Latest News

Showing posts with label Konversi ke Katolik. Show all posts
Showing posts with label Konversi ke Katolik. Show all posts

Thursday, August 16, 2012

Kisah Uskup Pavlos Meletiev (1880-1962): Dari Uskup Ortodoks Rusia menjadi Uskup Katolik Rusia

Kisah Uskup Pavlos Meletiev (1880-1962): Dari Uskup Ortodoks Rusia menjadi Uskup Katolik Rusia (Ortodoks Rusia Dalam Persatuan Dengan Roma)

Dari Solovetski ke Roma, Kisah Seorang Peziarah Rusia

Bukan rahasia umum lagi bahwa Gereja Ortodoks Rusia � entah itu yang berada dalam yurisdiksi Kepatriarkan Moskow maupun yang berada dalam yurisdiksi ROCOR (Russian Orthodox Church Outside Russia � Gereja Ortodoks Rusia di luar Rusia) � memiliki sentimen negatif terhadap Gereja Katolik. Bahkan ada pula yang mengatakan Gereja Ortodoks Rusia itu anti-Katolik. Namun, di balik itu, sejarah mencatat terjadinya konversi (perpindahan) kaum tertahbis dan kaum awam Ortodoks Rusia ke dalam Gereja Katolik, secara khusus ke dalam Gereja Katolik Rusia.


Gereja Katolik Rusia adalah salah satu dari 22 Gereja Katolik Timur yang bersatu dengan Roma. Secara umum, Gereja Katolik Rusia berbagi tradisi yang sama dengan Ortodoks Rusia. Gereja Katolik Rusia saat ini memiliki umat sebanyak 3.500 orang di diaspora dan saat ini tidak memiliki hierarki. Evangelisasi Rusia berawal dari Pembabtisan St. Olga (905) dan St. Vladimir (988). Skisma Besar 1054 menyebabkan Gereja Ortodoks Rusia berkembang. Gereja Katolik Timur adalah ilegal di Rusia sampai tahun 1905. Setelah Edict dari Tsar Nikolas II pada tahun itu, beberapa komunitas kecil Katolik Timur terbentuk. Eksarkat Apostolik kemudian didirikan di Rusia (1917) dan China (1928) untuk Imigran Rusia. Kedua eksarkat ini sekarang berada pada kondisi sedevacante (tahta kosong) karena hingga sekarang tidak ada satu pun uskup yang ditunjuk sebagai eksark bagi kedua eksarkat ini. Di samping itu, sekarang ada dua Paroki Katolik Rusia di Amerika Serikat, satu di Australia dan satu di Kanada.

Salah seorang kaum tertahbis Ortodoks Rusia yang pindah menjadi Katolik Rusia adalah Uskup Pavlos (Pavel) Meletiev.
Uskup Pavlos Meletiev (sumber: fedorstratilat.ru)
Pavlos Meletiev lahir pada tanggal 2 November 1880 (15 November 1880 berdasarkan Revue des Ordinations �piscopales, Issue 1943, Number 43) di Archangelsk di Rusia bagian utara. Ayahnya adalah seorang diakon Ortodoks Rusia. Pada usia muda, dia masuk biara Ortodoks Rusia yang bernama biara Solovetski. Biara tersebut terletak di sebuah kepulauan yang berada di Laut Putih. Pada tahun 1909, dia ditahbiskan menjadi hierodeacon (Diakon Biarawan) dan kemudian ditahbiskan menjadi hieromonk (Imam Biarawan) pada tahun 1910. Kemudian dia diangkat pula menjadi Igumen (Abbas � Kepala Biara) dan menjadi misionaris di Rusia Utara sesuai permintaan Uskup Archangelsk. Terkenal akan devosi dan karya misinya yang bersemangat, biarawan ini ditangkap pada tahun 1920 oleh kaum Bolshevik sesudah revolusi di Rusia pada tahun 1917 dan ia divonis hukuman mati. Penyelenggaraan Ilahi melindunginya dari hukuman mati tersebut dan Igumen Pavlos akhirnya divonis 5 tahun kerja paksa. Setelah bebas, Igumen Pavlos berkenalan dengan Uskup Ioasaph (Vikar-Uskup Maloyaroslavets) dan Uskup Pavlin (Uskup Kaluga). Igumen Pavlos membantu kedua uskup ini dalam pelayanan mereka dan mewarta di Moskow, Serpukhov dan Kaluga. Igumen Pavlos menemukan banyak uskup dan imam yang selamat memilih berkompromi dengan Penguasa Soviet yang ateis. Ia menolak untuk berkompromi dengan Penguasa Soviet dan berujung pada penangkapannya kembali pada tahun 1931 dan ditahan di Butyrki. Biaranya sendiri telah ditutup dan kompleks kepulauan Solovetski berubah menjadi penjara dengan keamanan maksimum. Ia kemudian dikirim ke gulag(tempat kerja paksa), kali ini selama 7 tahun di Kamp Siberia di Karaganda (sekarang masuk ke wilayah negara Kazakhstan). Rahmat Allah bagaimanapun juga tetap bersama dia. Igumen Pavlos berhasil bertahan dari kesusahan ini dan kemudian berkarya sebagai imam bawah tanah (Catacomb Priest) sejak tahun 1937 hingga tahun 1941 saat Belarusia telah diduduki Pasukan Jerman.

Pasukan Pendudukan Jerman di Belarusia, seperti yang telah dilakukan di Ukraina, mengizinkan pembukaan kembali gereja-gereja dan pembaharuan kehidupan gereja. Jerman memberikan ruang bebas bagi berdirinya Gereja yang kemudian dikenal sebagai Gereja Otonom Ortodoks Belarusia. Igumen Pavlos membantu pembaharuan kehidupan gereja di daerah Smolensk, Briansk dan Mogilev. Gereja Otonom Ortodoks Belarusia secara teknis berada di bawah yurisdiksi Kepatriarkan Moskow meskipun tidak ada kontak yang nyata antara Gereja Belarusia dengan Kepatriarkan Moskow. Hal ini karena Pasukan Pendudukan Jerman melarang adanya komunikasi atau hubungan antara Gereja Belarusia dengan Kepatriarkan Moskow yang dikendalikan kaum Bolshevik Rusia. Meskipun demikian, Gereja Belarusia tetap menjalin komunikasi dan kerjasama dengan Gereja Ortodoks Rusia di luar Rusia (ROCOR) yang relatif bebas dari pengaruh kaum Bolshevik Rusia.

