Latest News

Showing posts with label Film. Show all posts
Showing posts with label Film. Show all posts

Friday, July 6, 2012

FILM SOEGIJA : Nirwan Merasa Kena Kutukan


Mendapatkan tawaran bermain film dari sutradara sekelas Garin Nugroho, dianggap berkah besar bagi sebagian besar orang. Namun, Nirwan Dewanto, justru merasa terkena kutukan ketika didapuk sebagai pemeran utama Romo Soegijapranata dalam film Soegija.

�Gara-gara film ini, wajah saya terpampang dimana-mana. Kebetulan saya tidak suka hal ini,� katanya sembari tersenyum dalam jumpa pers, seusai pemutaran perdana film Soegija di Studio 21, Ambarakmo Plaza, belum lama ini.

Menurut ayah satu anak ini, beban bertambah karena selama pembuatan film dia harus mengenakan jubah layaknya seorang uskup. �Jujur beratnya bukan main. Saya aja enggak betah terutama saat pas syuting di Semarang yang panasnya menyengat,� ujar pria kelahiran 1963 itu.

Nirwan mengaku sangat lelah sehingga terkadang tertidur di masjid di dekat lokasi syuting. �Apesnya dari siang sampai Maghrib jubah yang saya pakai itu enggak diambil-ambil,� celetuknya.

Budayawan yang juga ikut tergabung dalam komunitas Salihara itu sebenarnya mengaku tidak menginginkan peran Soegija. Lantaran terus didesak oleh Garin, dia pun luluh. �Karena saya memang tidak bisa akting. Lagipula baru kali pertama saya main film,� bebernya.

Nirwan memebeberkan rahasia mengapa akhirnya luluh. Alasannya cerita yang digarap Garin sangat berkualitas. Terlebih cerita film itu berlatar belakang perjuangan Romo Soegjia dalam membela rakyatnya. �Saya merasa berkontibusi terhadap bangsa ini dalam memberikan tontonan yang bermutu,� tandasnya.

Disinggung mengenai apakah ia kapok untuk bermain film lagi usai memainkanperan Soegija. Nirwan enggan menjawab secara pasti. �Ya lihat saja nanti, kalau naskahnya bagus akan saya pikir-pikir dulu,� terangnya.

Friday, June 15, 2012

Anas Urbaningrum Gelar Nonton Bareng Film SOEGIJA




VIVAnews - Sejumlah pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, termasuk Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum, tampak berkerumun di Plaza Senayan, Jakarta. Ada apa gerangan?

Mereka bukannya hendak menggelar rapat di plaza itu, melainkan menggelar acara nonton bareng film SOEGIJA karya sutradara kawakan Garin Nugroho. Khusus kali ini, DPP Demokrat sama sekali tak berniat membahas situasi politik di tanah air maupun di internal partai mereka.

Mereka mulai bergerombol di depan Teater 2 Plaza Senayan sekitar pukul 14.12 WIB. Tampak di antara rombongan DPP Demokrat adalah Saan Mustopa, Radityo Gambiro, Jafar Hafsah, Sutan Bhatoegana, Umar Arsal, Jhonny Allen, Andi Nurpati, dan lain-lain.

Juru Bicara Partai Demokrat, Andi Nurpati, menegaskan insiatif Anas untuk nonton bareng ini bukan untuk mencairkan suasana di internal partai yang terkesan tegang dengan adanya permintaan sebagian kader agar Anas mundur dari jabatannya sebagai ketua umum partai.

�Nonton begini buat kami sudah biasa kok,� kata Nurpati. Ia menambahkan, acara ini hanya dihadiri oleh DPP Demokrat. Tidak ada pendiri dan deklarator Demokrat yang diundang. �Karena nonton ini sekedar selingan, cuma untuk internal partai,� ujarnya.

Anas sendiri tampak santai ketika diberondong pertanyaan oleh wartawan mengenai ketidakhadirannya di acara silaturahmi Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat, Rabu 13 Juni 2012. �Nanti ya habis nonton. Kita ngopi dulu saja,� ujarnya kalem.

Wednesday, June 13, 2012

Rilis Bersamaan, 'SOEGIJA' Raih Penonton 5 Kali Lipat 'Mr Bean Kesurupan Depe'




Tahun 2011 disebut-sebut sebagai tahun penurunan bagi film nasional. Tak ada film yang ditonton lebih dari 1 juta penonton.

