Latest News

Showing posts with label Ekaristi. Show all posts
Showing posts with label Ekaristi. Show all posts

Tuesday, September 4, 2012

KATEKESE SINGKAT: Misa Kudus dan Kitab Wahyu




Scott Hahn, Professor Kitab Suci Gereja Katolik, dalam bukunya "The Lamb's Supper" hlmn 144-146 menunjukkan unsur-unsur Misa Kudus dalam Kitab Wahyu. Pada saat membaca tulisan ini, saya sangat menganjurkan anda untuk mengambil Kitab Suci dan membuka Kitab Wahyu.


Berikut petikannya:

"Bila kita ingin menjadikan Kitab Wahyu masuk di akal, kita harus belajar membacanya dengan imajinasi sakramental. Kita akan melihat kemuliaan yang tersembunyi dalam Misa Kudus hari Minggu mendatang.

Lihat sekali lagi dan temukan bahwa benang emas liturgi adalah yang menyatukan mutiara-mutiara wahyu dari penglihatan Yohanes:

Ibadat Minggu (Why 1:10)
Imam Agung (Why 1:13)
Altar/Mezbah (8:3-4 ; 11:1 ; 14:18)
Imam-imam (presbyteroi 4:4 ; 11:15 ; 14:3 ; 19:4 )
Jubah-jubah (1:13 ; 4:4 ; 6:11 ; 7:9 ; 15:6 ; 19:13-14)
Selibat yang dikuduskan (14:4)
Kaki Dian atau menorah (1:12 ; 2:5)
Melakukan pertobatan (bab 2 dan bab 3)
Dupa (5:8 ; 8:3-5)
Kitab atau gulungan Kitab (5:1)
Hosti Ekaristi (2:17)
Piala-piala (15:7 ; bab 16 ; 21:9)
Tanda salib (tau 7:3 ;14:1 ; 22:4)
Kemuliaan (15:3-4)
Alleluya (19:1,3,4,6)
Arahkan hatimu (11:12)
"Kudus, kudus, kudus" (4:8)
Amin (19:4 ; 22:21)
'Anak Domba Allah" (5:6 dan di seluruh bagian)
Pentingnya Perawan Maria (12:1-6, 13-17)
Doa permohonan Para Malaikat dan Orang-orang Kudus (5:8 ; 6:9-10 ; 8:3-4)
Devosi kepada St. Mikael Malaikat (12:7)
Nyanyian Antifon (4:8-11 ; 5:9-14 ; 7:10-12 ; 18:1-8)
Pembacaan dari Kitab Suci (bab 2-3; 5 ; 8:2-11)
Keimamatan orang-orang percata (1:6 ; 20:6)
Kekatolikan atau Keuniversalan (7:9)
Kontemplasi Hening (8:1)
Perjamuan Perkawinan Anak Domba (19:9,17)

Gabungkanlah semuanya: unsur-unsur ini menjadi hampir seperti Wahyu - dan sangat mirip dengan Misa Kudus."


Para umat Katolik sekalian, inilah Misa Kudus yang kita semua hadiri dan rayakan setiap Minggu bahkan setiap hari. Misa Kudus kita ada dalam Kitab Wahyu dan Kitab Wahyu tergambarkan dalam Misa Kudus kita, Perjamuan Kawin Anak Domba Allah dengan Gereja sebagai Mempelai-Nya. Sadar tidak sadar, pada saat Misa Kudus, kita sedang berada dalam Kitab Wahyu.

Mulai sekarang, mari kita hayati dengan sungguh-sungguh setiap Misa Kudus yang kita hadiri dan rayakan. Temukanlah dan rasakan sendiri mutiara-mutiara Wahyu dalam Misa Kudus.

Ini adalah pengetahuan iman yang baru bagi banyak dari kita dan semoga bermanfaat.

Pax et Bonum sit semper vobiscum
Admin page Gereja Katolik




Sunday, September 2, 2012

Homili Minggu Biasa Ke-22 (2 September 2012) oleh Pater Phil Bloom



Menghadapi Godaan-godaan

Poin Penting: Hari ini kita melihat mengapa Allah mengizinkan godaan-godaan: yaitu supaya kita mengakui ketergantungan kita kepada-Nya.