Pada Oktober 1943, diadakan konsili Para Uskup ROCOR di Vienna, Austria. Alasan utama konsili ini adalah deklarasi bahwa Pemilihan Metropolitan Sergey sebagai Patriark Moskow dan Seluruh Rusia adalah batal dan tidak sah. Pada konsili ini, Jerman mengizinkan para hierarki Gereja Belarusia untuk hadir yang kemudian meneguhkan hubungan kerjasama antara Gereja Otonom Belarusia dengan ROCOR. Pada tanggal 7 Oktober 1943, Igumen Pavlos ditahbiskan menjadi Uskup Roslavl�sk, vikar (wakil) bagi Uskup Stefan (Uskup Smolensk dan Briansk). Konsekrasi Igumen Pavlos sebagai uskup dilakukan di Katedral Minsk (Belarusia), dipimpin oleh Metropolitan Panteleimon berkonselebrasi dengan Uskup Agung Filofei dan Uskup Venedikt.

Pada Juni 1944, seluruh hierarki Gereja Otonom Belarusia bersama umatnya diri ke Jerman saat Pasukan Rusia mulai memukul mundur Pasukan Jerman dari Belarusia. Uskup Pavlos dan saudarinya yang juga seorang biarawati, Mother Igumena (Kepala Biara Perempuan) Serafima, juga ikut melarikan diri dari Belarusia. Pada pertemuan Desember 1944, Metropolitan Panteleimon menegaskan bahwa satu-satunya tindakan yang mungkin untuk menyelamatkan Gereja Belarusia adalah bersatu dengan ROCOR. Uskup Pavlos setelah melakukan perjalanan melintasi Cekoslovakia, Austria dan Jerman; akhirnya tiba di Munich untuk meminta bantuan kepada Metropolitan Anastassy dari ROCOR. Namun, selama pengasingan dari Belarusia, Uskup Pavlos perlahan-lahan - melalui doa-doa dan studi � percaya akan perlunya bersatu dengan Paus Roma dan Gereja Katolik. Uskup Pavlos � secara terpisah � sampai kepada kesimpulan yang sama dengan yang dicapai Uskup-martir Varfolomey Remov(mantan wakil Metropolitan Peter, pengganti sementara Patriark Tikhon dari Rusia) yang mengalami delapan belas bulan penyiksaan untuk membuat dia meninggalkan pertobatannya ke dalam Gereja Katolik dan untuk memaksanya kembali ke dalam Gereja Ortodoks Rusia sebelum akhirnya ia ditembak mati di penjara Butyrky pada 1 Agustus 1935.

Pada April-Mei 1946, Konsili ROCOR diselenggarakan di Munich. Hierark dari Gereja Otonom Ortodoks Belarusia dan Ortodoks Ukraina diterima ke dalam persatuan dengan ROCOR. Selama sebuah sesi konsili, setelah semua uskup Belarusia (kecuali Uskup Pavlos) diterima secara resmi ke dalam ROCOR; Uskup Pavlos kemudian diberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai kecenderungannya untuk bersatu dengan Gereja Katolik. Pertanyaan-pertanyaan yang dikeluarkan kemudian berubah menjadi pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyenangkan dan sama sekali tidak welcome. Uskup Agung Venedikt dari Gereja Otonom Belarusia bahkan mempertanyakan �Apakah kamu seorang Ortodoks?�kepada Uskup Pavlos dan Uskup Agung Venedikt juga berkata kepada konsili �Bila dia (Uskup Pavlos) bukan Yudas [Iskariot], saya akan senang hati menyambut Uskup Pavlos.� Uskup Pavlos berkata bahwa bila dia memasuki persatuan dengan Paus Roma, hal ini tidak banyak berarti dan Ia tetap seorang Ortodoks Rusia namun dalam persatuan dengan Paus Roma (dengan kata lain Russian Orthodox in communion with Rome). Akhirnya Uskup Pavlos berkata �Saya butuh berdoa� dan kemudian walk out dari konsili tersebut.

Selanjutnya, Uskup Pavlos menerima bantuan dan pertolongan dari Uskup Katolik bernama Uskup Michael Buchberg, seorang uskup berkebangsaan Jerman. Dan pada tanggal 21 September 1946, Uskup Pavlos bersama dengan saudarinya, Mother Igumena Serafima, dengan rendah hati membuat pernyataan iman bahwa mereka mengakui dan mengimani Iman Katolik kepada utusan Paus, Kardinal Tisserant. Uskup Pavlos bersama Mother Igumena Serafima diterima ke dalam Gereja Katolik dan Paus Pius XII mengangkat Uskup Pavlos sebagai Uskup Tituler Heracleopolis Magna pada tanggal 26 Oktober 1946. Uskup Pavlos menyatakan, �Ketaatan saya kepada Gereja Universal, dipersatukan dengan Tahta Apostolik Suci Roma bagi saya adalah sukacita terbesar saya selama pengasingan dan langkah terpenting dalam pelayanan saya bagi Kristus, Gereja dan Tanah Air.�

