Latest News

Showing posts with label Doa dan Hymne. Show all posts
Showing posts with label Doa dan Hymne. Show all posts

Friday, August 17, 2012

Doa untuk Tanah Air


Indonesian Papist mengucapkan:

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-68
(1945-2013)
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk MERDEKA. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.(Gal 5:13)

DOA UNTUK TANAH AIR

Allah, Bapa kami, Engkau telah menciptakan alam semesta sebagai kediaman bagi umat manusia. Tatkala umat pilihan-Mu hidup terlunta-lunta di pengasingan, Engkau membebaskan mereka dan menghantar ke tanah terjanji. Tanah air yang subur dan berlimpahan susu serta madu. Engkau pun memberikan tanah air kepada kami.

Bapa, kami bersyukur atas tanah air kami yang luas dengan isinya yang beraneka ragam: lautan dengan ribuan pulau, gunung dan daratan, hutan dan belantara; semuanya menyemarakkan tanah air kami.

Kami bersyukur atas ratusan suku dan aneka budaya serta bahasa yang Kau himpun menjadi satu bangsa dan satu bahasa.

Kami bersyukur atas pembangunan di tanah air kami, atas segala sarana dan prasarana yang tersedia.

Kami mohon berkat-Mu bagi semua yang mendiami tanah air ini. Semoga kami semua berusaha memelihara dan memajukannya. Bebaskanlah tanah air kami dari bahaya: bencana alam, kelaparan, perang, dan wabah penyakit.

Semoga kami semua tekun membangun tanah air kami demi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh bangsa. Bantulah kami mewujudkan tanah air yang adil, makmur, aman, damai dan sejahtera, sehingga tanah air yang kami diami di dunia ini selalu mengingatkan kami akan tanah air surgawi, tempat kami akan berbahagia abadi bersama Dikau. Semua ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin. (PS 194)

Pax et Bonum


Thursday, July 26, 2012

Doa Sesudah Misa Kudus oleh St. Thomas Aquinas


Tuhan, Bapa yang mahakuasa dan Allah yang kekal,
aku bersyukur kepada-Mu,
karena sekalipun aku adalah seorang pendosa, hamba-Mu yang tak berguna,
bukan karena kelayakanku, melainkan dalam kerahiman-Mu,
Engkau telah memberi aku makan dengan Tubuh dan Darah yang berharga dari PuteraMu, Tuhan kami Yesus Kristus.


Aku berdoa,
kiranya Komuni Kudus ini
tidak membawakan penghukuman dan kebinasaan bagiku,
melainkan pengampunan dan keselamatan.

Kiranya Komuni Kudus ini
menjadi sebuah pelindung iman dan perisai kehendak baik.

Kiranya Komuni Kudus ini
memurnikanku dari perbuatan-perbuatan jahat
dan mengakhiri niat-niatku yang jahat.

Kiranya Komuni Kudus ini
membawakan bagiku kemurahan hati dan kesabaran,
kerendahan hati dan ketaatan,
serta kekuatan untuk bertumbuh dalam kebajikan.

Kiranya Komuni Kudus ini
menjadi pertahananku yang kuat melawan segala musuh
baik yang kelihatan maupun yang tak kelihatan,
dan menjadi penenang yang sempurna atas segala dorongan hatiku yang jahat
baik jasmani maupun rohani.

Kiranya Komuni Kudus ini
mempersatukanku lebih dekat dengan Engkau,
satu-satunya Allah yang benar,
dan membawaku dengan selamat melewati kematian
menuju kepada kebahagiaan abadi bersama-Mu.

Dan aku berdoa kiranya Engkau membimbingku, seorang pendosa,
ke perjamuan di mana Engkau bersama PutraMu dan Roh Kudus,
adalah terang yang sejati dan sempurna,
kegenapan penuh, sukacita abadi, kegembiraan tanpa akhir,
dan kebahagiaan sempurna bagi para kudus-Mu.

Kabulkanlah doaku ini dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami.

Amin.

Sumber: Handbook of Prayers hlm. 212
Pax et bonum

Doa Sebelum Misa Kudus oleh St. Thomas Aquinas


Allah yang mahakuasa dan kekal,
Aku datang kepada Sakramen Putra Tunggal-Mu,
Tuhan kami Yesus Kristus.
Aku datang,
layaknya seorang pesakitan kepada dokter kehidupan,
layaknya seorang yang cemar kepada sumber kerahiman,
sebagai seorang yang buta kepada cahaya terang abadi,
sebagai seorang yang miskin dan membutuhkan kepada Tuhan pencipta langit dan bumi.