Minggu lalu kita telah menyelesaikan seri lima minggu mengenai Ekaristi � Yohanes, Bab 6, Yesus Roti Kehidupan. Injil hari ini mengangkat mengenai kekhawatiran yang berhubungan dengan Misa: masalah godaan selama doa.

Yesus mengutip Yesaya mengenai orang-orang yang menghormati Allah dengan bibir mereka, sementara hati mereka tetap jauh dari Dia. Banyak orang merasa seperti itu ketika mereka duduk untuk berdoa, terutama saat Misa. Segera setelah kita membuat Tanda Salib, godaan-godaan mulai membanjiri pikiran.

Apa yang seseorang dapat lakukan mengenai godaan? Saya tidak memiliki solusi yang pasti, tetapi saya dapat membagikan beberapa pengalaman saya pribadi. Saya hendak berbicara mengenai tiga jenis godaan.

Mari kita mulai dengan kabar baik. Beberapa godaan dapat menjadi positif. Seringkali ketika saya berdoa, beberapa kebutuhan atau tugas akan datang ke dalam pikiran saya. Mungkin ada seseorang yang harus saya telepon. Saya belum memikirkan tentang dia sepanjang hari, tetapi ketika saya mulai berdoa, saya ingat bahwa saya berjanji untuk menelepon dia. Saya mencoba untuk menahan diri terhadap desakan untuk berhenti berdoa dan [desakan] untuk meneleponnya. Malahan saya mungkin mencatat namanya untuk didoakan kemudian kembali untuk berdoa. Hal terbaik yang bisa saya lakukan untuk teman saya adalah berdoa.

Ketika ada seseorang datang ke dalam pikiran saya, itu berarti saya harus berdoa untuk dia. Hal ini terutama terjadi ketika saya mengingat seseorang yang telah menyakiti saya. Bila godaan itu terjadi dalam Misa, saya mencoba untuk membawa hal itu ke dalam apa yang sedang terjadi di altar. Yesus memberikan hidup-Nya untuk saya, untuk pengampunan dosa-dosa saya. Bukankah sebaiknya saya meminta Dia membantu saya untuk mengampuni orang yang telah menyakiti saya? Jadi, godaan-godaan yang mengingatkan kita akan seseorang atau kewajiban kita dapat menjadi positif. Kita dapat mengintegrasikannya ke dalam doa, bahkan ke dalam Misa.

Saya sekarang hendak berbicara mengenai godaan tipe kedua: yaitu yang datang dari daging � tarikan ke bawah dari kodrat manusia. Kadang-kadang ketika saya sedang merayakan Misa, saya akan berpikir mengenai apa yang saya miliki di kulkas. Mungkin seseorang telah memberikan saya tamales. Saya membayangkan diri saya sendiri meletakkan makanan itu ke dalam microwave dan bagaimana tampilan makanan itu ketika saya menariknya keluar dari microwave. Saya tidak merasa lapar, tetapi tiba-tiba semua tamales  itu menjadi fokus perhatian saya. Pada saat mulai membayangkan hal ini, apa yang perlu saya lakukan adalah berkata, �Tolong!�. Mengakui bahwa saya tidak tahu bagaimana berdoa dan tidak mengenal Roh Kudus adalah pribadi yang berdoa di dalam diri saya. Seperti yang Yesus katakan, �roh memang penurut, tetapi daging lemah.� Tuhan, berikanlah aku Roh-Mu yang sangat kuat. Yesus mengizinkan kelemahan daging sehingga kita mengakui ketergantungan kita kepada-Nya. Hal ini tidak berarti kita diberikan ke dalam daging. Kita berada dalam pertempuran spiritual � dan seringkali pertempuran tersebut menjadi sangat dahsyat ketika kita mencoba untuk berdoa.

Saya memberi contoh di atas mengenai kerakusan. Ini berarti lebih dari sekadar makan berlebihan, tetapi juga menjadikan makan sebagai salah satu pusat pikiran seseorang. Di samping ketamakan, ada 6 dosa pokok lainnya � sebagai contoh iri hati, keserakahan, nafsu birahi � yang mana saja dapat datang ke hadapan kita selama berdoa. Jangan membiarkan dan jangan menyerah. Tetaplah melawan godaan-godaan yang datang dari daging � dan tetaplah memohon pertolongan kepada Allah.

