Latest News

Showing posts with label Kepausan. Show all posts
Showing posts with label Kepausan. Show all posts

Tuesday, September 18, 2012

Foto Kunjungan Bapa Suci Benediktus XVI ke Libanon

Bapa Suci Benediktus XVI mengunjungi Libanon pada tanggal 14-16 September 2012 yang lalu. Kunjungan ini tentu saja meninggalkan banyak sekali foto-foto menarik dan inspiratif yang layak untuk diarsipkan. Beberapa waktu lalu, saya mempublikasikan 3 foto kunjungan Bapa Suci ke Libanon di page Gereja Katolik dan tanggapan para anggota page Gereja Katolik sangat positif sekali.

Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mengarsipkan beberapa foto kunjungan Bapa Suci Benediktus XVI ke Libanon di situs ini.

1.
Seorang wanita muda Muslim memegang foto Paus Benediktus XVI. Image by � Benjamin Hiller/Corbis. 15 Sep 2012, Beirut, Lebanon --- Female Muslim Shia wait on the street towards the Baabda presidential palace for the arrival of pope Benedict XV. Beirut, Lebanon. The pope meets there members of the Lebanese Parliament as well as religious leader to discuss the current situation in the Middle East. Foto yang sama dari sudut pengambilan yang berbeda bisa dilihat di Al-Jazeera.
"Saya memberi salam kepada orang-orang muda Muslim dan berterima kasih kepada mereka karena telah datang. Anda adalah masa depan negara ini (Libanon) bersama dengan orang-orang Kristen. Kalian berdua harus berusaha untuk bekerja sama dan memelihara hidup berdampingan. Timur Tengah harus memahami bahwa Islam dan Kristen dapat hidup berdampingan dalam semangat iman di dalam masyarakat yang bebas dan humanitarian." - Paus Benediktus XVI, 15 September 2012, Kunjungan Kepausan ke Libanon.

2.  
https://fbcdn-sphotos-c-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/539294_10151418942919638_583413796_n.jpg
Have no Fear, The Pope is Here!
(CNS photo/Paul Haring) (Sept. 14, 2012) See LEBANON-ARRIVE Sept. 14, 2012. @2012 Catholic News Service
Foto ini adalah foto para warga Libanon yang menunggu kedatangan Bapa Suci Benediktus XVI. Terlihat spanduk yang dibawa bertuliskan "Have no fear, The Pope is here." "Jangan takut, Paus di sini."
Seorang warga Libanon bernama Melodia Bell berkomentar:
"Saya dari Libanon. Orang-orang di Libanon, baik Kristen maupun Islam, sungguh sangat senang dengan kunjungan Paus. Beliau membawakan harapan dan damai kepada semua orang. Orang-orang di Libanon telah menunggu kunjungannya sejak waktu yang sangat lama. Bapa Suci memang sungguh berani untuk pergi ke sini sekarang! Kami berterimakasih kepadanya atas kata-kata, keberanian dan kunjungannya."

3.

Misa yang dihadiri oleh sekitar 40.000 orang (beberapa menyebutkan 350.000 orang) di waterfront di Libanon.
Salah satu pernyataan Bapa Suci Benediktus XVI:
"It is here and now that we are called to celebrate the victory of love over hate, forgiveness over revenge, service over domination, humility over pride and unity over division." - "Di sini dan sekarang bahwa kita dipanggil untuk merayakan kemenangan cinta atas kebencian, pengampunan atas balas dendam, pelayanan atas dominasi, kerendahan hati atas kesombongan, dan persatuan atas perpecahan."

4.
Bapa Suci Benediktus XVI menandatangani Apostolic Exhortation Ecclesio in Medio Oriente di Basilika St. Paulus di Harissa, di Libanon.
Hussein Malla, AP


Komitmen untuk perdamaian di Timur Tengah.

5.
Bapa Suci Benediktus XVI sedang memegang Salib.
Filippo Monteforte, AFP/Getty Images
Salah satu foto dan momen yang bagus sekali. He is our Pope!

6.
Bapa Suci berjabat tangan dengan Pemimpin Agama Druze (Druze mengklaim diri mereka juga Islam), Sheik Naim Hassan.
Joseph Eid, OAFP/Getty Images
 Pesan perdamaian tersirat dari foto ini.

7.
Paus Benediktus XVI berjabat tangan dengan Patriark Pierre Bechara Rai, Kepala Gereja Katolik Maronit.
news.va
Dalam konteks Gereja partikular, Paus adalah saudara tua dari setiap Patriark-patriark Katolik Timur.

8.
Paus Benediktus XVI berjabat tangan dengan Presiden Libanon, Michel Suleiman.
news.va


Menurut konstitusi Libanon, seorang Presiden Libanon haruslah seorang Katolik Maronit. Di Libanon, terjadi pembagian kekuasaan negara yang menarik. Presiden adalah seorang Katolik Maronit, Perdana Menteri adalah seorang Islam Sunni, Ketua Parlemen adalah seorang Islam Syiah dan Wakil Perdana Menteri adalah seorang Kristen Ortodoks Timur.

9.
We Love You!
Alessandra Tarantino, AP


Ya, tentu. We Love You Papa Benedict!!!
Semoga Allah Tritunggal memberkati dan menolong usaha Bapa Suci kita yang tercinta ini dalam setiap tugas pelayanannya sebagai seorang Wakil Kristus.

Pax et Bonum

Monday, March 12, 2012

Apologi Kontra Admin Page Ortodoks Indonesia - Mengenai St. Dionysius dari Roma

http://saints.sqpn.com/saintd62.jpg
Pope St. Dionysius of Rome (sumber: SQPN)
Artikel ini sudah lama saya tulis (18 Oktober 2011) tetapi baru sekarang saya putuskan untuk dipublikasikan. Artikel ini ditulis untuk menanggapi pernyataan admin sebuah page Ortodoks Timur yang tidak tepat mengenai Paus St. Dionysius. Kata-kata admin tersebut dalam huruf biru dan tanggapan saya dalam huruf hitam.
FAQ :
Berikut Surat Uskup Roma Clement kepada umat Korintus mengenai skisma yang terjadi di Korintus. Jelas hal tersebut menunjukkan wewenang Uskup Roma yang melampaui wilayah Keuskupan Roma, bahkan Kepatriarkhatan Roma. http://ww.newadvent.org/fathers/1010.htm
Ini menunjukkan pemahaman Gereja Orthodox tentang kanon 6 Koncili Nikea adalah keliru.

