-100

reposted by Indonesian Papist. Pax et Bonum

Friday, November 18, 2011

Arti Kematian Kristen


Oleh Pater Herman Embruiru, SVD


Titik Akhir Kehidupan. Di dalam kehidupan manusia tidak ada sesuatu yang begitu mengajak kita berpikir-pikir daripada kematian. Tidak ada yang begitu goyah daripada kemewahan dan kesehatan. Seringkali kita berkenalan dengan kematian, yang  biasanya mengacaukan kehidupan kita sendiri. Tiap peristiwa kematian mempunyai bahasanya sendiri terhadap kita pribadi, karena manusia yang masih hidup dan sehat mengerti bahwa ia solider dengan seluruh umat manusia yang harus mati. Anggota tubuh yang sekarang ini masih kokoh kuat dan menjalankan fungsinya dengan baik, wajah yang indah ini, akan hilang lenyap.

Kematian sangat mengerikan bagi kodrat kita, dalam arti kata yang sebenarnya. Apabila kematian tiba, kodrat kita merasa takut dan gemetar karena kita masih ingin hidup. Kematian adalah pemusnahan kehidupan, pemecahan dari kesatuan yang hidup dari manusia itu sendiri. Di samping itu timbul pula pertanyaan yang menakutkan: Apakah yang akan terjadi sesudah itu? Manusia gemetar melewati pintu gelap gulita itu untuk sampai ke tempat di mana belum ada seorang pun yang pulang kembali. Pikiran kita tidak dapat mengatakan yang jelas tentang kehidupan di balik dinding kematian.

Akibat Dosa. Iman kita juga mengajarkan kita tentang asal mula kematian itu. Dari wahyu, kita mengetahui bahwa kematian tidak termasuk dalam rencana asaliah Tuhan. Sebelum manusia mengacaukan keadaan dengan dosa, sebelum itu belum ada kematian. Dosa adalah sebab utama dari kematian. Kematian telah masuk ke dalam dunia oleh dosa. Kematian telah menjalar kepada semua orang karena semua orang telah berbuat dosa. (Rom 5:12). Kematian tidak dibuat oleh Allah dan Ia pun tidak bergembira atas kemusnahan yang hidup. Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan tetapi kedengkian setan telah memasukkan kematian ke dalam dunia. (Kebijaksanaan Salomo 2:23-24). Karena kesalahan pribadi maka manusia sendiri bertanggungjawab atas kematian; kematian adalah siksa yang adil dari pihak Tuhan untuk dosa yang dilakukan oleh manusia.

Di kayu salib, Kristus telah mengalahkan segala kekuatan yang bertentangan dengan Allah. Ia telah melemparkan penguasa dunia ini ke luar. (Yoh 12:31). Ia telah menghapuskan surat hutang kita dengan darah-Nya (Kol 2:14) dan telah mematahkan kuasa maut (2 Tim 1:10). Tetapi bersama itu tidak dikatakan bahwa sekarang tidak ada lagi dosa dan kematian di atas dunia ini. Salib Kristus adalah sebab universal dari pada kebahagiaan kita; itulah kekuatan yang membuat setiap orang dapat memperoleh pengampunan dan kehidupan. Setan sudah kalah, tetapi perjuangan berlangsung terus selama sejarah umat manusia dari turunan yang satu ke turunan yang lain. Selama ada manusia baru, selama ada turunan dari Adam lama, firdaus tidak akan kembali. Dan selama kekuatan dosa masih ada, selama itu kematian juga masih ada. Karena itu semua orang akan mati dalam persekutuan dengan Adam (1 Kor 15:22) dan karena itu juga kematian adalah musuh terakhir yang dibinasakan. (1 Kor 15:26)

Pembersihan. Kematian masih mempunyai suatu arti yang lebih mendalam bagi kehidupan manusiawi. Kehidupan adalah jalan menuju Allah. Tetapi di dalam kodrat kita yang sudah dicemari oleh dosa terdapat banyak rintangan. Untuk dipersatukan lagi dengan Allah dibutuhkan kemurnian hati yang besar. Seluruh kehidupan harus merupakan suatu proses pembersihan. Pembersihan yang terus menerus ini adalah mutlak perlu. Fase yang terakhir dan yang menentukan di dalam proses ini adalah kematian. Kematian berarti perpisahan dari segala yang fana.

Kelahiran Baru. Seorang Kristen memandang kematian bukan sebagai titik akhir, tetapi sebagai titik mula. Memang, kematian mengakhiri banyak hal: kenikmatan duniawi, kekayaan duniawi dan kehormatan duniawi; semuanya itu berakhir untuk selama-lamanya. Bagi mereka yang tidak merindukan sesuatu yang lain dan bagi mereka yang tidak mengharapkan sesuatu sesudah kehidupan ini, kematian merupakan suatu bencana. Tetapi seorang Kristen memandang kematian sebagai suatu kelahiran untuk kehidupan baru. Baginya kematian merupakan perpisahan yang menyedihkan dari sekian banyak hali yang begitu berkenan kepadanya. Tetapi ia tahu juga bahwa ia menuju ke suatu kehidupan yang lebih baik, suatu kehidupan penuh terang, kegembiraan dan kebebasan. Jikalau dipandang demikian, maka kematian adalah sesuatu yang baik, sesuatu yang patut diterima dan tidak boleh ditolak. Seorang Kristen harus merindukannya di dalam Kristus. Dan apabila seluruh kehidupan kita di dunia ini dapat disimpulkan dalam satu perkataan ialah perkataan Kristus, maka kematian adalah suatu keuntungan. (Fil 1:21)

Persamaan dengan Kristus. Kita mati bersama Kristus. Kematian tidak hanya pintu yang menghantar kita ke sesuatu yang lebih baik bagi kita secara pribadi. Kematian juga adalah suatu persatuan yang khusus dengan Kristus. Pikiran ini memberi semangat dan penghiburan. Bagi seorang Kristen tidak ada yang lebih baik daripada hidup bersama Kristus. Dengan demikian kematian Kristiani mempunyai sifat khas. Di mana Aku berada, di situ pelayan-Ku akan berada. (Yoh 12:26). Sebelum Kristus masuk ke dalam kemuliaan-Nya, Ia tergantung di salib. Bukankah Kristus harus menderita semuanya itu untuk masuk dalam kemuliaan-Nya? (Luk 24:26). Demikianlah jalan yang harus dilalui seorang Kristen. Setiap anggota menerima nasib dari kepalanya. Di dalam kepahitan kematian, tersembunyi kemanisan yang benar. Masih ada suatu rahasia di dalam kematian Kristen. Kematian Kristus tidak hanya bermanfaat bagi Diri-Nya sendiri, tetapi juga bagi kebahagiaan dunia. Kematian seorang Kristen harus mengambil bagian dalam kematian Kristus. Kematiannya harus bermanfaat bukan untuk dirinya sendiri, penghapusan dosa dan penerimaan kehidupan baru, tetapi juga berguna bagi orang lain. Dan sebagaimana kematian menjadi jalan menuju kepada kebahagiaan dan kemuliaan, demikian pula kematian kita adalah titik akhir pembuangan kita di dunia ini dan pengantar kita ke rumah Bapa yang ada di Surga.


Sumber: Aku Percaya hlm. 164-166

Recent Post