Tipe ketiga godaan menawarkan beberapa keenakan: yaitu yang datang dari ketidaksopanan dalam berpakaian. Uskup John Yanta telah menulis surat yang bermanfaat mengenai Kesopanan saat Misa.

Ketidaksopanan dalam Misa adalah bagian dari sebuah masalah yang lebih besar � ketiadaan kesopanan dalam budaya kita. Masyarakat kita menyajikan ketidaksopanan sebagai sesuatu yang membebaskan, padahal dalam kenyataannya hal itu memperbudak orang. Lebih dari itu, ketidaksopanan mengelilingi kita bahkan menelan kita.

Untuk memahami apa yang kita sedang lawan, saya hendak menggunakan gambaran dari film Lord of The Rings. Anda mungkin mengingat laba-laba raksasa, Shelob, yang menyerang Frodo. Laba-laba itu mengelilingi Frodo dengan jaring-jaring lengket sehingga ia dapat melahap Frodo.

Begitu juga, budaya kita -  yang adalah sebuah budaya kematian � putaran jaring ketidaksopanan. Melawan jaring-jaring tersebut, kita terlihat tak berdaya. Kita, bagaimanapun juga, memilih beberapa alat perang di sisi kita. Anda mungkin mengingat bahwa ketika jaring-jaring Shelob membungkusi Frodo, Samwise teman Frodo melawan balik. Ia hanya memiliki dua senjata � sebuah pedang kecil hobbit yang terlihat konyol melawan laba-laba raksasa. Tetapi ia juga memiliki Phial (botol kecil) dari Galadriel. Phial itu mengeluarkan seberkas cahaya yang menyebabkan Shelob mengecil. Hal ini memungkinkan Samwise untuk menghancurkan makhluk yang mengerikan tersebut.

Bila kita berseru kepada Kristus, Ia akan mengirimkan seorang malaikat untuk membela kita. Terutama adalah sangat membantu dengan meminta pengantaraan dari Bunda Maria Yang Terberkati. Pertempuran ini tidak akan berakhir sampai saat kita dimasukkan ke dalam kubur, tetapi kita dapat mencari pertolongan untuk keluar dari jaring-jaring lengket yang menelan kita hari ini. Janganlah putus asa � dan terutama ketika kita datang ke Misa kita dapat berseru meminta pertolongan, bagi kita dan bagi orang-orang muda kita. Saya akan berbicara lebih banyak mengenai pertempuran untuk kemurnian Minggu depan.
Hari ini kita melihat mengapa Allah mengizinkan godaan-godaan: yaitu supaya kita mengakui ketergantungan kita kepada-Nya. Kita hidup dalam sebuah budaya kematian (culture of death) yang mengancam menelan kita. Para musuh menggunakan budaya tersebut untuk menyerang kita dari semua sisi. Tetapi, ketika kita meminta, Roh Kudus memberikan kita pertolongan. Seperti yang St. Yakobus katakan: Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang ... terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.� (Yak 1:17,21). Amin.


Pater Phil Bloom adalah Pastor Paroki St. Mary of the Valley, Monroe
Homili di atas diterjemahkan dari situs resmiparoki tersebut.
Pax et Bonum

 

Sunday, August 26, 2012

Homili Minggu Biasa Ke-21 (26 Agustus 2012) oleh Pater Phil Bloom


Yesus Memberikan Komuni Kudus di Lidah Para Rasul - Luca Signorelli (1512)
Yesus menawarkan keselamatan baik material maupun spiritual. Ia mengundang kita kepada perjamuan-Nya � Perjamuan Anak Domba. Seperti yang akan kita lihat, perjamuan ini memiliki dimensi fisik dan spiritual.