_____________________________________________

Answer :
Saudara kita menyatakan bahwa ada masanya komando Uskup Roma diterima oleh Jemaat di luar wilayah yuridiksinya yaitu di wilayah Korintus, ini membuktikan bahwa pandangan Gereja Orthodox salah karena sebenarnya Paus Roma sesuai dengan data di atas memiliki komando yang berlaku juga di luar wilayah yuridiksinya dan ini membuktikan Kekuasaan Paus Roma mutlak di seluruh dunia. manakah yang benar? apakah memang benar seabsolut itu kekuasaan Paus Roma??
Catatan pertama dalam sejarah dari gelar "Paus" sendiri diberikan kepada Paus Heraclas dari Alexandria dalam surat yang ditulis oleh Uskup Roma (waktu itu Uskup Roma belum memakai gelar Paus), Sang Uskup Roma yang bernama Uskup Dionysius, memberikan surat kepada Filemon:
t??t?? ??? t?? ?a???a ?a? t?? t?p?? pa?? t?? �a?a???? p?pa ?�?? ??a??? pa???a�??.
Yang diterjemahkan menjadi:
"Saya menerima peraturan dan komando dari yang terberkati Paus kita, Heraclas." 
Uskup Roma saat belum bergelar Paus mendengarkan komando dan peraturan dari Paus Alexandria. Lalu apakah ini membuktikan Paus Alexandria juga memiliki kekuasaan mutlak atas seluruh yuridiksi di dunia, karena Paus Alexandria bisa memberikan komando dan perintah untuk Paus Roma?
Tidak demikian jika kita kembali ke kitab suci
Saling mendengarkan nasehat dan komando antar keuskupan memang terjadi di masa lalu, bukan hanya Uskup Roma ke Korintus. tapi ada juga masa Uskup-uskup lainnya memberikan komando ke uskup roma, dan uskup roma menyatakan ketersediaannya untuk mematuhi peraturan dari uskup lainnya.
Tak ada satu yang tinggi dari yang lainnya, dan semuanya saling menasehati.
Ibrani 3 : 13 Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa.
Titus 3 : 10 Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi.

Demikianlah seluruh tulisan dari admin Ortodoks tersebut yang sama sekali tidak memiliki dasar yang kuat untuk menyatakan bahwa Paus Roma juga menerima otoritas atau perintah dari Patriark Alexandria atau Patriark lainnya.

Mengapa saya katakan tidak kuat? alasan utamanya adalah, si admin tidak melihat keadaan St. Dionysius dari Roma saat menulis surat kepada Imam bernama Filemon di Roma. 
Kita cek daftar Uskup Roma dan Uskup Alexandria.

Mark the Evangelist (68)
Anianus (68-85)
Avilius (85-98)
Kedron (98-109)
Primus (109-121)
Justus (121-131)
Eumenes (131-141)
Markianos (142-152)
Celadion (152-166)
Agrippinus (167-178)
Julian (178-189)
Demetrius I (189-232)
HERACLAS (232-248)
Dionysius (248-264)

St. Peter (32-67)
St. Linus (67-76)
St. Anacletus (Cletus) (76-88)
St. Clement I (88-97)
St. Evaristus (97-105)
St. Alexander I (105-115)
St. Sixtus I (115-125) Also called Xystus I
St. Telesphorus (125-136)
St. Hyginus (136-140)
St. Pius I (140-155)
St. Anicetus (155-166)
St. Soter (166-175)
St. Eleutherius (175-189)
St. Victor I (189-199)
St. Zephyrinus (199-217)
St. Callistus I (217-22) Callistus and the following three popes were opposed by St. Hippolytus, antipope (217-236)
St. Urban I (222-30)
St. Pontain (230-35)
St. Anterus (235-36)
St. Fabian (236-50)
St. Cornelius (251-53) Opposed by Novatian, antipope (251)
St. Lucius I (253-54)
St. Stephen I (254-257)
St. Sixtus II (257-258)
St. DIONYSIUS (260-268)
St. Felix I (269-274)

St. Dionysius menjadi Uskup Roma dari tahun 260-268, sedangkan Heraclas menjadi Uskup Alexandria dari tahun 232-248. Lalu bagaimana bisa dibilang kalau Dionisius berbicara dalam kapasitasnya sebagai Uskup Roma? sedangkan saat menulis di sini dia masih belum menjadi uskup.

Dan dari Ensiklopedia Katolik, ketahuan bahwa St. Dionisius dari Roma baru muncul sejak masa Pontifikat Paus St. Stefanus.
During the pontificate of Pope Stephen (254-57) Dionysius appears as a presbyter of the Roman Church and as such took part in the controversy concerning the validity of heretical baptism. (dari sini pun bisa kita ketahui bahwa St. Dionisius baru muncul sebagai imam beberapa tahun setelah Uskup Heraclas dari Alexandria meninggal) 
Jadi, pernyataan admin Ortodoks bahwa:
"Uskup Roma saat belum bergelar Paus mendengarkan komando dan peraturan dari Paus Alexandria. Lalu apakah ini membuktikan Paus Alexandria juga memiliki kekuasaan mutlak atas seluruh yuridiksi di dunia, karena Paus Alexandria bisa memberikan komando dan perintah untuk Paus Roma???

Tidak demikian jika kita kembali ke kitab suci

Saling mendengarkan nasehat dan komando antar keuskupan memang terjadi di masa lalu, bukan hanya Uskup Roma ke Korintus. tapi ada juga masa Uskup-uskup lainnya memberikan komando ke uskup roma, dan uskup roma menyatakan ketersediaannya untuk mematuhi peraturan dari uskup lainnya."
sama sekali tidak tepat karena St. Dionysius berbicara tidak dalam kapasitasnya sebagai Uskup Roma melainkan sekadar imam biasa yang menceritakan sesuatu kepada Imam lain bernama Filemon. Mengenai penggunaan gelar �Paus� oleh Uskup Alexandria sebelum oleh Uskup Roma tidak memberikan signifikansi apa-apa di sini. Sekalipun Uskup Alexandria menggunakan titel �Paus� yang artinya �Bapa� lebih dulu dari Uskup Roma, hal ini tidak berarti Uskup Alexandria memiliki keutamaan yang lebih dari Uskup Roma. Uskup Roma selalu memiliki keutamaan yang lebih dari pada Uskup-uskup lainnya.

Artikel ini ditulis oleh Indonesian Papist untuk membela keutamaan Paus Roma. pax et bonum

Thursday, March 1, 2012

Formula Paus Santo Hormisdas


Pope St. Hormisdas (sumber: flickr.com)
Pengakuan dan penerimaan akan Tome (Buku) Paus St. Leo Agung pada Konsili Kalsedon tahun 451 M tidak serta merta mengakhiri pengaruh bidaah Eutychianisme dan Monofisitisme. Pada tahun 484, Patriark Konstantinopel bernama Acacius diekskomunikasi oleh Paus St. Feliks III karena mendukung Henotikon karya Kaisar Bizantium bernama Zeno. Henotikon adalah hukum yang dibuat dan disusun oleh Kaisar Zeno untuk merekonsiliasikan Katolik dengan kaum Monofisit. Henoticon ini sama sekali tidak berhasil memenuhi tujuannya, cenderung sesat dan akhirnya menyebabkan skisma timur oleh Konstantinopel yang lebih dikenal dengan nama Skisma Acacian. Konstantinopel meninggalkan persatuannya dengan Gereja Katolik.