Uskup Pavlos menghabiskan waktunya di Roma dan dengan mengunjungi berbagai pusat keberadaan umat Katolik Rusia (umat Katolik Rusia sering menyebut diri mereka Ortodoks Rusia dalam persekutuan dengan Roma), secara khusus di Jerman dan Belgia. Intensi yang mendominasikan seluruh doa dan matiraga di tahun-tahun terakhir hidupnya adalah pertobatan orang-orang Rusia ke dalam Gereja Katolik. Mungkin peristiwa yang paling penting dalam hidupnya adalah memimpin peziarahan sekitar 500 umat Katolik Rusia ke Roma dan Fatima dalam Tahun Suci 1950-1951 yang diakhiri dengan Misa Agung Pontifikal yang ia sendiri nyanyikan dan rayakan dalam ritus Bizantium-Rusia di hadapan orang-orang yang berkumpul di Fatima.
Uskup Pavlos Sedang Merayakan Misa Agung Pontifikal di Fatima (sumber: holyunia.blogspot.com)

Di Roma, di mana para peziarah Rusia membantu perayaan sukacita yang menandai pendeklarasian Dogma Bunda Maria Diangkat ke Surga, Uskup Pavlos menyerahkan petisi kepada Paus atas nama dia sendiri, Uskup Agung Evreinov (uskup Ortodoks Rusia lainnya yang berpindah menjadi Katolik) dan seluruh umat Katolik Rusia meminta kepada Paus agar melakukan: �Konsekrasi khusus negara kami, Rusia, yang telah menderita begitu banyak kepada Santa Maria Ratu Dunia, yaitu kepada hatinya yang keibuan dan tanpa noda yang tertusuk oleh pedang... pembebasan negara kami, diikuti dengan [pembebasan] seluruh dunia dari perbudakan Bolshevisme yang mengerikan yang tidak dapat diperoleh dengan kekuatan persenjataan dan uang... perjuangan melawan Allah dan Gereja yang kudus oleh Bolshevik yang tidak dipimpin oleh kekuatan manusia belaka. Kekuatan yang mereka (kaum bolshevik) miliki bersumber pada iblis sendiri dan roh kegelapan. Yang jahat adalah iblis yang mengangkat kemunculan ateisme Marxis-Bolshevik dan kekuatan yang dapat mengalahkan ini adalah Ratu Kita dan pelindung kita, Bunda dari Allah kita... Tetapi siapa yang dapat membuat konsekrasi ini atas nama Rusia yang telah dinajiskan dan diperbudak? Kami melihat hanya satu solusi, dan kami mengekspresikannya dengan permintaan kami yang sederhana. Kami meminta supaya konsekrasi ini dilakukan oleh Wakil Kristus di dunia; Pengganti Pangeran Para Rasul, Petrus; Paus Pemimpin Gereja Universal; Paus Roma.�

Uskup Pavlos Si Pendoa ini kemudian meninggal segera setelah mengalami kecelakaan ditabrak oleh mobil di Belgia pada tanggal 19 Mei 1962.

Referensi:
2. Bishop Pavlos Meletiev

Lihat juga:

Pax et Bonum


Monday, February 20, 2012

Kesaksian: Mewartakan Kristus Yang Tersalib (Dari Islam ke Katolik)

Pengantar: Artikel berikut ini adalah terjemahan bebas dari kesaksian seorang Katolik eks-Islam dan eks-Protestan bernama Daniel Ali dari pamflet Pope John Paul II Society of Evangelist nomorI352. Daniel Ali bersama dengan seorang Katolik lainnya bernama Robert Spencer menulis sebuah buku berjudul Inside Islam: A Guide for Catholics yang diterbitkan di Amerika Serikat. Buku ini diberi kata pengantar oleh Pater Mitch Pacwa, SJ, seorang imam terkenal di Amerika Serikat. Selamat membaca kisah dan kesaksian hidup Daniel Ali!

Mewartakan Kristus Yang Tersalib

Oleh Daniel Ali

Pada tahunN1959, saya lahir di dalam sebuah keluarga Islam, di Kurdistan, Irak Utara. Saya adalah anak kelima dari sebuah keluarga besar. Kebudayaan Arab dan Agama Islam adalah pengaruh-pengaruh yang dominan di dalam bangsa Kurdi. Saya memulai pelajaran resmi mengenai Arabia pada usiaD12 tahun. Seiring waktu pada saat saya berusiaO16 tahun, saya menulis puisi dalam Bahasa Arab, beberapa di antaranya diterbitkan di awalN1976.


Aktivitas politik saya dalam Oposisi Kurdi melawan Saddam Hussein mengisi sebagian besar kehidupan dewasa saya di Irak. Saddam Hussein, dalam salah satu dari banyak serangannya kepada Bangsa Kurdi, memindahkan dengan paksa populasi besar Kurdi dari kampung halaman mereka, menyingkirkan mereka ke bagian lain dari negeri [Irak], untuk mengambil alih dan mengamankan kontrolnya atas lapangan-lapangan minyak orang Kurdi. Hal ini mulai pada tahunE1975, usaha aktif saya untuk membebaskan bangsa Kurdi dan untuk menyatukan mereka secara politik. Karena hal ini, saya dipenjara dan disiksa beberapa kali di tangan Saddam Hussein. Penyiksaan ini saya pandang sebagai �keberuntungan� ketika tentara Saddam menginvasi Kurdistan dan menghilangkan banyak nyawa pejuang Kurdi.  Beberapa kali Allah menyelamatkan saya dari kematian; oleh keputusan hakim, oleh hujan bom kimia di atas kaum Kurdi, oleh hampir tenggelam, dan oleh luka penyiksaan serius. Bagaimanapun juga, saya kala itu tidak mengakui bahwa itu semua adalah campur tangan Allah. Saya melanjutkan perjuangan pembebasan saya, seringkali menghabiskan beberapa waktu di pegunungan, menderita kedinginan dan kelaparan, ketakutan dan kaum saya diabaikan oleh negara-negara di dunia. Pada tahunS1988, saya melihat banyak teman-teman saya tercinta meninggal dalam horornya serangan kimia di atas kota Halabja. Saya mulai memahami kelemahan manusia dalam dosanya dan keputusasaan dalam hidup tanpa campur tangan dan perlindungan Allah.