Dua film terlaris tahun itu; Surat Kecil Untuk Tuhan dan Arwah Goyang Jupe-Depe yang berhasil menembus 700 ribu penonton, bukanlah film favorit kritikus.

Tahun 2012 kondisinya membaik. The Raid berhasil mengumpulkan 1,8 juta penonton. Film yang disutradarai Gareth Evans ini juga mendapat sambutan yang hangat dari kritikus film, dalam dan luar negeri.

Ada film yang berpotensi mengulang sukses The Raid; SOEGIJA. Menurut seorang pengamat film, SOEGIJA hari pertama ditonton sekitar 60 ribu orang. Angka ini melampaui The Raid, yang hari perdananya ditonton sekitar 57 ribu orang.

Berdasarkan data filmindonesia.or.id yang kami akses pada Senin (11/6), film yang tayang perdana pada Kamis (7/6) lalu sudah ditonton 210.727 penonton, dan menjadikannya film terlaris ke-7 sementara di tahun 2012. Angka ini membuat SOEGIJA sukses melampaui film yang lebih dulu tayang seperti Broken Hearts (208.099), Kakek Cangkul (177.316), dan Malaikat Tanpa Sayap (161.882).

SOEGIJA juga sukses mendepak Santet Kuntilanak yang minggu lalu masih terdeteksi di 10 besar. Jumlah ini sepertinya akan terus naik pesat, mengingat SOEGIJA menempati 2 teater di sejumlah bioskop Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Malang, dan beberapa kota lain.

Lalu bagaimana dengan film kontroversial Mr. Bean Kesurupan Depe yang rilis di hari yang sama? Film yang kata produsernya dibintangi Mister Bean asli Inggris (tapi bukan Rowan Atkinson) itu baru meraih 41.317 penonton, atau satu per lima jumlah penonton SOEGIJA.

SOEGIJA yang bercerita tentang uskup pertama di Indonesia memperoleh 210.727 penonton. Sedang MR BEAN KESURUPAN DEPE hanya mendapat 41.317 penonton. Apakah ini pertanda penonton Indonesia mulai mau diberikan suguhan baru selain keberagaman tema horor? Jika memang benar, hal ini patut dirayakan. 

Tuesday, June 12, 2012

Film 'Soegija' yang Tidak Mengungkap Soegija




Dari ukuran keseriusan membuat film yang menggambarkan era 40-an, film ini top punya. Suasana latar gedung-gedung, properti hingga kostum benar-benar membawa kita kembali ke era itu.

Film ini misalnya, jauh melebihi trilogi film 'Merah Putih' yang disutradarai Yadi Sugandi. Di  Merah Putih, pasukan Indonesia terlihat ganteng-ganteng, rapih jali,  bersih,  dengan seragam tidak kotor, dan persenjataan seperti pasukan yang sudah mapan.  Nahh, di  Soegija, para laskar ini benar-benar mengambarkan tentara dari negara yang baru seumur jagung. Mereka berkaos compang-camping, dekil, kumuh, telanjang kaki. Sangat pas dengan gambaran tentara Indonesia masa itu.

Sayang, keunggulan film ini, buat saya hanya di situ. Cuma sampai membangun nuansa dan  suasana 40-an.
Tetapi dari segi cerita, terus terang saya tidak menikmati film ini.  Seperti sayur yang terlalu banyak bumbu, begitulah kesan saya soal Soegija.

Ceritanya terlalu terpencar dan tidak fokus. Terlalu banyak tokoh yang ditonjolkan, dan terlalu banyak pesan yang ingin disampaikan melalui tokoh-tokoh tersebut. 

Kita bakal bertemu dengan cerita Ling-Ling dan ibunya yang terpisah karena perang. Kita juga bakal melihat Suzuki Komandan Jepang yang mudah tersentuh hatinya jika mengingat anaknya. Juga akan bertemu dengan Hendrik wartawan Belanda dan Mariem gadis pribumi Katolik, juga akan bertemu sosok Lantip pemuda Katolik yang mengangkat senjata memimpin pasukan. Dia selalu meminta nasehat Soegija. Selain itu, ada juga Robert serdadu Belanda yang gila perang, tetapi menjadi melo saat menemukan seorang bayi korban perang.

Untuk semua tokoh itu ada adegan-adegannya sendiri yang terlalu dipaksakan untuk membawa sebuah pesan ke penonton. Misalnya,  Ling-Ling yang Tionghoa dengan adegannya bertanya kepada Soegija soal mengapa orang Tionghoa selalu menjadi korban penjarahan.