Skisma ini berlangsung selama beberapa tahun hingga akhirnya dipulihkan dalam masa Paus St. Hormisdas (20 Juli 514- 6 Agustus 523) melalui Formula St. Hormisdas yang ditetapkan pada tahun 519 M di Konstantinopel. Dalam dokumen ini, ia menegaskan mengenai penerimaan penuh para uskup terhadap teologi dogmatis dalam Tome Paus St. Leo Agung. Dia juga menegaskan mengenai pengakuan akan Tahta St. Petrus di Roma sebagai tempat di mana �perlindungan yang menyeluruh, benar dan sempurna dari agama Kristen berada.� Formula ini secara resmi ditandatangani Kaisar Romawi Timur, Patriark Konstantinopel (yang memberi sebuah komentar tetapi tidak menolak formula itu sendiri) dan 250 uskup timur. Berdasarkan formula ini juga, keutamaan Paus Roma tidaklah berdasarkan pada situasi dan kondisi politik (faktanya, Kekaisaran Romawi Barat telah berakhir lebih dari 40 tahun sebelum formula ini) tetapi berdasarkan pada janji Kristus kepada St. Petrus. �Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.� (Mat 16:18)

Berikut ini terjemahan Formula St. Hormisdas:
Syarat pertama keselamatan adalah menjaga norma dari iman yang benar dan tidak ada jalan untuk menyimpang dari ajaran yang ditetapkan oleh para Bapa (Bapa Gereja, red).

Karena adalah tidak mungkin bahwa kata-kata dari Tuhan kita Yesus Kristus yang berkata, �Engkau adalah Petrus dan di atas Batu Karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku,� (Mat 16:18) tidak dapat dibuktikan. Dan kebenarannya (kata-kata Kristus, red) telah dibuktikan oleh peristiwa sejarah, karena di dalam Tahta Apostolik (Tahta Suci Roma, red) , agama Katolik telah selalu dijaga tak bercela.

Dari harapan dan iman ini kami (para uskup yang menerima formula ini, red) dengan tidak bermaksud ingin terpisah, dan mengikuti doktrin dari para Bapa (Bapa Gereja); kami mengumumkan anathema kepada semua ajaran sesat, dan terutama Si Sesat Nestorius, mantan Uskup Konstantinopel, yang telah dihukum oleh Konsili Efesus, oleh Yang Terberkati Selestinus, Uskup Roma, dan oleh yang terhormat Sirillus, Uskup Alexandria.

Kami demikian juga menghukum dan mengumumkan anathema kepada Eutyches dan Dioscoros dari Alexandria, yang telah dihukum dalam Konsili Suci Kalsedon, yang mana kami ikuti dan kami pimpin. Konsili ini mengikuti Konsili Suci Nicea dan mewartakan iman apostolik. Dan kami menghukum Si Pembunuh Timotius, yang dijuluki Aelurus [�The Cat�] dan juga Petrus [Mongos] dari Alexandria, para murid dan pengikutnya dalam segala hal. Kami juga mengumumkan anathema kepada pembantu dan pengikut mereka, Acacius dari Konstantinopel, seorang Uskup yang pernah dihukum oleh Tahta Apostolik, dan semua orang yang tetap berada dalam hubungan dan persekutuan dengan mereka. Karena Acacius ini menggabungkan dirinya sendiri ke persekutuan mereka, dia layak untuk menerima penghakiman hukuman yang sama dengan mereka. Lebih jauh lagi, kami menghukum Petrus [�The Fuller�] dari Antiokia beserta seluruh pengikutnya bersama-sama dengan pengikut-pengikut dari semua orang yang disebutkan di atas.

Berdasarkan pada - sesuai yang kami sampaikan sebelumnya - Tahta Apostolik dalam semua hal dan memproklamirkan semua keputusannya, kami menyetujui dan menerima semua surat yang Paus St. Leo tulis mengenai agama Kristen. Dan begitu juga saya berharap saya boleh layak untuk bersatu denganmu dalam satu persekutuan yang Tahta Suci proklamirkan, yang di dalamnya perlindungan menyeluruh, benar dan sempurna agama Kristen berdiam. Saya berjanji bahwa dari sekarang terhadap mereka-mereka yang berpisah dari persekutuan Gereja Katolik, yaitu mereka yang tidak berada dalam persetujuan dengan Tahta Apostolik, nama mereka tidak akan dibacakan selama misteri-misteri suci. Tapi, bila saya mengusahakan bahkan penyimpangan paling kecil dari pengakuan saya, saya mengakui bahwa berdasarkan deklarasi milik saya, saya adalah seorang kaki tangan bagi mereka yang telah saya hukum. Saya telah menandatangani ini, pengakuan saya, dengan tangan saya sendiri, dan saya telah mengarahkannya kepadamu, Hormisdas, Paus Roma yang Kudus dan Terhormat.

Teks Asli:
Diterjemahkan oleh Indonesian Papist. Pax et bonum

Wednesday, February 22, 2012

Respon Terhadap Kekeliruan Seorang Non-Katolik Mengenai EENS

Artikel ini ditulis oleh Indonesian Papist untuk merespon penyesatan yang terjadi.

Seorang non-Katolik bernama Sa Sha menyebarkan sebuah pemahaman yang keliru mengenai Dogma Katolik Extra Ecclesiam Nulla Salus (Di Luar Gereja Katolik tidak ada Keselamatan). Dia mengklaim pemahamannya mengenai Extra Ecclesiam Nulla Salus adalah pemahaman Gereja Katolik. Berikut ini artikel yang ia sebarkan ke berbagai orang Katolik di facebook. 
Dogma EXTRA ECCLESIAM NULLA SALUS (EENS)
TIDAK ADA Keselamatan diluar PAUS ROMA Katolik (EENS) adalah DOGMA Gereja Katolik.
Dogma adalah ajaran Roma Katolik yang MUTLAK dan INFALLIBLE (tidak salah) sifatnya.

EENS adalah ajaran/Dogma Gereja Katolik yang HARUS DIIMANI oleh seluruh Umat Gereja Katolik, penyangkalan ajaran ini (EENS dan Dogma lainnya) otomatis menjadikan seseorang TIDAK lagi memperoleh bagian keselamatan dari Gereja Roma Katolik.

"Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang TIDAK hidup dalam Gereja Roma Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat (protestan) dan SKISMATIK (ORTHODOX) TIDAK BISA menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi ke dalam API YANG KEKAL (NERAKA) yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya"
PAUS Eugene IV dan Konsili Florence (A.D. 1438 - 1445)
"Adalah SANGAT PERLU bagi semua orang untuk KESELAMATAN mereka, TUNDUK kepada kekuasaan Paus Roma." (Unam Sanctam)
Demikianlah artikel dari Sa Sha tersebut. Pertama-tama, bila kita melihat sumbernya si Sa Sha (forumkristen.com di atas), dia mengambil artikel yang justru dibuat oleh Protestan anti-Katolik untuk menyebarkan pemahaman Extra Ecclesiam Nulla Salus yang salah dan keliru. Protestan anti-Katolik ini sengaja mengutip keluar konteks semua dokumen Gereja untuk menjatuhkan atau mendiskreditkan Gereja Katolik.