Sejak tahap awal kehidupan saya, saya tertarik dengan cara hidup orang Kristen terutama karena kenangan pertama saya akan tetangga Kristen kami. Banyak dari mereka adalah contoh yang indah akan adanya kasih Kristus. Mengingat mereka membuat saya menyadari bahwa Allah memanggil saya kepada-Nya, bahkan sejak masa kecil saya. Suatu hari, seorang Kristen Armenia berkesempatan untuk memberikan saya sebuah buku mengenai martir-martir Gereja Perdana. Saya membacanya dan terinspirasi untuk hidup dan meninggal bagi kebebasan kaum saya, Kurdi. Saya punya keinginan besar untuk membaca selama masa mudaku, dan saya banyak membaca buku teologi, filsafat dan sejarah. Saya menjadi fasih berbahasa Inggris, membaca karya Voltaire, Hegel, Dickens, dan beberapa nama lainnya. Akhirnya saya melanjutkan mempelajari orang-orang besar dari iman Kristen dengan rajin, St Thomas Aquinas di antaranya. Dengan penyelidikan yang konsisten dan perbandingan teologi Islam dan Kristen, saya mengakui kebenaran agama Kristen pada awalI1982. Tapi hal ini masih merupakan sebuah pengakuan intelektual saja. Saya mengakui Yesus adalah Mesias, tetapi saya tidak mengenal Dia secara pribadi.

Setelah Perang Teluk Pertama, saya menikahi Sara, seorang Kristen Amerika. Saya memberitahu dia bahwa saya percaya Yesus adalah Mesias, tetapi mengingatkan dia supaya dia tidak mencoba untuk mengonversi (mempertobatkan) saya ke dalam agamanya. Saya melakukan hal ini meskipun kenyataan bahwa saya mengakui percaya bahwa Yesus adalah Allah. Muslim memahami istilah-istilah ini sungguh berbeda dari Kristen. Dia (Sara, red) tahu bahwa hal ini adalah sebuah kesepakatan besar, dan selama dua tahun berikutnya, kami menahan semua badai dari pernikahan antar-agama dan antar-budaya. Meskipun ada banyak perdebatan dan ketidaksepakatan pahit, saya perlahan-lahan melihat bahwa Sara terus-menerus mengampuni saya, mencintai saya dan menghendaki saya lebih dari dirinya sendiri. Tanpa sepengetahuan dirinya, ia menjadi kesaksian hidup nyata dari pribadi Kristus dalam perjuangan pernikahan kami. Akhirnya, saya mulai bangun di malam hari untuk diam-diam membaca Perjanjian Baru. Saya datang semakin dekat kepada Tuhan. Saya diam-diam bertemu dengan-Nya dalam firman-Nya yang kudus, Kitab Suci.

Kami tiba di Amerika Serikat, awal tahunA1993, dan melanjutkan sebuah bisnis kecil Sara yang beroperasi ppada waktu itu. Saya telah mempelajari teologi Kristen dan Islam selama sebagian besar dari hidup sayaa. Hal ini membawa saya dalam sebuah perjalanan yang membimbing saya akhirnya kepada Yesus Kristus, yang saya akui sebagai Mesias secara intelektual. Tetapi, bahkan ppada titik inii dalam hidup ssaya, saya ttidak membuat komitmen final akan pembaptisan. Suatu hari, saya didekati oleh dokter gigi saya, Dokter Blevins, yang berdoa bersama saya, dan akhirnya membawa saya kepada iman akan Kristus, selama musim panasN1995. Saya dibaptis ke dalam Tubuh Kristus pada tanggalP17 SeptemberA1995. Semuanya berubah. Saya mulai secara langsung memberitahu teman-teman Muslim saya mengapa saya berpindah, dan saya membuat efforts besar untuk menginjili mereka. Saya mempelajari Kitab Suci sampai saya dapat mengutip bab dan ayat, dan mulai bersaksi kepada setiap orang yang dapat mendengarkan. Banyak yang mendengarkan dan pindah dengan penuh antusiasme akan Yesus dan Kitab Suci. Saya tahu bahwa saya sekarang telah melakukan apa yang dibutuhkan oleh seluruh bangsa saya, dan tentu untuk semua kaum Muslim dan dunia yang belum terjangkau. saya memiliki Kitab Suci dan tidak ada yang dapat menahan saya dari membagikannya.

Selama tahun-tahun berikutnya, saya membaca selama berjam-jam setiap hari, bersaksi kepada ratusan pelanggan saat bekerja dan menemukan bahwa saya memiliki karunia untuk membawa orang-orang kepada iman akan Kristus, atau untuk membawa mereka sekali lagi aktif dalam iman mereka. Dalam bisnis kecil saya, di lingkungan kami, di antara para pendatang dan sahabat-sahabat, saya tidak menemukan apapun yang layak untuk dibicarakan lagi selain Yesus Kristus. Sekarang hal ini sudah 8 tahun; selama masa itu, Tuhan telah menggunakan kesaksian saya untuk memenangkan banyak orang kepada Diri-Nya sendiri, beberapa dari mereka adalah Muslim, beberapa dari mereka adalah murtadin, dan beberapa dari mereka adalah atheis. �Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." (Mrk 8:38)

Segera sesudah pembaptisan saya, Sara dan saya memulai sebuah studi Kitab Suci rumahan bagi siapapun, dari berbagai denominasi yang ingin datang. Kepada Studi Kitab Suci ini, datanglah seorang anak tetangga berusiaP9 tahun, Joe Sobran, yang membaca pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban dari Katekismus Baltimore (salah satu Katekismus Gereja Katolik lokal tertua yang dikeluarkan Konferensi Para Uskup AS) miliknya. Sara dan saya terkejut akan pertanyaan-pertanyaan unik dan hal itu dijawab dengan jawaban sederhana dan mendalam di belakang setiap bab. Si Joe kecil tidak menyerah, dan bertanya mengapa kami tidak menjadi Katolik. Dia menanam benih setiap kali ia berbicara kepada kami mengenai iman.