Tuhan, dalam kemurahan hati-Mu yang besar,
sudilah kiranya menyembuhkan penyakitku,
menahirkan kecemaranku,
mencelikkan kebutaanku,
memperkayaku dari kemiskinan
dan menyelubungi aku dari ketelanjangan.
Agar layaklah aku menerima Roti Para Malaikat,
Raja dari segala raja, Tuhan dari segala tuan,
dengan hormat dan kerendahan hati,
dengan kemurnian hati dan iman,
dengan pertobatan dan cinta kasih,
dan dengan tujuan demi membawaku kepada keselamatan.
Semoga aku layak menerima Sakramen Tubuh dan Darah Tuhan, dan juga realitas dan daya kuasanya.

Allah yang Maharahim,
Semoga aku layak menerima Tubuh Putra Tunggal-Mu,
Tuhan kami Yesus Kristus, yang lahir dari rahim Santa Perawan Maria; sehingga aku layak dimasukkan dalam Tubuh mistik-Nya,
dan terhitung di antara orang-orang kepunyaan-Nya.

Bapa yang Mahapengasih,
dalam perziarahan duniawiku ini, aku sekarang menerima Putera-Mu terkasih dalam selubung sebuah sakramen.
Semoga kelak suatu hari dalam kemuliaan aku dapat melihat dari muka ke muka Putera-Mu yang hidup dan berkuasa bersama dengan Engkau selama-lamanya. Amin

Diterjemahkan dari: Handbook of Prayers hlm. 34

Wednesday, May 2, 2012

St. Athanasius Agung dan Syahadat Athanasian

St. Athanasius Agung, Uskup Alexandria dan Doktor Gereja Katolik
St. Athanasius Agung

Pembela terbesar ajaran Gereja Katolik tentang Tritunggal MahaKudus, Keilahian Yesus Kristus dan misteri Inkarnasi (Penjelmaan) Sang Firman Allah menjadi Manusia adalah Santo Athanasius Agung, Uskup Alexandria, Mesir. Athanasius lahir di Alexandria, kurang lebih pada tahun 293 dan meninggal dunia pada tanggal 2 Mei 373. Beliau dikenal sebagai �Doktor Ortodoksi� karena perjuangannya yang besar dalam membela ajaran-ajaran iman yang lurus dan menentang ajaran-ajaran sesat yang berkembang pada masa itu.


St. Athanasius lahir di kota Alexandria (sekarang di Mesir) pada tahun 293 M dari keluarga Yunani beragama Katolik. Kotanya, Alexandria, pada masa itu adalah pusat ilmu pengetahuan terkemuka. St. Athanasius pada masa mudanya telah belajar banyak ilmu filsafat, teologi dan Kitab Suci serta karya-karya umum lainnya. Pada tahun 318, St. Athanasius ditahbiskan menjadi diakon, dan ditunjuk sebagai sekretaris Uskup Alexandria, St. Alexander. St. Alexander sendiri adalah seorang uskup tua yang juga turut membela ajaran tentang Tritunggal Mahakudus, Keilahian Yesus Kristus dan misteri Inkarnasi.

Sebagai sekretaris Uskup, ia berhubungan erat dengan para rahib padang gurun, seperti Santo Antonius, sang pertapa dari Mesir.  St. Athanasius sendiri sangat tertarik sekali dengan kehidupan para rahib itu. Akhirnya dia sendiri pun meneladani cara hidup para pertapa itu dan menjadi seorang pendoa besar.

Pada masa diakonatnya, bidaah Arianisme mulai menyebar luas. Arianisme ini dicetuskan oleh seorang imam bernama Arius dari Alexandria yang sebenarnya mengambil dasar ajaran dari imam pendahulunya Lucian dari Samosata, seorang imam dari Keuskupan Antiokia. Arianisme mengajarkan bahwa Yesus, Sang Firman Allah, diciptakan oleh Allah Bapa sehingga Yesus tidak sehakikat dan tidak setara dengan Allah Bapa.