Saya, Indonesian Papist, akan memisah-misahkan dulu poin-poin di atas untuk menunjukkan mana saja pernyataan yang sesuai dengan posisi Gereja dan mana yang tidak.
1. TIDAK ADA Keselamatan diluar PAUS ROMA Katolik (EENS) adalah DOGMA Gereja Katolik.
Tanggapan: Ini pernyataan yang memiliki kekeliruan yang fatal yang menunjukkan bahwa pemahaman Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik itu sama sekali tidak sesuai apa yang dipahami oleh Gereja Katolik mengenai Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus. Sa Sha dan Si Protestan tersebut menyamakan Extra Ecclesiam Nulla Salus (Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan) dengan Extra Papam Nulla Salus (Di Luar Paus Tidak Ada Keselamatan), sebuah kalimat yang asing sekali bagi Gereja Katolik. Anda bisa googling dengan keyword �Outside roman pope there is no salvation� dan saya yakin tidak ada satu pun artikel dari situs Katolik yang menyatakan kalimat seperti ini adalah kalimat Gereja, dogma Gereja. Saya sudah melakukannya dan tidak menemukan apa-apa. Dengan mengatakan demikian, baik Si Sa Sha maupun Si Protestan mengidentikkan atau menyamakan Gereja dengan Paus. �Paus adalah Gereja, dan Gereja adalah Paus.� Demikianlah anggapan mereka.
2. Dogma adalah ajaran Roma Katolik yang MUTLAK dan INFALLIBLE (tidak salah) sifatnya.
Tanggapan: Dogma itu memang mutlak dan infallible (tidak dapat salah). Sebagian kalimat ini benar kecuali pada �Roma Katolik�. Sa Sha dan Si Protestan seperti layaknya umat Protestan lain pada umumnya, masih mengidentikkan bahwa Gereja Katolik adalah Katolik Roma SAJA. Padahal sebagaimana yang Gereja Katolik ajarkan, Gereja Katolik bukanlah hanya Gereja Katolik Roma SAJA. Katolik Roma adalah salah satu dari 23 Puteri Gereja Katolik. Di samping Katolik Roma, masih ada 22 Katolik Timur. [1] Gereja Katolik adalah Bunda sementara Katolik Roma dan 22 Katolik Timur lainnya adalah Puteri-puteri Gereja Katolik. [2]

Tentang dogma itu sendiri saya berikan penjelasan dari Pater Stravinskas dan Katekismus Gereja Katolik.
"Dogma adalah pengajaran Gereja yang diwahyukan secara implisit atau eksplisit oleh Kitab Suci atau Tradisi Suci, untuk diyakini oleh umat beriman berdasarkan definisi khidmat atau kuasa mengajar biasa Gereja. ... Sebagai tambahan, dogma harus diajukan sebagai [pengajaran] yang mengikat umat beriman. Oleh karena itu,  penerimaan terhadap dogma adalah perlu untuk keselamatan [umat beriman].(Reverend Peter M.J. Stravinskas, Ph.D., S.T.L. Our Sunday Visitor�s Catholic Encyclopedia. Copyright � 1994, Our Sunday Visitor.)
"Kehidupan rohani kita dan dogma-dogma itu mempunyai hubungan organis. Dogma-dogma adalah cahaya di jalan kepercayaan kita, mereka menerangi dan mengamankannya. Sebaliknya melalui cara hidup yang tepat, pikiran dan hati kita dibuka, untuk menerima cahaya dogma iman itu."  (KGK 89)
3. EENS adalah ajaran/Dogma Gereja Katolik yang HARUS DIIMANI oleh seluruh Umat Gereja Katolik, penyangkalan ajaran ini (EENS dan Dogma lainnya) otomatis menjadikan seseorang TIDAK lagi memperoleh bagian keselamatan dari Gereja Roma Katolik.
Tanggapan: Benar, kecuali pada bagian penggunaan istilah �Gereja Roma Katolik�. Alasannya sama seperti tanggapan nomor 2.
4. "Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang TIDAK hidup dalam Gereja Roma Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat (protestan) dan SKISMATIK (ORTHODOX) TIDAK BISA menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi ke dalam API YANG KEKAL (NERAKA) yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya" PAUS Eugene IV dan Konsili Florence (A.D. 1438 - 1445)
Tanggapan: Tambahan dalam kurung di atas adalah dari Si Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik tersebut. Istilah �Bidat� di dokumen ini tidak merujuk kepada Protestan karena Protestan baru muncul abad ke-16, sedangkan dokumen ini jauh lebih tua dari usia Protestantisme. Bagaimanapun juga, Protestantisme tetaplah merupakan bidaah yang dikutuk  pada Konsili Ekumenis berikutnya, Konsili Trente. Istilah �Skismatik� juga tidak secara khusus merujuk kepada Ortodoks tetapi kepada siapapun yang dulunya Katolik tetapi kemudian meninggalkan persatuan dengan Gereja Katolik. Yang paling fatal, tidak ada istilah �Gereja Roma Katolik� pada dokumen tersebut. Terminologi �Roma Katolik� di dalam dokumen ini adalah hasil penambahan dari Si Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik tersebut. Berikut ini kutipan yang lebih lengkap.
"Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang tidak hidup dalam Gereja Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat dan skismatik tidak bisa menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi 'ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya' (Mat 25:41), kecuali sebelum akhir hidupnya mereka ditambahkan ke kumpulan domba; dan kesatuan dari tubuh Gereja begitu kuatnya sehingga hanya kepada mereka yang berada didalam kesatuan tersebut sakramen Gereja berdaya untuk keselamatan. Dan [hanya didalam Gerejalah] puasa, kemurahan dan fungsi kebaikan kristen lain bisa memberikan hadiah, dan bahwa tidak seorangpun, apapun kemurahan yang dia lakukan, bahkan bila dia telah menumpahkan darah untuk nama Kristus, bisa diselamatkan, kecuali dia berada didalam pelukan dan kesatuan dari Gereja Katolik."  (Paus Eugenius IV pada Konsili Florence, 1438-1445)
Dari sini kita ketahui bahwa mereka tidak memahami dokumen tersebut tetapi berani menambahkan pemahaman mereka sendiri kepada dokumen ini bahkan mengkorup sebagian isi dokumen tersebut.
5. "Adalah SANGAT PERLU bagi semua orang untuk KESELAMATAN mereka, TUNDUK kepada kekuasaan Paus Roma." (Unam Sanctam)
Tanggapan: Bila kita melihat sepenggal seperti ini, maka kita bisa dengan mudah menganggap kalau benarlah kesimpulan Si Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik bahwa di luar Paus tidak ada keselamatan (EPNS) adalah dogma Katolik. Tetapi, Bulla Unam Sanctam harus dibaca keseluruhan. Bulla Unam Sanctam ini pertama-tama menegaskan dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus tanpa mendefinisikan "Di Luar Paus Roma Katolik Tidak Ada Keselamatan".