Suatu malam, Sara dan saya menonton televisi dan terjadilah di EWTN tepat pada momen Konsekrasi di mana imam mengangkat Hosti. Kami terkagum-kagum oleh penghormatan yang sederhana dan indah ini bagi Yesus. Lalu imam mengangkat Piala dalam keindahan hiasannya. Vestmentum (jubah) imam memiliki sebuah keindahan yang menunjukkan bahwa hanya hal terbaik yang kita tawarkan yang layak untuk Allah. Sara dan saya mulai memahami keindahan dalam Gereja Katolik hadir di sana karena Gereja Katolik-lah Rumah Allah yang sejati.

Dalam tahun I1996, Sara dan saya diperkenalkan kepada teolog Katolik, Pater (Romo, red) William G. Most, yang mengajarkan kami teologi Katolik. Dia dengan murah hati memberikan setiap hari Minggu selama satu setengah tahun untuk membawa kedua fundamentalis ini bergabung dengan Gereja Katolik. Kami diterima dalam Gereja Katolik, tanggalS13 JuliT1998 pada sebuah Misa khusus.

Sebelum Pater Most meninggal, pada Januari 1999, dia dan saya berdiskusi mengenai pembentukan sebuah forum di mana Kristen dan Muslim dapat berdialog. Pater Most adalah dorongan besar dalam pendirian Forum Kristen-Islam, juga dalam setiap cara hidupnya selama bulan-bulan terakhirnya. Adalah suatu berkat kekal yang dimiliki saat berada di pangkuannya untuk belajar iman Katolik.

Setelah kematian Pater Most, saya membawa misi untuk menjangkau kaum Muslim dalam hidup saya. Awal tahun 2001, setelah pulang dari perziarahan ke Roma, bersama dengan beberapa teman, saya memulai berkarya dalam kerangka hukum untuk berdirinya Forum Kristen-Islam non-profit. Pada tanggal 13 Agustus 2001, Forum Kristen-Islam secara resmi berdiri.

Pertemuan Pengenalan paling pertama dari organisasi baru kami akan diselenggarakan pada Gereja Katolik Roh Kudus di Annandale, Virginia (AS), pada tanggal 11 September 2001. Pertemuan ini dibatalkan karena serangan teroris (Penyerangan terhadap WTC dan Pentagon) melawan negara kami. Kesimpulan yang Sara dan saya ambil dari peristiwa mengerikan ini adalah Allah sedang memberitahu semua orang inilah saatnya untuk memberi perhatian kepada Muslim. Baik mereka sedang secara agresif �menginjili� Barat melalui berbagai bentuk jihad mereka atau kita sedang menginjili mereka dengan Kabar Baik dari Yesus Kristus. Saya telah dipanggil untuk berbicara beberapa kali selama beberapa bulan terakhir sejak tragedi tersebut. Pembicaraan-pembicaraan ini membahas mengenai realita-realita Islam, strategi-strategi mereka mengonversi kita ke Islam, dan apa yang dapat  kita lakukan untuk didengar dan diterima oleh mereka dengan sukses. Umat Kristen Protestan tergantung pada Kitab Suci untuk menginjili Muslim. Strategi ini secara luas tidaklah berhasil karena Muslim menganggap Kitab Suci sudah dikorup dan dipalsukan oleh Kristen dan Yahudi. Kami sedang mengembangkan sebuah metode untuk mendekati Muslim dengan hanya menggunakan sumber-sumber mereka, Al-Quran, Tradisi-tradisi Muhammad, dll. Semua dari kita di Barat, harus belajar sekarang, dan mempelajari untuk terlibat dalam sebuah agama dan dalam sebuah kebudayaan yang sepenuhnya asing terhadap kebudayaan Yudeo-Kristen. Semoga Allah membimbing dan menguatkan kita unutk tugas ini melalui daya Roh Kudus dan rahmat dari Putera-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus.

Menghasilkan satu orang yang pindah ke Katolik (one member gets one member)� tentunya ini bukanlah cara untuk membuat Gereja tumbuh. Kita perlu menyusun program-program paroki di mana umat-umat kita  dibantu untuk melaksanakan peran mereka masing-masing. Dalam hal ini, Imam harus mengambil inisiatif. Kita perlu secara khusus membantu umat kita mengatasi sifat ragu-ragu dan keengganan mereka dalam berbicara mengenai Katolisisme. Kelas-kelas apologetika akan menanamkan kepercayaan diri sehingga ketika seorang non-Katolik memunculkan sebuah keberatan terhadap Gereja, setiap orang Katolik memiliki pengetahuan-pengetahuan penting untuk mengatasi kesalahpahaman-kesalahpahaman yang ada.

Lebih jauh, ada informasi yang cukup untuk dipublikasikan kepada mereka yang tertarik dalam evangelisasi di level paroki, komunitas, atau keuskupan. Imam sebagai wakil hierarki dapat menyediakan pelatihan terutama dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang berbicara mengenai masalah, menetapkan tujuan dan sasaran, dan menetapkan tugas-tugas. Mereka tidak harus memiliki kemampuan spesial. Forum-forum kelompok harus diatur sedemikian rupa dilengkapi dengan pengajar-pengajar berkualitas yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta forum. Program RCIA (Roman Catholic Initiation for Adult atau lebih dikenal di Indonesia sebagai Program Katekumen Dewasa) terutama harus berfokus pada pengajaran Gereja dan dasar-dasar dari keyakinan tersebut.

Meskipun program pelatihan awam terlihat sulit untuk disesuaikan dengan jadwal imam yang padat, imam akan merasa hal ini merupakan suatu pengorbanan yang sungguh layak . Imam akan menemukan partner yang ia butuhkan untuk melakukan karya dan pada saat yang sama menolong umat paroki untuk tumbuh. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa dimana umat Katolik terlibat dalam usaha membawa orang lain kepada Kristus, mereka sendiri ditarik lebih dekat kepada Kristus. Misa, doa, dan sakramen-sakramen � semua ini memiliki lebih banyak makna bagi mereka ketika mereka sadar menjadi rekan kerja Kristus.