Menanggapi ajaran sesat Arianisme, St. Athanasius bersama St. Alexander, uskupnya, pergi menghadiri Konsili Nicea (sekarang: Iznik, Turki) yang diprakarsai oleh Kaisar Konstantinus Agung pada tahun 325 M. Konsili ini sendiri dipimpin oleh Uskup Hossius dari Cordoba (Spanyol) sebagai wakil  Paus St. Silvester bersama dengan dua orang imam utusan resmi Paus, yaitu  Romo Vitus dan Romo Vinsensius. Dalam konsili itu, St. Athanasius terlibat aktif dalam diskusi-diskusi mengenai Keilahian Yesus Kristus,Pribadi kedua dalam Tritunggal MahaKudus. Pada Konsili Nicea ajaran bahwa Yesus adalah Allah yang setara dan sehakikat dengan Allah Bapa diteguhkan menghadapi ajaran Arius. Pada konsili ini, Arius diekskomunikasi Gereja.

Sekembali dari konsili itu, peranan St. Athanasius semakin terasa penting, terutama setelah meninggalnya Uskup St. Alexander enam bulan kemudian. Sebagai pengganti Uskup St. Alexander, St. Athanasius dipilih menjadi Uskup Alexandria. Dalam tugasnya sebagai uskup, St. Athanasius mengunjungi seluruh wilayah keuskupannya, termasuk pertapaan-pertapaan para rahib. Ia mengangkat seorang uskup untuk wilayah Ethiopia. Ia memimpin keuskupannya selama 45 tahun.  Pada masa kepemimpinannya Arianisme mulai timbul lagi di Mesir. Dengan tegas St. Athanasius menentang Arianisme itu.

St. Athanasius membaktikan hidupnya untuk melawan ajaran sesat ini hampir 50 tahun. Di samping St. Athanasius, ada juga St. Hilarius dari Poitiers (Doktor Keilahian Kristus, dijuluki St. Athanasius dari Barat), St. Basilius dari Caesarea (Doktor Kehidupan Membiara) dan St. Gregorius dari Nazianzen (Doktor Para Teolog). Pada masa itu, Para Bapa Gereja tersebut juga berperan besar dalam melawan bidaah Arianisme, tetapi mereka mengakui St. Athanasius sebagai pemimpin mereka. �Athanasian� seringkali digunakan sebagai nama kelompok dari kaum Katolik dalam melawan kelompok �Arian� yang menganut bidaah Arianisme. Nama St. Athanasius kerap didengungkan oleh dua kelompok, baik Katolik maupun Arian. Sinode-sinode kelompok Arian mendeklarasikan bahwa mereka menolak St. Athanasius, sementara itu setiap sinode Gereja Katolik membela dan mendukung St. Athanasius. Di dalam 5 kali masa kekaisaran serta 5 kali masa kepausan, St. Athanasius menjadi  menara penjaga utama yang teguh bagi umat Katolik masa itu yang mengalami kebingungan dan keputusasaan akibat munculnya Arianisme.

St. Athanasius banyak menghadapi tantangan dalam melawan Arianisme. Dalam masa penggembalaannya sebagai Uskup Alexandria, St. Athanasius 5 kali diturunkan secara paksa dan diasingkan oleh kaisar pendukung Arianisme atau oleh kelompok-kelompok Arian yang mendominasi keuskupannya.  Ia kerap kali diberikan tuduhan palsu oleh kelompok-kelompok yang tidak menyukainya. Setiap kali diturunkan, oleh karena dukungan Paus Roma dan Uskup-uskup Katolik lainnya serta umat Alexandria sendiri; St. Athanasius dapat menerima kembali tahta keuskupannya.

St. Athanasius dikenal sebagai seorang uskup yang banyak menulis. Dengan tulisan-tulisannya ia berusaha menerapkan dan membela ajaran iman yang benar. Ia meninggal dunia pada tanggal 2 Mei 373. Oleh karena perannya yang besar, St. Athanasius digelari �The Great� sehingga sering disebut St. Athanasius Agung.

Referensi:
The Greek Fathers Chap. 1 karya Pater Adrian Fortescue dari Inggris. Diterbitkan tahun 1908.