Berdasarkan iman kami berkewajiban untuk percaya dan menegaskan bahwa Gereja adalah satu kudus, katolik, dan apostolik. Kami percaya akan Gereja dengan teguh dan kami mengakui dengan segala kesederhanaan bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan atau pengampunan dosa, seperti pengantin pria dalam Kidung Agung menyatakan: " Tetapi dialah satu-satunya merpatiku, idam-idamanku, satu-satunya anak ibunya, anak kesayangan bagi yang melahirkannya (Kid 6:9)". Dan dia menghadirkan satu Tubuh Mistik Kristus yang tunggal, dimana Kristus adalah kepalanya dan Kristus sang kepala adalah Allah (1 Kor 11:3). Dalam dia selanjutnya hanya ada satu Tuhan, satu iman, dan satu Baptisan (Ef 4:5). Karena pada saat air bah hanya ada satu bahtera Nuh, yang melambangkan satu Gereja, dimana bahtera itu, setelah selesai menjadi satu kapal, hanya memiliki satu nahkoda dan pemandu, yaitu Nuh, dan kita membaca bahwa, diluar bahtera ini, seluruh isi bumi telah dihancurkan. (Paus Bonifasius VIII, Bulla Unam Sanctam) [3]
Unam Sanctam berbicara mengenai EENS tetapi Unam Sanctam tidak bisa dijadikan dasar untuk Di Luar Paus tidak ada keselamatan. Apa yang tidak tepat dari kesimpulan Si Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik dengan mengeluarkan pernyataan �Di Luar Paus Roma Katolik tidak ada keselamatan adalah Dogma Katolik�?

Dogma Gereja Katolik mengenai Keselamatan adalah Extra Ecclesiam Nulla Salus (Di Luar Gereja tidak ada keselamatan), bukan �Di luar Paus Roma Katolik tidak ada keselamatan�. Tidak ada satupun dokumen resmi Gereja Katolik yang menyebutkan kalimat �Di Luar Paus Roma Katolik tidak ada keselamatan�. Unam Sanctam dan sejumlah dokumen lain memang menegaskan perlunya ketaatan terhadap Paus Roma untuk keselamatan, tetapi hal ini tidak bisa menjadi dasar untuk menyimpulkan ajaran �Di Luar Paus Roma tidak ada keselamatan.� Penegasan perlunya ketaatan terhadap Paus Roma untuk keselamatan ini sebanding atau setipe dengan penegasan perlunya ketaatan umat beriman terhadap Konsili-konsili Ekumenis untuk keselamatan umat beriman. Apakah perlunya ketaatan pada Konsili-konsili Ekumenis lalu membuat kita mendefinisikan �Di Luar Konsili-konsili Ekumenis tidak ada keselamatan�?

Lalu, Gereja juga menegaskan bahwa tujuh sakramen Gereja perlu untuk keselamatan umat beriman. �I profess also that there are seven sacraments of the new law, truly and properly so called, instituted by our lord Jesus Christ and necessary for salvation, though each person need not receive them all. (Beato Pius IX, Sesi II Konsili Vatikan I)� 
Nah, apakah dengan ini terus keluar definisi �Di Luar Sakramen-sakramen tidak ada keselamatan�?

Mendefinisikan atau mengajarkan ajaran �Di Luar Paus Roma tidak ada keselamatan�, �Di Luar Konsili Ekumenis tidak ada keselamatan�, �Di Luar Sakramen-sakramen tidak ada keselamatan� dll hanya akan mengaburkan hakikat Gereja itu sendiri. Kalimat-kalimat asing ini mengajarkan Gereja adalah Paus, Gereja adalah Konsili Ekumenis dan Gereja adalah Sakramen Gereja dll yang mana jelas keliru. Perlunya ketaatan terhadap Paus Roma untuk keselamatan, perlunya ketaatan terhadap Konsili Ekumenis dan perlunya tujuh sakramen Gereja untuk keselamatan sungguh-sungguh merupakan ajaran Gereja Katolik tetapi tidak bisa kita jadikan dasar untuk mere-definisikan dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus menjadi kalimat-kalimat asing di atas.

Dengan taat pada Paus Roma, pada Konsili Ekumenis, menerima sakramen-sakramen akan membuat kita berada di dalam Gereja sehingga dapat diselamatkan. Menolak Paus Roma, Konsili Ekumenis, dan Sakramen-sakramen akan membuat kita berada di luar Gereja sehingga tidak dapat diselamatkan. Tetapi fakta ajaran ini tidak dapat membuat kita mendefinisikan dogma EENS dengan kalimat-kalimat asing di atas.

Bagaimana Posisi Indonesian Papist mengenai Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus? Indonesian Papist selalu mengimani dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus tetapi dogma ini hendaknya diimani dan dipahami sebagaimana Gereja Katolik memahami Extra Ecclesiam Nulla Salus ini. Berikut ini berbagai artikel dalam Indonesian Papist mengenai Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus:

Btw, apakah Sa Sha itu Katolik?
Saya ragu ia seorang Katolik. Ia justru berusaha mendiskreditkan Katolik sambil mengutip bahkan mengkorup dokumen-dokumen Gereja Katolik. Sebagai contoh, perhatikan gambar ini:

Bisa dilihat kalau Sa Sha menambah kata �Roma Katolik� pada pernyataan St. Agustinus di atas, padahal artikel yang benar itu seperti berikut:
"No man can find salvation except in the Catholic Church. Outside the Catholic Church one can have everything except salvation. One can have honor, one can have the sacraments, one can sing alleluia, one can answer amen, one can have faith in the name of the Father and of the Son and of the Holy Ghost, and preach it too, but never can one find salvation except in the Catholic Church." (Sermo ad Caesariensis Ecclesia plebem)
Kemudian, ia malah menyatakan kalimat yang aneh dan sangat Protestan sekali (klik gambar untuk memperbesar): 
�Kalau sudah TAHU namun TIDAK mau tunduk dan takluk pada Paus dan organisasinya (Roma Katolik), maka ia TIDAK dapat diselamatkan.� Perhatikan kata-kata �Paus dan organisasinya (Roma Katolik)�. Seorang Katolik yang sejati tidak akan menyatakan bahwa Gereja Katolik itu semata-mata organisasi apalagi sampai mengatakan bahwa Gereja Katolik adalah organisasi milik Paus. Kalimat yang dinyatakan oleh Sa Sha ini membuat saya semakin meragukan bahwa ia bukan Katolik.