Meski film berjudul Soegija, tokoh Soegija malah tampak bukan menjadi yang utama. Terbagi dengan karakter-karakter fiktif yang terlalu banyak diceritakan.

Dalam film ini, saya tidak mendapat gambaran soal bagaimana sosok Soegija pada masa itu, peran pentingnya, pengorbanan pribadi yang harus dilakukannya sebagai pemimpin umat di negara yang tengah bergejolak. Dilema-dilema yang harus dihadapinya sebagai uskup dan juga sebagai pendukung republik.

Misalnya adegan dia berunding dengan pemimpin tentara Jepang dan Sekutu terjadi begitu saja. Sebagaimana juga adegan dia bertemu wakil Vatikan dan Presiden Soekarno terasa hambar saja. Padahal alangkah lebih baiknya diungkap lebih dramatis  bagaimana perjuangan Soegija mengusahakan dukungan Vatikan, sehingga negara itu menjadi negara eropa  yang pertama mengakui kedaulatan Indonesia.

Menurut saya, lebih bagus jika film ini hanya terfokus pada sosok Soegija saja. Sebagaimana film-film tentang kisah hidup orang yang inspiratif. Misalnya seperti  film tentang musisi Ray Charles Robinson, Muhammad Alie atau Nelson Mandella. Bahkan saya lebih puas menonton film The Rise of  Evil yang menceritakan  kisah hidup Pemimpin Nazi Adolfi Hitler,  mulai dari lahir sampai kematiannya.  Buat saya, penggambaran karakter di film-film tersebut sangat kuat. Di The Rise of Evil contohnya, penonton diajak memahami bagaimana pengalaman hidup, lingkungan, yang akhirnya membentuk Hitler jadi seorang tiran.

Ekspektasi saya, sebenarnya Soegija dibuat seperti film-film bertema biografi seperti itu. Penyampaian pesan-pesan pluralisme, kemanusiaan, kebangsaan, 100 persen katolik dan 100 persen Indonesia, saya kira bakal bisa lebih lugas digambarkan hanya melalui kisah seorang Soegija saja. Tidak perlu lagi menaruh banyak karakter fiktif yang malah seperti dipaksakan.

Saturday, June 9, 2012

Mari Pangestu: Film Soegija Luar Biasa




TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu langsung memberi jempol untuk film Soegija yang baru saja ditontonnya. Menurut Marie, film besutan sutradara Garin Nugroho tersebut memiliki nilai nasionalisme yang tinggi.

"Dari semua film yang pernah dibuat oleh Garin Nugroho, ini saya rasa film terbaik yang pernah dibuat Garin. Luar biasa ada film seperti ini yang penuh pesan nasionalisme dan kesatuan. Pesannya sangat bagus, bagaimana kita tetap bersatu meski beda etnis dan agama. Kami sangat mengapresiasi," ungkap Mari usai nonton bareng "Soegija" di XXI Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (7/6/2012) malam.

Marie mengaku puas dan terhibur dengan jalan cerita Soegija. "Senang sekali pas nonton tadi. Pesan yang disampaikan berkualitas, ada serius dan ada komedinya juga. Cerita humanisnya sangat kental, ini film  yang bisa menghibur dan berkualitas," puji Mari.

Pujian Mari tak berhenti sampai di situ. "Ini kan film kolosal, kru yang paling banyak, film dengan enam bahasa. Saya sangat mengapresiasi bahasa Jawa yang digunakan, sangat bagus," lanjutnya.

Marie berharap akan ada film-film nasional yang bermutu lainnya seperti Soegija. "Memang ini satu tantangan sampai saat ini membuat film yang memiliki pesan-pesan, tapi dengan sisi kualitas harus bisa komersial dan kembali modal," harap Mari.

Tuesday, May 22, 2012

Film SOEGIJA Jadi Kontroversi

Banyak orang menilai bahwa film ini akan mempengaruhi iman seseorang jika menontonnya.

Di BIOSKOP mulai 7 Juni 2012

Kontroversi mengenai film Soegija marak dibicarakan di dunia maya dan Blackberry Messenger (BBM). Banyak orang menilai bahwa film ini akan mempengaruhi iman seseorang jika menontonnya. Mendengar hal itu, salah satu pemain dalam film ini, Butet Kertaradjasa menyayangkan adanya pendapat seperti itu.