Kita telah mempelajari Yohanes, Pasal 6 � Yesus Sang Roti Kehidupan. Lebih jauh kita telah melihat: 1) bahwa Yesus sendiri Roti yang dapat memuaskan rasa lapar kita, 2) bahwa Yesus adalah �Roti yang turun dari Surga� untuk penebusan � sehingga kita dapat memasuki hubungan dengan Bapa dan 3) bahwa menerima Yesus dalam Kurban Kudus Ekaristi adalah perlu untuk kehidupan kekal. �... jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.� (Yoh 6:53)


Terdapat pengajaran-pengajaran yang sangat keras, bahkan mengejutkan, seperti yang Yesus tunjukkan kali ini. Kita dapat memahami mengapa banyak orang mengundurkan diri dari Dia. Perhatikan bahwa Kristus tidak berkata, �Kembalilah. Saya hanya bermaksud simbolis saja.� Tidak, Kristus justru bertanya kepada para rasul-Nya, �Apakah kamu tidak mau pergi juga?�

Itulah pertanyaan yang Yesus berikan di hadapan kita sekarang: Apakah kita siap untuk menerima Yesus � tidak hanya secara spiritual tetapi juga secara fisikal?

Selama berabad-abad, orang-orang menghendaki untuk menspiritualisasikan Yesus � untuk membuang jauh-jauh aspek fisik-Nya. St. Yohanes mengingatkan kita mengenai mereka: �Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia.� (2 Yoh 1:7 ; bdk 1 Yoh 4:1-6). Kita dapat melihat bahwa hal ini terlalu menspiritualkan Yesus terutama dalam Gnostisisme � ajaran sesat kuno yang masih berlangsung sampai sekarang. Gnostik berpikir bahwa mereka memilik sebuah pengetahuan rahasia (dalam bhs Yunani �gnosis�) yang membuat mereka lebih tinggi dibanding sesamanya. Mereka tidak memerlukan pembaptisan. Mereka tidak memerlukan Ekaristi. Mereka memiliki sebuah rahasia, pengetahuan superior. Gnostik berpikir bahwa pengetahuan itu � pencerahan itu, adalah semua yang ia butuhkan.

Umat Kristiani selalu menolak pendekatan spiritual berlebihan ini. Bagi kita, keselamatan membutuhkan baik spirit maupun materi. Di sinilah bagaimana C.S. Lewis mengekspresikan hal itu: �Ada tiga hal yang mewartakan kehidupan Kristus kepada kita: pembaptisan, keyakinan dan tindakan-tindakan misteri yang umat Kristiani sebut dengan nama-nama yang berbeda � Komuni Kudus, Misa Kudus, Perjamuan Anak Domba.� Keyakinan adalah spiritual tetapi Pembaptisan dan Komuni adalah peristiwa fisik � sakramen-sakramen (tanda kehadiran Allah yang kelihatan). Kita membutuhkan materi (hal-hal fisik) untuk keselamatan. Seperti yang Lewis tunjukkan, �Allah menyukai materi. Ia menemukannya.�

Untuk menerima realitas Kristus secara fisik dan materi berarti bahwa keselamatan memerlukan kerendahan hati. Saya tidak memiliki pengetahuan yang superior. Saya diselamatkan sama seperti orang-orang biasa � dengan dibersihkan dalam pembaptisan dan dengan makan Roti dan Anggur. Tindakan-tindakan ini adalah tindakan rendah hati seseorang, tetapi dalam kata-kata himne yang indah, �Ini adalah karunia untuk menjadi sederhana, ini adalah karunia untuk menjadi bebas, ini adalah karunia yang turun di mana kita seharusnya berada.�

Menerima material-material berarti bahwa keselamatan melibatkan sesuatu sebagai tambahan terhadap kerendahan hati. Keselamatan membutuhkan disiplin. Menerima sakramen-sakramen membuat kita menjadi bagian dari komunitas manusia. Hal itu memerlukan disiplin dan kerja keras. Tanyakan saja pada pasangan-pasangan yang sudah menikah.