Bukti lain lagi yaitu kalimat Sa Sha (lihat pada gambar pertama) yang berbunyi demikian: �Baptisan maupun sakramen ekaristi diluar dari yang dilakukan Paus dan imam tahbisan Paus adalah TIDAK SAH, karenanya TIDAK menyelamatkan manusia.� Kalimat ini menunjukkan betapa kacaunya pemahaman dia mengenai Katolik. Saya tidak dibaptis oleh imam yang ditahbiskan Paus tetapi ditahbiskan oleh uskup dari Belanda. Semua Ekaristi yang saya hadiri dipimpin dan dirayakan oleh imam-imam yang tidak ditahbiskan Paus melainkan oleh imam-imam yang ditahbiskan oleh uskup setempat. Lalu, karena imam-imam ini tidak ditahbiskan Paus, berarti Baptisan dan Ekaristi yang saya terima itu TIDAK SAH sehingga tidak menyelamatkan? Sekali lagi, di sini terlihat bahwa ia memiliki pemahaman yang kacau mengenai Gereja Katolik.

Melihat penyesatan yang dilakukannya, maka setiap umat Katolik hendaknya berhati-hati dengan pendapat dan argumen atau pengajaran yang ia berikan atau sampaikan. Anda sekalian dapat menggunakan artikel yang Indonesian Papist tulis ini untuk menunjukkan bahwa ia tidak kredibel sama sekali dalam berbicara mengenai ajaran Katolik. Pax et Bonum

Link Kaki:

Saturday, February 18, 2012

PESAN PRAPASKAH KEPAUSAN 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan"
"Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik"
(Ibr. 10:24)

Saudara-saudari terkasih,

Masa Prapaska ini sekali lagi memberi kita suatu kesempatan untuk merefleksikan jantung kehidupan kristiani: amal kasih. Masa ini merupakan saat yang tepat untuk memperbarui perjalanan iman kita, baik secara perseorangan maupun sebagai suatu komunitas, dengan bantuan sabda Allah dan sakramen-sakramen. Perjalanan ini adalah perjalanan yang ditandai dengan doa dan saling berbagi, dengan keheningan dan puasa, sebagai antisipasi dari kegembiraan Paska.

Pada tahun ini saya ingin mengedepankan beberapa gagasan dalam terang sebuah kutipan singkat dari Alkitab yang diambil dari Surat kepada Orang Ibrani: "Marilah kita saling memperhatikan, supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik". Kata-kata ini adalah bagian dari sebuah perikop di mana Penulis Kudus menasehati kita untuk menaruh kepercayaan kepada Yesus Kristus, sebagai Sang Imam Agung, yang telah memperolehkan bagi kita pengampunan dan membuka jalan menuju Allah. Memeluk Kristus menghasilkan buah dalam suatu kehidupan yang didasarkan atas tiga keutamaan ilahi: hal itu berarti mendekat kepada Tuhan "dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh" (ay. 22), sambil tetap "teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan" (ay. 23), sambil tetap memperhatikan untuk menghayati suatu kehidupan "dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (ay. 24), bersama-sama dengan saudara dan saudari kita. Penulis surat itu menegaskan, bahwa untuk mempertahankan hidup ini tetap terbentuk oleh Injil, pentinglah mengambil bagian dalam liturgi dan doa bersama, sambil tetap mengingat tujuan eskatalogis yakni persekutuan penuh dengan Allah (ay. 25). Di sini saya ingin merenungkan ay. 24 yang memberikan kepada kita sebuah ajaran singkat, berharga dan tepat waktu tentang tiga aspek dalam kehidupan kristiani: perhatian kepada orang lain, saling membantu dan kekudusan pribadi.


1. "Marilah kita saling memperhatikan": tanggungjawab terhadap saudara dan saudari kita.
Aspek yang pertama ini adalah sebuah ajakan untuk "memperhatikan": kata Yunani yang dipergunakan di sini adalah katanoein, yang berarti �menyelidiki', �menaruh perhatian', �memperhatikan dengan cermat' dan �memperhitungkan sesuatu'. Kita menjumpai kata ini di alam Injil ketika Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk "memperhatikan" burung-burung gagak yang, meskipun tidak berusaha, tetap berada di pusat perhatian dan pemeliharaan Penyelenggaraan Ilahi (bdk. Luk. 12:24), dan untuk "memperhatikan" balok di mata kita sendiri sebelum kita melihat selumbar yang ada di mata saudara kita (bdk. Luk. 6:41). Dalam sebuah ayat lain dari Surat kepada orang Ibrani ini kita mendapatkan anjuran untuk "memandang Yesus, Rasul dan Imam Besar yang kita akui" (3:1). Demikianlah kata-kerja yang mengantar ajakan kita ini mengatakan kepada kita untuk melihat orang lain, pertama-tama kepada Yesus, untuk memperhatikan satu sama lain, dan untuk tidak tinggal terasing dan acuh-tak-acuh terhadap nasib saudara-saudari kita. Namun demikian, sangat sering sikap kita justru yang sebaliknya: suatu sikap auch-tak-acuh dan tidak ada perhatian karena perasaan egoisme dan diberi topeng sebagai penghormatan terhadap privasi. 

Dewasa ini pun suara Tuhan meminta kita untuk menjadi "penjaga" bagi saudara dan saudari kita (Kej, 4:9), untuk membangun relasi yang didasarkan atas saling mengingat dan saling menaruh perhatian kepada kesejahteraan, kesejahteraan yang integral dari orang lain. Perintah agung untuk saling mengasihi satu sama lain menuntut bahwa kita mengakui tanggungjawab kita terhadap mereka yang, seperti diri kita sendiri, adalah ciptaan dan anak-anak Allah. Menjadi saudara dan saudari dalam kemanusiaan, dan sering juga malah sebagai saudara-saudari dalam iman, seharusnya membantu kita untuk mengenal di dalam diri sesama kita suatu "saya yang lain" (alter ego), yang juga dikasihi Tuhan secara tidak terhingga. Apabila kita memupuk cara pandang seperti ini terhadap saudara dan saudari kita itu, maka solidaritas, keadilan, belas-kasihan dan bela-rasa akan dengan sendirinya memancar dari dalam hati kita. Hamba Allah Paus Paulus VI menegaskan, bahwa dunia kita dewasa ini sedang menderita terutama kekurangan rasa persaudaraan: "Masyarakat manusia sedang menderita sakit keras. Penyebabnya bukan pertama-tama karena menipisnya sumber-sumber daya alam, bukan pula karena pengaturannya yang dilaksanakan secara monopoli oleh segelntir orang-orang yang diistimewakan saja, tetapi terutama karena semakin melemahnya ikatan persaudaraan manusiawi di antara pribadi-pribadi dan bangsa-bangsa" (Populorum Progressio, 66).