Syahadat Athanasian

Syahadat Athanasian atau sering disebut juga Quicumque vult, adalah salah satu dari empat syahadat otoritatif dalam Gereja Katolik. Di samping Syahadat Athanasian, tiga syahadat lain adalah Syahadat Para Rasul (Syahadat Pendek), Syahadat Nicea-Konstantinopel (Syahadat Panjang) dan Pengakuan Iman Tridentin (Professio Fidei Tridentinae). Dari keempat syahadat ini, Gereja Katolik memberikan Syahadat Para Rasul dan Syahadat Nicea-Konstantinopel tempat istimewa dalam kehidupan Gereja. (bdk. KGK 194-195). Meskipun demikian, Gereja Katolik tetap menyatakan bahwa Syahadat Athanasian tidak dapat dipandang telah kadaluarsa atau tidak bernilai (bdk. KGK 193). Syahadat Athanasian ini sendiri dengan begitu tegas dan lugas menjelaskan ajaran Tritunggal Mahakudus dan Inkarnasi Sang Firman Allah menjadi manusia.

Syahadat Athanasian umumnya diatributkan kepada St. Athanasius Agung. Meskipun demikian, tidak diketahui secara pasti siapa penulis syahadat ini. Teori umum menyatakan bahwa syahadat ini disusun di selatan Prancis pada abad ke-5 sebagai reaksi atas munculnya Neo-Arianisme.  Pada tahun 1940, �Excerpta� yang hilang karya St. Vincentius dari Lerins ditemukan dan karya ini mengandung banyak isi Syahadat Athanasian sehingga St. Vincentius dari Lerins diduga sebagai penulis syahadat ini. Salinan tertua dari Syahadat Athanasian ini ditemukan dalam koleksi homili Bapa Gereja St. Caesarius dari Arles (468-542).

Karena tidak ditemukan terjemahan resmi Syahadat Athanasian dalam Bahasa Indonesia, maka yang akan dilampirkan berikut ini adalah teks terjemahan tidak resmi Syahadat Athanasian yang diambil dari ekaristi dot org halaman 4 pada postingan Leemanto Shen untuk bagian ajaran mengenai Tritunggal Mahakudus dan untuk bagian ajaran mengenai Inkarnasi (Penjelmaan) Sang Sabda Allah menjadi manusia diterjemahkan oleh Indonesian Papist. Terjemahan Lengkap dalam Bahasa Inggris dapat dilihat di Ensiklopedia Katolik.

�Siapa yang ingin bahagia, dia harus berpegang teguh pada iman Katolik; siapa yang tidak memelihara keseluruhan secara utuh - tak pelak lagi - akan tersesat selamanya.