Dalam bacaan kedua, St. Paulus berbicara mengenai komunitas perkawinan. Dia memberitahu istri untuk mempraktikan kerendahan hati. Sekali waktu seorang ibu memberitahu saya, �Bapa, Saya mencoba untuk menjadi istri yang rendah hati, tapi masalahnya adalah saya selalu benar dan suami saya selalu salah.� Saya tahu itu, tapi bagaimanapun juga tetaplah mempraktikkan kerendahan hati. Dan St. Paulus memberitahu suami untuk mencintai istrinya seperti Kristus mencintai Gereja. Kristus mencintai mempelai-Nya, yaitu Gereja, dengan memberikan hidup-Nya bagi Gereja sampai pada titik darah penghabisan. Dan Darah-Nya membawakan pengampunan dan membuat kita mampu memaafkan satu sama lain.

Adalah mudah untuk melihat mengapa orang-orang lebih mementingkan sebuah pendekatan spiritual secara murni [dan mengabaikan fisik]. Pendekatan seperti ini menghindarkan mereka dari berbagai pekerjaan rumit untuk membentuk sebuah komunitas.

Untuk menerima Yesus secara fisik � untuk memakan daging-Nya dan meminum darah-Nya dalam kehadiran Misa setiap minggu atau setiap hari � memerlukan usaha (kerja keras), sebuah upaya yang membutuhkan infusi (pemasukan) rahmat. Tetapi, saya memohon kepada anda, saudara-saudari, janganlah menyerah. Usaha ini akan membawakan sebuah hadiah, sebuah reward yang berada di luar bayangan kita.

Ketika saya menyampaikan seri homili ini, saya berbicara kepada anda mengenai bagaimana kita semua menginginkan surga dan bagaimana iblis mencoba untuk mengecoh kita dengan menawarkan surga duniawi kepada kita � sebagai contoh melalui obat-obatan, alkohol, hal-hal porno, perjudian dan lain-lain. Iblis tidak ingin membawakan kita kebahagiaan, melainkan kesengsaraan.

Yesus di sisi lain memanggil kita untuk rendah hati dan bekerja keras, tetapi ia memberikan kita damai yang membuat kita bertahan. Dan Ia menawarkan kita sekarang mencicipi surga [dalam Misa Kudus].

Dr. Scott Hahn telah menulis sebuah buku yang berguna berjudul �Perjamuan Anak Domba: Misa sebagai Surga di bumi.� Dia menunjukkan kepada kita bagaimana Kitab Wahyu dapat memperdalam pemahaman kita mengenai apa yang terjadi saat Misa dan bahwa Misa memberikan kita sebuah kunci untuk membuka Kitab Wahyu. Seperti yang dikatakan Dr. Hahn, �Menghadiri Misa adalah untuk memperbaharui perjanjian kita dengan Allah, seperti saat pesta perkawinan � karena Misa adalah Perjamuan Kawin Anak Domba.�

Misa adalah puncak dari seluruh kehidupan Kristiani. Di sini kita menerima Yesus tidak hanya secara spiritual tetapi juga secara fisik � Daging dan Darah-Nya. Terberkatilah mereka yang dipanggil hadir ke dalam Perjamuan Anak Domba. Amin.

Pater Phil Bloom adalah Pastor Paroki St. Mary of the Valley, Monroe
Homili di atas diterjemahkan dari situs resmiparoki tersebut.

Pax et Bonum

Thursday, August 2, 2012

Bolehkah Novena atau Praktik Devosi Diselipkan atau Digabungkan ke dalam Misa Kudus?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Indonesian Papist akan mengutip pernyataan dari dokumen resmi Gereja berikut ini (silahkan klik link untuk membacanya langsung dari situs resmi Vatican):
13. The objective difference between pious exercises and devotional practices should always be clear in expressions of worship. Hence, the formulae proper to pious exercises should not be commingled with the liturgical actions. Acts of devotion and piety are external to the celebration of the Holy Eucharist, and of the other sacraments.

On the one hand, a superimposing of pious and devotional practices on the Liturgy so as to differentiate their language, rhythm, course, and theological emphasis from those of the corresponding liturgical action, must be avoided, while any form of competition with or opposition to the liturgical actions, where such exists, must also be resolved. Thus, precedence must always be given to Sunday, Solemnities, and to the liturgical seasons and days.
Since, on the other, pious practices must conserve their proper style, simplicity and language, attempts to impose forms of "liturgical celebration" on them are always to be avoided.
....