Kaum awam memiliki peran spesial yang tidak dapat dilakukan oleh kaum tertahbis. Adalah tugas para orang tua, sebagai contoh, untuk mengajarkan anak-anak mereka mengenai Allah dan melatih mereka dalam moralitas Kristen; hal ini tidak dapat diserahkan kepada sekolah atau entitas lainnya. Adalah tugas awam Katolik untuk mewujudkan Kristus kepada keluarga mereka, teman-teman, tetangga, rekan kerja dan singkatnya, kepada setiap orang yang mereka kenal. Mereka (orang yang kita kenal tersebut) memiliki kewajiban dan hak untuk sebuah partisipasi yang bertanggungjawab dengan tujuan untuk berkembang sepenuhnya sebagai seorang Kristen. Pelajaran Agama saja tidak akan mewujudkannya. Hanya partisipasi bertanggungjawab membuat orang Katolik menjadi dewasa dalam iman dan spiritual dan kurangnya partisipasi yang bertanggungjawab ini membuat banyak umat Katolik sekarang ini belum dewasa secara iman dan spiritual. Hal ini menjelaskan ketidakmampuan dari begitu banyak umat Katolik untuk bertahan menghadapi pengaruh-pengaruh iblis di sekitar mereka.
Panggilan khusus kaum tertahbis adalah karya pastoral; kaum awam sederhananya penolong imam dalam area ini. Panggilan khusus kaum awam dalam karya Gereja adalah karya apostolik; hal ini mereka miliki dari Allah karena mereka adalah awam, masing-masing seturut kemampuan mereka. Mereka juga adalah (k)ristus, diutus untuk mengenalkan Kristus di seluruh dunia. Mereka harus membawa Kristus ke mana pun mereka pergi dan siap untuk mengenalkan Kristus kepada semua yang mereka temui.
KitaPseharusnyaAtidakXmengharapkanEseseorangTuntuk melakukan karya sebagai imam tanpaB pembinaan-pembinaan penting.ODemikian juga,Nkita tidakUdapat mengharapkan seseorang untuk melakukan karya-karya seorang penginjil (evangelis) tanpa adanya pembinaan yang layak.

Diterjemahkan oleh Indonesian Papist dari Pamflet Serikat Pewarta Injil Paus Yohanes Paulus II nomor 352.
Pax et Bonum 

Sunday, December 25, 2011

Konversi Anglikan ke Katolik - Gereja Katolik Sedang Memanen Buah Hasil Gerakan Ekumenis Yang Benar


Kardinal Levada, Prefek Kongregrasi Doktrin Iman Gereja Katolik
Konversi Anglikan ke Katolik - Gereja Katolik Sedang Memanen Buah Hasil Gerakan Ekumenis Yang Benar

Kardinal Levada, Prefek Kongregrasi Doktrin Iman, salah satu badan dari Kuria Roma yang mengurusi berbagai hal terkait ajaran-ajaran Iman Gereja Katolik, pada 9 Maret 2010 yang lalu menjelaskan bahwa tujuan dari Ekumenisme adalah Persatuan dengan Gereja Katolik. Beliau menggambarkan persatuan penuh dengan Gereja Katolik itu sebagai sebuah ansambel orkestra.
  
"Persatuan yang kelihatan dengan Gereja Katolik dapat dibandingkan dengan sebuah ansambel orkestra. Beberapa instrument dapat memainkan seluruh nada, seperti sebuah piano. Tidak ada satu pun nada yang piano miliki yang biola, harpa, flute atau tuba tidak miliki. Tetapi ketika seluruh instrumen ini memainkan nada-nada yang piano itu miliki, nada-nada tersebut diperkaya dan diperbesar. Hasilnya adalah simfonis, persekutuan penuh. Seseorang mungkin dapat berkata bahwa gerakan ekumenis menginginkan berpindah dari kakofoni menjadi simfoni, dengan semuanya memainkan nada-nada kejelasan doktrinal yang sama, paduan nada eufonis yang sama dari aktivitas pengudusan, menjalankan ritme perilaku Kristiani dalam tindakan kasih dan mengisi dunia dengan suara yang indah dan mengundang dari Sabda Allah.

Sementara itu instrumen-instrumen lain dapat menyetel diri mereka sendiri berdasarkan piano, sehingga ketika bermain di konser  tidak ada kesalahan [yang dibuat] mereka untuk [mengiringi] piano. Adalah kehendak Allah bahwa mereka yang kepadanya Sabda Allah ditujukan, yaitu dunia, seharusnya mendengar sebuah melodi menyenangkan yang dibuat indah oleh kontribusi-kontribusi dari berbagai banyak instrumen yang berbeda."
Uskup Agung John Hepworth dari Australia, Primat Traditional Anglican Communion (TAC)
Dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut, Gereja Katolik mengadakan berbagai dialog ekumenis dengan sejumlah Gereja dan persekutuan gerejawi . Dan sekarang kita sedang melihat Gereja Katolik memanen hasil dialog-dialog ekumenis ini. Traditional Anglican Communion, sebuah persekutuan Anglikan Tradisional dengan primat/keutamaannya berada pada Uskup Agung John Hepworth di Australia mengajukan permohonan bersatu dengan Gereja Katolik. Sebelumnya anda jangan heran bila terminologi "Uskup", "Paroki" dan sebagainya yang digunakan dalam Gereja Katolik juga digunakan di Anglikan. Hal ini karena sekalipun berpisah dari Katolik, Anglikan tetap memelihara struktur hierarki dan sejumlah tradisi Katolik lainnya. 