"Tidak akan ada iman seseorang itu berubah hanya karena menonton karya seni. Saya kasihan kenapa orang berpikir sedangkal itu. Sama halnya dengan orang beli makan nanya ini yang masak agama apa, udah sunat belum? Kan lucu. Gosip itu saya anggap promosi gratisan aja," tutur Butet saat ditemui di Ballroom Hotel Gran Melia, Kuningan, Selasa, 16 Mei 2012.

Pemain teater yang juga komedian ini juga menambahkan bahwa film garapan Garin Nugroho ini bukanlah film tentang keagamaan seperti yang ramai dibicarakan.

"Ini film tentang manusia yaitu seorang uskup pertama di zaman perang. Banyak perannya untuk negara ini salah satunya menghentikan perang 5 hari di Semarang antara Jepang, gerilyawan, dan pasukan Belanda," katanya.

Di film ini, Butet berperan sebagai Koster Toegimin. Untuk mendalami karakternya tersebut, ia bertemu langsung dengan seorang koster di salah satu gereja. Film yang juga melibatkan sejumlah seniman ternama seperti Landung Simatupang, Djaduk Ferianto, Nirwan, dan Olga Lidya ini akan tayang 7 Juni 2012 mendatang.

Butet berharap film ini dapat menumbuhkan semangat nasionalisme dan memberi inspirasi tentang multikultural dalam basis nasionalisme.

"Jadi film ini tujuannya untuk menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme, kemanusiaan dan bagaimana harus bersikap dalam situasi yang tidak stabil," tambahnya.

Sumber :

Friday, May 11, 2012

SOEGIJA, Film Indonesia Terbesar



Soegija, film garapan sutradara Garin Nugroho, bercerita tentang pahlawan nasional yang juga uskup pribumi pertama di Indonesia, Mgr. Albertus Soegijapranata. Pada Perang Pasifik 1940-1949, Soegija berkeliling Semarang untuk datang ke desa-desa dan mendengar keluhan penduduk di sana. Soegija juga memindahkan Keuskupan Semarang ke Yogyakarta sebagai dukungannya atas pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke DIY.

Meski bercerita tentang aktivitas Soegija sebagai uskup, Garin menolak anggapan bahwa film ini berisi tentang dakwah. Dia juga memastikan bahwa Soegija tidak bercerita tentang agama tertentu atau sebagai usaha kristenisasi. "Soegija bukan film dakwah atau tentang agama," kata Garin dalam diskusi film Soegija, Kamis, 26 April 2012.

Garin mengangkat kisah hidup Seogijapranata dalam filmnya untuk menunjukkan kepada para pemuda zaman sekarang bahwa Indonesia pernah punya pemimpin yang mengedepankan kemanusiaan. "Indonesia pernah punya pemimpin yang tangguh dan tidak menjadikan kemanusiaan sebagai sebuah wacana belaka," kata sutradara Rindu Kami Padamu ini.

Sebuah hiburan, kata Garin, bisa menjadi ruang pendidikan yang baik untuk membentuk seseorang. "Dan film Soegija bisa menjadi sarana diskusi penonton tentang kondisi saat ini," ujarnya.

Peran Soegija ketika Perang Pasifik tidak hanya penting bagi umat Katolik, melainkan untuk Indonesia. Sebab Soegija kerap menulis artikel di media luar negeri untuk melawan penjajah. Silent diplomacy, nama perjuangan itu. "Film ini merupakan tafsir sejarah yang dipopulerkan sesuai era saat ini," kata Garin.



Soegija merupakan film pertobatan Garin. Jika karya sebelumnya untuk pangsa festival internasional yang sulit dicerna penonton, kali ini Garin berjanji filmnya bisa dinikmati penonton mulai dari anak kelas 5 SD hingga kakek-nenek.

"Ini adalah film pertobatan Garin, film yang bisa dinikmati orang lain, lebih ringan, dan bagus untuk hiburan," kata Djaduk Ferianto, produser Soegija.

Garin menggarap Soegija selama 28 hari. Film ini bercerita tentang perjuangan Soegija melawan penjajah waktu Perang Pasifik 1940-1949 melalui artikel yang dikirimnya ke media asing. Ia berjuang secara silent diplomacy.

Kata Garin, kali ini dia sengaja membuat film yang ramah hiburan agar anak-anak dan remaja saat ini tahu bahwa Indonesia pernah punya pemimpin yang mengutamakan kemanusiaan. Bukan cuma menjadikan isu kemanusiaan sebagai wacana belaka. "Seperti yang terjadi pada pemimpin saat ini," kata dia.