From the offices of the Congregation for Divine Worship and the Discipline of the Sacraments, 17 December 2001.

Jorge A. Card. Medina Est�vez
Prefect

Perhatikan pada pernyataan yang saya tebalkan. Poin-poin penting yang bisa didapat dari pernyataan tersebut adalah:
1. Formula yang tepat untuk praktik kesalehan dan devosional tidak boleh bercampur dengan tindakan liturgi. Tindakan devosi dan kesalehan adalah EKSTERNAL terhadap Ekaristi Kudus dan Sakramen-sakramen lainnya.
2. Seharusnya selalu dihindari praktek memasukkan praktik kesalehan dan devosional ke dalam Liturgi. Juga harus selalu dihindari memaksakan bentuk "Perayaan Liturgi" bagi praktik kesalehan dan devosional.

Pater Edward McNamara, L.C.,  Professor Liturgi Universitas Regina Apostolorum memberikan jawaban yang sama untuk pertanyaan yang sama soal Novena/Praktik Devosional selama Misa Kudus. Jawaban Beliau seutuhnya dapat dilihat di situs berita Katolik ZENIT.

Beliau juga mengutip dokumen DIRECTORY ON POPULAR PIETY AND THE LITURGY PRINCIPLES AND GUIDELINES no.13 dan memberikan konklusi/kesimpulan sebagai berikut:
�Therefore it is incorrect to mingle any devotional exercise such as a novena or non-liturgical litanies within the context of the Mass; this mixing respects neither the nature of the Eucharistic celebration nor the essence of the pious exercise. Novenas or non-liturgical litanies may, however, be recited immediately before or after Mass.�

Jadi, kesimpulan Beliau adalah TIDAK TEPAT menggabungkan praktik devosional seperti Novena atau Litani Non-Liturgis ke dalam Misa Kudus. Pencampuran/penggabungan ini sama sekali tidak menghormati sifat/natur dari Ekaristi serta esensi dari praktik devosional. Praktik devosional dapat dilakukan segera sebelum atau sesudah Misa Kudus.

Kepada Beliau diberikan juga pertanyaan apakah devosi-devosi dapat dilakukan selama Adorasi Ekaristi. Beliau mengajukan DIRECTORY ON POPULAR PIETY AND THE LITURGY PRINCIPLES AND GUIDELINES No. 165 sebagai dasar penjelasannya yang berbunyi:
� ... Gradually, the faithful should be encouraged not to do other devotional exercises during exposition of the Blessed Sacrament. Given the close relationship between Christ and Our Lady, the rosary can always be of assistance in giving prayer a Christological orientation, since it contains meditation of the Incarnation and the Redemption.�
Terjemahan Bebas: "... Secara bertahap, umat beriman harus didorong untuk tidak melakukan praktik devosional lainnya selama eksposisi Sakramen Mahakudus (Cat. Indonesian Papist: Mengangkat dan Memperlihatkan Sakramen Mahakudus kepada umat). Mengingat hubungan yang erat antara Kristus dan Bunda Maria, Doa Rosario selalu dapat menjadi bantuan dalam memberikan orientasi kristologis terhadap doa, karena Doa Rosario mengandung meditasi akan Inkarnasi dan Penebusan."

Dari pernyataan di atas, kita bisa melihat bahwa Doa Rosario secara khusus disebutkan sebagai devosi yang dapat dilakukan selama Eksposisi Sakramen Mahakudus karena memberikan orientasi kristologis. Pater McNamara, L.C., menambahkan bahwa adalah mungkin bagi devosi-devosi yang memberikan orientasi kristologis untuk dilakukan selama Eksposisi Sakramen Mahakudus. Devosi-devosi tersebut termasuk novena-novena untuk persiapan Natal dan hari raya lainnya yang dapat digunakan sebagai doa-doa vokal dan aklamasi segera sebelum Pemberkatan (Benediction). Hal ini tidak berlaku untuk novena atau devosi terhadap Para Kudus tertentu.

Semoga bermanfaat!
Pax et Bonum
Indonesian Papist
Follow this blog @Katolik_Roma



Recent Post