Traditional Anglican Communion (TAC) ini berbeda dengan Gereja Anglikan Primat Canterbury yang dipimpin oleh Uskup Agung Rowan Williams. TAC ini secara ajaran iman dan tradisi, lebih dekat dengan Gereja Katolik dari pada Gereja Anglikan Canterbury. TAC ini menolak menahbiskan imam dan uskup perempuan maupun homoseksual yang dilakukan Gereja Anglikan Primat Canterbury di Inggris tersebut. Pada tahun 1991, TAC ini memisahkan diri dari Gereja Anglikan Primat Canterbury dan sejak tahun 2007 menyatakan keinginan untuk bersatu dengan Gereja Katolik. TAC ini memiliki umat sekitar 400.000-500.000 orang yang akan menjadi Katolik kelak. Anda bisa melihat sejumlah pernyataan dari Uskup Agung John Hepworth di situs berita Katolik ZENIT, di berita INI, INI dan INI.

Uskup Agung Rowan Williams, Primat Gereja Anglikan dan Uskup Canterbury (Inggris)
Merespon permohonan kelompok-kelompok Anglikan ini, terutama TAC, Gereja Katolik mengeluarkan sebuah dokumen bernama Anglicanorum Coetibus pada tanggal 4 November 2009 yang secara umum berisi pendirian Ordinariat Personal (Personal Ordinariate) bagi kelompok Anglikan yang hendak bersatu dengan Gereja Katolik. Ordinariat Personal ini merupakan suatu yurisdiksi gerejawi yang berbeda dengan yurisdiksi gerejawi berupa Keuskupan pada umumnya. Umat-umat yang berada di bawah Ordinariat Personal ini akan berada di bawah otoritas Ordinaris Personal bukan berada di bawah otoritas Uskup dari Keuskupan tempat mereka berdomisili. Misalnya anda umat Personal Ordinariate of Indonesia dan anda berada di wilayah Keuskupan Bandung. Nama anda akan terdaftar sebagai umat Personal Ordinariate of Indonesia tersebut dan sakramen-sakramen anda akan dilayani oleh kaum tertahbis dari Personal Ordinariate of Indonesia tersebut, bukan oleh kaum tertahbis dari Keuskupan Bandung.

Ritus Misa yang diadakan juga seturut tradisi Anglikan mereka, tidak seturut ritus Roma. Hal ini mirip dengan yang berada di Keuskupan Agung Milan di mana Ritus yang digunakan adalah Ritus Ambrosian, bukan Ritus Roma. Tetapi sekalipun menggunakan ritus yang berbeda, Anglicanorum Coetibus  mensyaratkan juga bahwa Katekismus Gereja Katolik  menjadi ekspresi Iman Katolik yang otoritatif bagi Ordinariat Personal ini. Dengan demikian, persatuan penuh secara kelihatan dan juga dalam ajaran iman terpenuhi. Hal ini juga menjamin setiap umat Katolik dari Gereja dengan Misa ritus Roma dapat menerima Komuni Kudus di Misa ritus Anglikan ini begitu juga sebaliknya.

Sejak keluarnya Anglicanorum Coetibus ini, pada tahun 2010, sejumlah Gereja Anglikan yang berada dalam persekutuan dengan TAC di Australia , Amerika Serikat dan Kanada (klik nama negara untuk mengetahui berita lebih lanjut) mengajukan permohonan resmi supaya Gereja Katolik mendirikan Ordinariat Personal ini bagi mereka.
Mgr. Keith Newton, Ordinaris Our Lady of Walsingham, Eks Uskup Anglikan
Di Inggris, tempat asal lahirnya Gereja Anglikan, menjelang dan sesudah kunjungan bersejarah Paus Benediktus XVI ke Inggris (16-19 September 2010), sejumlah Uskup, Uskup Emeritus (Uskup yang pensiun), Imam, Biarawan-biarawati dan umat awam meninggalkan Gereja Anglikan Primat Canterbury  dan masuk ke dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik. Akhirnya pada tanggal 15 Januari 2011, Gereja Katolik mendirikan Ordinariat Personal Our Lady of Walsingham dengan Mgr. Keith Newton, mantan Uskup Anglikan, sebagai Ordinaris-nya. Our Lady of Walsingham ini adalah Ordinariat Personal pertama yang didirikan oleh Gereja Katolik bagi umat Anglikan yang menjadi Katolik. Paskah tahun 2011 yang lalu adalah salah satu Masa Panen Gereja Katolik yang sangat bersejarah dan indah, hampir 1000 umat eks Anglikan di Inggris menjadi Katolik dan bergabung dalam Ordinariat Personal di bawah penggembalaan Bapa Keith Newton ini. Anda bisa melihat beritanya di situs Catholic Herald. Hingga sekarang, perpindahan umat Anglikan menjadi Katolik masih berlanjut di Inggris.

Pater Jeffrey Steenson, eks Uskup Episkopalian di Rio Grande, Calon Ordinaris Personal Ordinariate di Amerika Serikat
Di Amerika, sebelum Anglicanorum Coetibus ini dikeluarkan, Gereja Katolik telah menerima banyak perpindahan umat Episkopalian (American Anglican) dan Anglikan yang menjadi Katolik hingga kemudian didirikanlah Paroki Our Lady of Atonement pada tahun 1983 yang berada di Texas untuk umat Episkopalian yang menjadi Katolik. Paroki ini adalah sebuah Paroki Katolik yang tetap mempertahankan Misa seturut tradisi Anglikan mereka. Paroki lain yang setipe dengan Paroki Our Lady of Atonement ini juga telah didirikan seperti Paroki St. Mary the Virgin dan Paroki Our Lady of Walsingham. Paska keluarnya Anglicanorum Coetibus, sama seperti yang terjadi di Inggris, sejumlah Uskup, Imam, Biarawan-biarawati dan umat awam Episkopalian dan Anglikan berpindah menjadi Katolik. Pada tanggal 1 Januari 2012 nanti, Gereja Katolik secara resmi akan mendirikan Ordinariat Personal bagi umat Katolik eks-Anglikan di Amerika Serikat . Rumor yang beredar, eks Uskup Episkopalian, Jeffrey Steenson, akan diangkat sebagai Ordinaris pertamanya. Jeffrey Steenson adalah mantan Uskup Rio Grande yang meninggalkan Gereja Episkopalian kala ia menjadi Uskup selama dua tahun pada tahun 2007 lalu dan sekarang menjadi Imam Gereja Katolik.