Inilah iman Katolik: kita menghormati Allah yang tunggal dalam Trinitas dan Trinitas dalam keesaan, tanpa pencampuran Pribadi dan tanpa pemisahan kodrat mereka. Salah satunya adalah Pribadi Bapa, Pribadi yang lain adalah Putra dan Pribadi yang lain lagi adalah Roh Kudus. Akan tetapi Bapa, Putra dan Roh Kudus hanya memiliki satu keilahian, kemuliaan yang sama, keagungan yang sama. Sebagaimana Bapa, demikian pun Putra dan Roh Kudus. Bapa tidak diciptakan, Putra tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan. Bapa tak terselami, Putra tak terselami, Roh Kudus tak terselami. Bapa abadi, Putra abadi, Roh Kudus abadi. Namun mereka bukan tiga Yang kekal, melainkan satu Yang kekal. Mereka juga bukan tiga kenyataan ilahi yang tidak diciptakan dan bukan tiga yang tak terselami melainkan satu yang tak diciptakan dan tak terselami. Bapa mahakuasa, Putra mahakuasa, Roh Kudus mahakuasa, namun bukan ada tiga kenyataan ilahi yang mahakuasa melainkan satu kenyataan ilahi yang mahakuasa. Demikianlah Bapa itu Allah, Putra itu Allah dan Roh Kudus itu Allah, namun bukan ada tiga Allah, melainkan hanya satu Allah. Bapa adalah Tuhan, Putra adalah Tuhan dan Roh Kudus adalah Tuhan, namun tidak terdapat tiga Tuhan, tetapi hanya satu Tuhan. Sebagaimana kita mengakui seturut kebenaran Kristen bahwa setiap Pribadi adalah Allah dan Tuhan, namun Gereja Katolik juga melarang kita untuk mengakui tiga allah dan tuhan. Bapa tidak dihasilkan seorangpun, ataupun diciptakan dan diperanakkan. Putra berasal dari Bapa sendiri, tidak dihasilkan, tidak diciptakan, tetapi diperanakkan. Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putera, tidak dihasilkan, tidak diciptakan, tidak diperanakkan, tetapi diasalkan. Jadi terdapat satu Bapa, bukan tiga bapa, satu Putra, bukan tiga putra, satu Roh Kudus, bukan tiga roh kudus. Dan dalam Tritunggal ini tidak ada yang mendahului atau kemudian, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil, tetapi semua tiga Pribadi adalah sama - sama kekal dan agung, sehingga seperti dikatakan bahwa baik keesaan dalam ketigaan maupun ketigaan dalam keesaan haruslah disembah. Siapa yang ingin mencapai kebahagiaan haruslah percaya akan Tritunggal Mahakudus.
Lebih jauh lagi, adalah penting untuk keselamatan kekal, bahwa ia harus mempercayai dengan benar Inkarnasi (Penjelmaan) Tuhan kita Yesus Kristus. Karena iman yang benar adalah bahwa kita mengimani dan mengakui bahwa Tuhan kita Yesus Kristus, Putera Allah, adalah Allah dan Manusia. Allah, kodrat dari Bapa, dilahirkan sebelum segala dunia; dan manusia, dari kodrat ibu-Nya, lahir ke dalam dunia. Allah sempurna dan Manusia sempurna, berada dalam jiwa yang layak dan daging manusia. Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya. Yang sekalipun adalah Allah dan manusia, bukanlah dua tetapi satu Kristus. Tetapi satu, bukan dari perubahan dari keilahianNya menjadi daging, tetapi dari pengambilan kemanusiaanNya ke dalam Allah. Satu bersama-sama, bukan karena percampuran kodrat, tetapi oleh kesatuan pribadi. Karena jiwa yang layak dan daging adalah satu manusia, demikian juga Allah dan manusia adalah satu Kristus. Yang menderita untuk keselamatan kita, turun ke neraka, hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati. Ia naik ke surga, Ia duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa, dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Pada kedatangan-Nya, semua manusia akan bangkit kembali dengan tubuhnya dan akan mempertanggungjawabkan perbuatan mereka sendiri. Dan mereka yang telah berbuat baik akan pergi ke dalam kehidupan kekal; mereka yang telah berbuat jahat ke dalam api yang kekal. Inilah iman Katolik yang mana kecuali seseorang percaya dengan setia dan teguh, ia tidak bisa diselamatkan.


Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Pax et Bonum.
Artikel ini ditulis oleh Indonesian Papist pada Pesta St. Athanasius Agung, 2 Mei 2012.

Saturday, April 28, 2012

Gita Sang Surya St. Fransiskus dari Assisi

 
Terpujilah Engkau, Tuhanku, dengan sekalian makhluk-Mu
terutama tuanku saudara Surya,
dia itu siang dan menerangi dengan pancarannya.
Dia itu elok dan bersinar dengan teramat cerahnya,
pembawa lambang-Mu, sang Mahaluhur.

Terpujilah Engkau Tuhanku
karena saudari Air,
besar gunanya, merendah, mulia, dan murni.

Terpujilah Engkau, Tuhanku,
karena saudari kami, Ibu Pertiwi,
penyuap dan pengasuh kami,
penghasil buah-buahan,
bunga beraneka-warna dan hijau-hijauan.

Puji dan muliakanlah Tuhanku,
beri syukur kepada-Nya,
abdilah Dia dengan kerendahan hati besar.

(St. Fransiskus dari Assisi, Gita Sang Surya)

Monday, April 16, 2012

Happy Birthday Holy Father Benedict XVI !


Felicem Diem Natalem Tibi Exopto! Happy Birthday to You! Selamat Ulang Tahun

PAPA BENEDICTUS XVI: Almae Urbis Episcopus, Vicarius Iesu Christi, Successor Princeps Apostolorum (Successor Petri), Catholicae Ecclesiae Summus Pontifex, Primas Italiae, Archiepiscopus Metropolita Provinciae Romanae, Rex Status Ecclesiae, Servus Servorum Dei.

HOLY FATHER BENEDICT XVI: Bishop of Rome, Vicar of Jesus Christ, Successor of the Prince of the Apostle (Successor of Saint Peter), Supreme Pontiff of the Universal Church, Primate of Italy, Metropolitan Archbishop of the Province of Rome, Sovereign of the Vatican City State, Servant of the Servants of God.