Pemutaran film Soegija dimulai pada 7 Juni 2012. Karena tidak berat seperti film biasanya, anak SD kelas 5 pun sudah bisa ikut menontonnya.

Tempo.co

Sunday, March 4, 2012

SOEGIJA, Film Terbaru Garin Nugroho




Film dengan judul SOEGIJA akan segera dieksekusi. Film ini mengangkat kisah kepahlawanan Mgr Soegijapranata yang dikenal sebagai seorang Pahlawan Nasional dan juga Uskup Pribumi pertama di Indonesia. Film akan digarap sutradara ternama, Garin Nugroho.

Film ini mengambil setting waktu masa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dari Tahun 1940-1949. Saat perang lima hari di Semarang, Soegijapranata membuat negosiasi dengan pimpinan Jepang dan Sekutu di Gereja Gedangan, tempat dimana ia tinggal, untuk membuat gencatan senjata. Dan Shot pertama film ini juga akan dilakukan di Gereja Gedangan untuk adegan pentahbisan Uskup.

Posisinya sebagai pemimpin Gereja Katolik saat itu, tidak menghalanginya untuk berjuang secara total demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Perjuangan Soegijapranata memang bukan perjuangan dengan senjata, tetapi lebih banyak dengan diplomasi. Saat Clash Belanda I ia juga berpidato di RRI untuk pesan gencatan senjata, dan saat Clash Belanda II ia juga banyak menulis di surat kabar- surat kabar di luar negeri sebagai sebuah Silent Diplomacy.

Adalah Studio Audio Visual Puskat yang meproduseri film SOEGIJA ini. Film ini akan menjadi karya perdana SAV Puskat di dunia layar lebar. "Ide pembuatan film SOEGIJA ini mempertemukan Garin Nugroho sebagai Sutradara film ini, Djaduk Ferianto sebagai bagian dari team kreatif, dan juga Rm. Budi Subanar SJ sebagai peneliti dan penulis buku tentang Mgr. Soegijapranata," jelas Romo Murti, produser film Soegija dari SAV Puskat dalam rilis yang diberikan ke beritajatim.com.

Film ini menggandeng Garin yang sudah tidak asing lagi di dunia perfilman. Dalam film-filmnya ia banyak mengangkat keberagaman budaya, seni, agama. Baru-baru ini Garin Nugroho juga memproduksi film MATA TERTUTUP bekerja sama dengan Ma�arif Institute. Film ini berlatar belakang Islam dan film SOEGIJA ini berlatar belakang Katolik. Tapi kedua-duanya sebenarnya tidak melulu bicara tentang agama, tetapi lebih tentang situasi bangsa ini.

Film ini juga menggandeng sejumlah nama seniman dan artis. Di belakang layar ada Landung Simatupang sebagai Acting Coach dan Whani Darmawan sebagi Casting Director. Yang akan muncul dilayar adalah Nirwan Dewanto sebagai pemeran Mgr. Soegijaprata. Nirwan sempat terkejut ketika ditawari peran Soegijapranata ini. Ia merasa tidak mampu, selain karena ini pertama kali ia main film juga karena harus memerankan tokoh besar ini.

Pilihan pada Nirwan selain karena kimiripan wajah dan postur tubuh, juga karena ada karakter yang cukup kuat untuk sebuah film. Butet Kertarajasa juga akan berperan sebagai Koster Toegimin (pembantu pastor). Kisah persahabatan Soegija dan Tugimin ini akan membuat kisah Soegija ini sangat manusiawi.

Film ini juga akan mengangkat kisah keterpisahan manusia. Kisah

Mariyem (Anissa) yang terpisah dari kakaknya Maryono(Abe). Juga kisah Ling Ling (Reva), keluarga Tiong Hoa di Semarang yang terpisah dari ibunya yang diperankan oleh Olga Lydia. Kisah di masa perang adalah kisah terpisahnya manusia dari orang-orang yang dicintai, kisah terpecahnya kemanusiaan.

Selain di Gereja Gedangan pengambilan gambar juga akan dilakukan di Yogyakarta seperti di Gereja Bintaran, Panti Rapih, Stasiun Tugu, serta Klaten, Ambarawa dan sekitarnya. Film dengan dana yang hampir 12 milyar ini akan tayang di bioskop sekitar bulan juni 2012.

Sumber :

Recent Post