Memperhatikan sesama berarti juga menghendaki yang baik bagi mereka itu dalam segala bidang: bidang jasmani, bidang moril dan bidang rohani. Budaya kontemporer kita ini sepertinya sudah kehilangan rasa terhadap yang baik dan yang jahat, kendatipun ada suatu kebutuhan yang nyata untuk menegaskan kembali, bahwa kebaikan sungguh ada dan akan menang, karena Allah "murah hati dan bertindak dengan murah hati juga" (Mzm. 119:68). Kebaikan adalah apa saja yang memberi, melindungi dan mengembangkan kehidupan, persaudaraan dan persekutuan. Maka tanggungjawab terhadap sesama berarti menghendaki dan bekerja bagi kebaikan orang lain, dengan harapan, bahwa merekapun akan suka menerima kebaikan itu bersama dengan tuntutan-tuntutannya. Memperhatikan orang lain berarti menyadari kebutuhan-kebutuhannya. Kitab Suci mengingatkan kita akan bahaya, bahwa hati kita akan dikeraskan oleh semacam "anestesi rohani", yang membuat kita mati-rasa terhadap penderitaan orang lain. Penginjil Lukas mengisahkan dua dari perumpamana-perumpamaan Yesus sebagai contohnya.

Dalam perumpaan tentang seorang Samaria yang baik, imam dan orang Lewi itu "melewati dari seberang jalan" dengan sikap acuh-tak-acuh terhadap kehadiran orang yang dirampok habis-habisan dan dipukuli oleh penyamun (lih. Luk. 10:30-32). Dan dalam perumpamaan tentang Orang Kaya dan Lazarus, si kaya itu tidak mengindahkan kemiskinan Lazarus yang hampir mati kelaparan tepat di depan pintu rumahnya (lih.Luk. 16:19). Kedua perumpamaan itu menunjukkan contoh yang sebaliknya dari "menaruh perhatian", sambil melihat orang lain dengan kasih dan bela-rasa. Lalu apa yang menghalangi kita memandang saudara-saudari kita dengan pandangan kemanusiaan dan penuh kasih itu? Sering penyebabnya adalah memiliki banyak kekayaan material dan rasa ketercukupan, akan tetapi bisa juga kecenderungan untuk menempatkan kepentingan dan masalah kita sendiri di atas semua yang lain. Kita tidak pernah boleh merasa tidak mampu "menunjukkan belas-kasih" kepada mereka yang menderita. Hati kita tidak pernah boleh tertutup oleh urusan dan masalah-masalah kita sendiri sedemikian, sehingga tidak mampu mendengarkan jeritan kaum papa. Kerendahan hati serta pengalaman pribadi sendiri atas penderitaan dapat membangkitkan di dalam diri kita perasaan bela-rasa dan simpati, "Orang benar mengetahui hak orang lemah, tetapi orang fasik tidak mengertinya" (Ams. 29:7). Maka kita bisa memahami sabda bahagia bagi mereka "yang berduka-cita" (Mat 5:4), mereka yang pada akhirnya mampu melihat lebih jauh dari pada dirinya sendiri serta memiliki bela-rasa terhadap penderitaan sesamanya. Mengulurkan tangan kepada orang lain dan membuka hati kita terhadap kebutuhan mereka dapat menjadi kesempatan untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan.

"Memperhatikan satu sama lain" juga berarti menaruh perhatian kepada kesejahteraan rohani mereka. Di sini saya ingin menyebut salah satu aspek dari hidup kristiani, yang saya yakin telah cukup dilupakan: menegur secara persaudaraan dalam kaitan dengan keselamatan kekal. Dewasa ini, pada umumnya, kita merasa sangat peka terhadap gagasan tentang kasih dan pelayanan terhadap kesejahteraan jasmani dan material orang lain, tetapi kita hampir terdiam seribu bahasa mengenai tanggungjawab rohani kita terhadap saudara dan saudari kita. Padahal tidak demikian dengan Gereja Perdana atau dengan komunitas-komunitas yang sungguh-sungguh matang di dalam iman, mereka yang prihatin bukan saja terhadap kesehatan jasmani dari saudara dan saudari mereka, tetapi juga terhadap kesehatan rohani mereka serta terhadap tujuan akhir hidup mereka. Kitab Suci mengatakan kepada kita: "Kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya; berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak; ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah (Ams. 9:8ss). Kristus sendiri memerintahkan kita untuk menegur saudara kita yang berdosa (lih. Mat. 18:15). Kata-kerja yang dipergunakan untuk melukiskan teguran persaudaraan itu ��elenchein�� adalah kata yang sama yang dipergunakan untuk menyatakan tugas perutusan kenabian seorang kristiani untuk berbicara melawan suatu angkatan yang melakukan kejahatan (lih, Ef. 5:11). Tradisi Gereja telah memasukkan juga "hal menegur para pendosa" ini di antara perbuatan-perbuatan kasih yang bersifat spiritual. Pentinglah memulihkan kembali dimensi kasih kristiani ini. Kita tidak boleh diam saja terhadap kejahatan. Saya ingat akan semua orang kristiani yang, hanya karena pertimbangan manusiawi atau hanya karena kecocokan dengan selera pribadi lebih mengadaptasi mentalitas yang sedang berlaku umum dari pada menegur saudara dan saudarinya untuk menentang cara berpikir dan bertindak yang bertentangan dengan kebenaran dan yang tidak mengikuti jalan kebaikan.

Teguran secara kristiani, dari pihaknya, tidak pernah dimotivasi oleh semangat menuduh atau menyalahkan. Selalulah dia digerakkan oleh cinta dan belas-kasih dan memancar keluar dari perhatian yang tulus bagi kebaikan orang lain. Seperti dikataan oleh Rasul Paulus: "Kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan" (Gal. 6:1). Dalam dunia yang dilanda dengan individualisme seperti ini, adalah sangat mendasar untuk menemukan kembali pentingnya menegur secara persaudaraan, agar supaya kita, bersama-sama dapat menempuh jalan menuju ke kesucian. Kitab Suci sendiri menyebutkan, bahwa bahkan sampai "tujuh kali orang benar jatuh" (Ams. 24:16); memang kita semua ini lemah dan tidak sempurna (lih. 1Yoh. 1:8). Oleh karena itu, sungguh merupakan suatu pelayanan yang besar membantu orang lain dan membiarkan mereka memnatu kita, sehingga kita dapat terbuka terhadap seluruh kebenran tentang diri kta sendiri, meningkatkan hidup kita dan berjalan dengan lebih tegak di jalan Tuhan. Pastilah akan senantiasa dibutuhkan adanya suatu pandangan yang mengasihi dan mengingatkan, yang memahami dan mengerti, yang penuh keprihatinan dan pengampunan (bdk. Luk. 22:61), sebagaimana Allah sendiri telah bertindak dan akan senantiasa bertindak sedemikian dengan masing-masing kita semua.