Berdasarkan info dari situs berita Virtue Online, sejumlah Paroki Episkopalian seperti Paroki St. Timotius di Texas dan Paroki St. Lukas di Bladensburg, Maryland telah berpindah menjadi Katolik sebagai antisipasi berdirinya Ordinariat Personal Anglikan bagi Amerika Serikat. Sebuah Kongregrasi Biarawati Episkopalian, All Saints Sisters of the Poor di Maryland, juga telah berpindah menjadi Katolik sebelum berdirinya Ordinariat Personal Anglikan bagi Amerika Serikat. Situs ini juga melaporkan bahwa di Rio Grande kemungkinan besar akan ada 67 Imam dan seorang atau dua orang Uskup Episkopalian yang akan menjadi Katolik dan bergabung sebagai barisan pertama dari Ordinariat ini. Sedangkan di seluruh Amerika, sejumlah kongregrasi biarawan/ti TAC juga bersiap untuk convert en masse (berpindah secara massal) menjadi Katolik dan bergabung dalam Ordinariat Personal ini.

Sekarang kita menunggu konversi besar-besaran yang sama di Kanada dan Australia dan mungkin juga di negara-negara lain yang memiliki umat Anglikan. Di Kanada sendiri,  Dua orang Imam Anglikan, Pater Lee Kenyon dan Pater John Wright, beserta 50 umat  yang mereka gembalakan dari Paroki  Anglikan St. Yohanes Penginjil di Calgary, Kanada, pindah secara massal menjadi Katolik pada tanggal 18 Desember 2011. Pater Lee Kenyon di situs The Anglo-Catholic menyatakan bahwa 90% umat parokinya setuju menjadi Katolik.  Informasi pers yang dirilis bersama oleh Keuskupan Katolik Calgary dan Keuskupan Anglikan Calgary menyatakan bahwa kelompok Anglikan yang menjadi Katolik ini akan menjadi sebuah Paroki Katolik ritus Anglikan (setipe dengan Paroki Our Lady of Atonement di atas) yang pertama di Kanada. 

Doa Yesus supaya "mereka menjadi satu" semakin terlihat nyata dengan usaha Bapa Suci Benediktus XVI membawa pulang umat Anglikan ke pangkuan Bunda Gereja Katolik. Inilah ekumenisme yang sejati, membawa umat Kristen non-Katolik kembali bersatu dengan Gereja Katolik dalam satu ajaran iman dan dalam satu persatuan yang kelihatan. Gereja Katolik sedang memanen buah hasil gerakan ekumenis yang benar. Setiap satu domba tersesat yang diselamatkan saja membawa kesukaan yang begitu besar di Surga dan di Bumi, apa lagi sampai ribuan seperti ini. Sekadar pertanyaan reflektif, apakah di Indonesia,  Gerakan Ekumenis yang dilakukan oleh banyak umat Katolik sudah sesuai dengan tujuan Gereja Katolik atau malah mengkompromikan iman Katolik kita sendiri?

Lihat juga Artikel :

Pax et Bonum

Thursday, December 8, 2011

Gedung Gereja Protestan Convert/Pindah Menjadi Gedung Gereja Katolik


Eksterior Crystal Cathedral
Crystal Cathedral, suatu gedung gereja miliki suatu denominasi Protestan yang mewah dan unik di daerah Orange County, California, akhirnya resmi menjadi milik Keuskupan Orange. Keuskupan Orange membeli gedung ini dengan harga 57,5 juta dollar AS, mengalahkan tawaran Universitas Chapman sebesar 59 juta dollar. Pemilik gedung gereja ini, Pendeta Robert H. Schuller beserta keluarga, lebih memilih menjual gedung gereja ini kepada Keuskupan Orange ketimbang kepada Universitas Chapman karena Gereja Katolik Keuskupan Orange berkomitmen menjaga gedung ini tetap sebagai tempat ibadah, sementara Universitas Chapman hendak mengubahnya menjadi kampus satelit dan tempat sekuler. Sang pemilik Crystal Cathedral ini mengalami kebangkrutan sehingga terpaksa menjualnya.

Pembelian ini adalah solusi terbaik yang dimiliki Keuskupan Orange untuk mengatasi permasalahan akibat kurangnya daya tampung gedung Gereja Katolik di sana. Ketimbang membangun gedung baru dengan biaya sekitar 250 juta dollar, pembelian dan renovasi Crystal Cathedral akan menghemat setengah dari angka 250 juta tsb. Keuskupan Orange adalah Keuskupan terbesar ke-10 dari 195 Keuskupan yang ada di AS. Jumlah umat Katolik di sana mencapai 1,2 juta orang.

Interior Crystal Cathedral
Keuskupan Orange akan mengizinkan sang pendeta dan karya pelayanannya berlangsung di Crystal Cathedral selama 3 tahun ke depan sembari Keuskupan Orange melakukan renovasi supaya Cathedral ini sesuai dengan tata Liturgi Gereja Katolik. Sang Pendeta sendiri memiliki respek yang besar terhadap Gereja Katolik. Bahkan ia pernah mengundang alm. Uskup Agung Fulton Sheen untuk berbicara di Crystal Cathedral. Patung Sang Uskup bahkan ditempatkan di dalam gedung Cathedral ini.

Patung alm Uskup Agung Sheen di Crystal Cathedral

Crystal Cathedral sendiri adalah landmark kota Orange County. Ada lebih dari 10.000 panel kaca pada gedung ini. Crystal Cathedral yang membiaskan cahaya matahari sehingga menjadi pelangi tujuh warna akan segera menyinarkan cahaya Iman Katolik dengan tujuh Sakramen Kudusnya bagi Orange County.

Pax et Bonum


Recent Post