2. "Saling memperhatikan": anugerah sikap timbal-balik (resiprositas).
"Menjaga" orang lain seperti ini sungguh sangat bertentangan dengan mentalitas yang, dengan menurunkan nilai hidup secara terbatas hanya sampai pada dimensi duniawi saja, gagal untuk bisa melihatnya dalam perspektif eskatalogis dan bisa menerima pilihan moril manapun dengan mengatas-namakan kebebasan pribadi. Suatu masyarakat, seperti masyarakat kita ini, dapat menjadi buta terhadap penderitaan jasmani dan terhadap tuntutan-tuntutan yang besifat spiritual dan moral dari hidup itu. Yang seperti ini tidak boleh terjadi dalam suatu komunitas kristiani! Rasul Paulus mendorong kita untuk mengejar "apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun" (Rom. 14:19), demi kesejahteraan sesama kita "untuk membangunnya" (15"2), sambil mengupayakan, bukan keuntungan pribadi, melainkan "berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, supaya mereka beroleh selamat" (1Kor 10:33). Saling menegur dan mendorong seperti ini di dalam semangat kerendahan hati dan kasih, haruslah menjadi bagian dari hidup Komunitas Kristiani.

Murid-murid Tuhan, diperstukan dengan Dia melalui Ekaristi, hidup dalam persekutuan yang mengikat mereka satu sama lain sebagai anggota dari tubuh yang satu dan sama. Ini berarti bahwa orang lain adalah juga bagian dari saya, dan bahwa hidupnya, keselamatannya juga menyangkut hidup dan keselamatan saya sendiri. Di sini kita menyentuh suatu aspek yang mendalam dari persekutuan: keberadaan kita berkaitan dengan keberadaan orang lain, yang bisa membawa kebaikan, tetapi juga keburukan. Baik dosa-dosa kita maupun perbuatan-perbuatan kasih kita memiliki dimensi sosial. Saling keterikatan ini dapat dilihat di dalam Gereja, tubuh mistik Kristus: Komunitas ini senantiasa melakukan pertobatan dan mohon pengampunan bagi dosa anggota-anggotanya, tetapi juga secara jitu bersukacita di dalam contoh-contoh keutamaan dan kasih yang ada di tengah-tengahnya. Seperti dikatakan oleh Santo Paulus: "Supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan" (1Kor. 12:25), karena kita semua membentuk satu tubuh.

Perbuatan kasih terhadap saudara dan saudari kita, ��seperti terungkap misalnya dalam memberi sedekah, suatu praktek yang bersama dengan doa dan puasa, mencirikhaskan masa Prapaskah�� berakar dalam hal persekutuan bersama ini. Umat kristiani dapat juga mengungkapkan keanggotaan mereka di dalam satu tubuh yang adalah Gereja itu dengan menaruh perhatian secara konkrit kepada yang termiskin dari yang mskin. Begitu juga halnya, perhatian satu sama lain ini berarti juga pengakuan terhadap kebaikan yang diperbuat oleh Tuhan kepada sesama kita itu dan juga merupakan ucapan syukur atas mukjijat-mukjijat rakhmat yang di dalam kebaikan-Nya tetap dikerjakan oleh Allah yang Mahakuasa itu di dalam diri anak-anak-Nya. Apabila seorang kristiani melihat Roh Kudus berkarya di dalam diri orang-orang lain, mereka tidak dapat bertindak lain kecuali bersukacita dan memuliakan Bapa yang di surga itu (bdk. Mat. 5:16).

3. �Supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik": berjalan bersama dalam kekudusan.
Kata-kata dari Surat kepada Orang Ibrani ini (10:24) mendorong kita untuk ber-refleksi tentang panggilan kepada semua orang untuk kekudusan, yakni perjalanan yang terus-menerus dari kehidupan rohani, sementara kita mengharapkan anugerah-anugerah rohani yang lebih besar dan pada kasih yang senantiasa lebih luhur dan menghasilkan buah (bdk. 1Kor. 12:31 - 13:13). Sikap memperhatikan satu sama lain ini seharusnya memacu kita untuk semakin lama semakin mengefektifkan kasih, yang "seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari" (Ams. 4:18), membuat kita menghayati setiap hari dalam hidup kita ini sebagai antisipasi dari hari keabadian yang sedang menantikan kita di dalam Allah.

Waktu yang diberikan Allah kepada kita dalam hidup ini sungguh berharga untuk menentukan dan melaksanakan perbuatan baik dalam kasih Allah. Dengan cara demikian Gereja sendiri senantiasa berkembang menuju ke kedewasaan Kristus secara penuh (bdk. Ef. 4:13). Nasehat-nasehat yang kita berikan untuk saling mendorong satu sama lain untuk mendapatkan kepenuhan kasih dan perbuatan baik itu ditempatkan di dalam dinamika perkembangan ke masa depan.

Sayangnya, selalu saja ada godaan untuk menjadi suam-suam kuku, untuk memadamkan Roh, untuk menolak menanamkan sebagai modal talenta yang kita terima, bagi kebaikan kita sendiri dan bagi kebaikan orang lain (bdk. Mat. 25:25ss.). Kita semua telah menerima kekayaan rohani dan jasmani yang dimaksudkan untuk dipergunakan bagi pemenuhan rencana Allah, bagi kebaikan Gereja dan bagi keselamatan kita sendiri secara pribadi (bdk Luk. 12:21b.; 1Tim. 6:18). Para pakar kehidupan rohani mengingatkan kita, bahwa di dalam kehidupan beriman, mereka yang tidak mengalami kemajuan, secara tak terelakkan sama dengan mengalami kemunduran.

Saudara-saudari terkasih, marilah kita terima ajakan, hari ini adalah hari yang paling tepat tiada duanya, untuk mencapai "standard yang tinggi dari hidup kristiani yang biasa itu" (Novo Millennio Ineunte, 31). Kebijaksanaan Gereja dalam mengakui dan memaklumkan orang-orang Kristiani tertentu yang menonjol sebagai Beato dan Santo juga dimaksudkan untuk memberi ilham kepada orang-orang lain untuk meneladan keutamaan-keutamaan mereka. Kepada kita Santo Paulus menasehatkan "untuk saling mendahului dalam memberi hormat" (Rom, 12:10).

Dalam dunia yang menuntut dari orang-orang Kristiani sebuah kesaksian yang terbarui akan kasih dan kesetiaan kepada Tuhan, kiranya kita semua ini merasakan mendesaknya kebutuhan untuk saling mendahului dalam amal-kasih, pelayanan dan perbuatan baik (bdk. Ibr. 6:10), Tuntutan ini secara khusus sungguh mendesak dalam masa kudus untuk mempersiapkan Paskah ini. Sambil mempersembahkan dalam doa harapan saya agar masa Prapaskah ini menjadi masa yang terberkati dan berbuah limpah, saya menyerahkan kalian semua dalam pengantaraan Bunda Maria tetap Perawan dan dengan tulus hati saya berikan kepada kalian semua Berkat Apostolik saya.

Dari Vatikan, 3 November 2011
Benediktus XVI, Paus

Recent Post