BAPA SUCI BENEDIKTUS XVI: Uskup Roma, Wakil Yesus Kristus, Pengganti Pangeran Para Rasul (Pengganti Petrus), Imam Agung Tertinggi Gereja Universal, Primat Italia, Uskup Agung Metropolitan Provinsi Roma, Pemegang Kedaulatan Negara Kota Vatikan, dan Pelayan dari Para Pelayan Allah.

 

Long live the Pope!
His praises sound
Again and yet again:
His rule is over space and time:
His throne the heart of men:
All hail! The Shepherd Pope of Rome,
The theme of loving song:
Let all the earth his glory sing
And heav�n the strain prolong.

Beleaguered by
By the foes of earth,
Beset by hosts of hell,
He guards the loyal flock of Christ,
A watchful sentinel:
And yet, amid the din and strife,
The clash of mace and sword,
He bears alone the Shepherd Staff,
The champion of the Lord.

Then raise the chant,
With heart and voice,
In Church & school & home:
"Long live the Shepherd of the Flock!
Long live the Pope of Rome!"
Almighty Father bless his work,
Protect him in his ways,
Receive his prayer, fulfill his hopes,
And grant him length of days!


Pace e bene. Indonesian Papist.

Tuesday, April 10, 2012

Sekuensia Requiem - Dies Irae

Dies Irae

Hari murka angkara,
hari itu, dunia melebur membara
Nubuat Daud dan Sybill tertera

Sungguh dahsyat semua bergetar
Ketika sang Hakim datang menggentar
seluruh kubur berguncang menggelegar

Sangkakala terdengar nyaring
setiap kubur turut bernyaring,
menggerak seluruh manusia menuju Tahta bergeming.

Kematian terdiam, alam terdiam
Pun semua makhluk terdiam
Menjawab datangnya sang Hakim Semesta Alam.

Buku kehidupan mengawali
seluruh bukti tampak jeli
Dunia akan diadili.

Tibalah sang Hakim memutuskan
yang tersembunyi tertampakkan
tak satupun tak terbalaskan.


Apalah yang dapat kukatakan?
Dengan apa dapat kusampaikan?
Saat ketakutan ingin rasa aman.

Raja yang sungguh Agung
Penyelamat yang tak kira menghitung
Selamatkan kami oleh welas asih-Mu yang tak terhitung.

Ingatlah, oh Yesus yang kupercaya
Akulah tujuan hidupMu di dunia
Jangan lupakan aku di hari tak berdaya.

Penuh lelah Engkau mencariku
Pada salib kau bawa derita dosaku
UsahaMu 'kan menyelamatkanku

Hakim sang pemberi hukuman
berilah aku berkat kelegaan
sebelum datang hari Pengadilan.

Penuh sesal aku mengeluh
muncul malu dosaku penuh
Ampunilah Tuhan, aku merengkuh

OlehMu, Maria si pendosa Kau selamatkan
penjahat di sampingMu kau ampunkan
Kepadaku Kau beri aku harapan.

Ratap dan doaku tak berarti
Tuhan yang baik, mengampuni dengan penuh hati
selamatkan aku dari api abadi

Dari seluruh domba, ambillah aku
Dari seluruh kambing, pisahkanlah aku
di sisi kananMu, taruhlah aku.

Para pendosa tercengang celaka
terlempar dalam bara api neraka
panggilah aku dengan berkat tanganMu terbuka

Berlutut tersungkur aku berserah
Hatiku hancur bagai abu berkalang tanah
Di saat terakhirku Engkau ingatkah?

Hari yang penuh linangan air mata
Dari kubur, manusia bangkit beserta

Yang mana akan diadili olehNya
Akankah Engkau mengampuninya?

Ya..Yesus yang Maha Pengampun
Berilah mereka istirahat abadi. Amen. 


Copyright Translation by Celestine




Dies Irae adalah sebuah puisi yang dikarang oleh Thomas Celano di abad Pertengahan. Jika diterjemahkan bebas, arti dari Dies Irae sendiri adalah Hari Kemurkaan, atau Day of Wrath. Keseluruhan stanza aslinya berbahasa Latin, dan memiliki akhiran yang sama pada setiap akhir kalimat berpola (aaa), saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia yang sekiranya sepadan dengan membandingkan terjemahan Inggris Kuno, serta terjemahan populer lainnya karena lagu ini belum saya temukan terjemahan resminya dalam bahasa Indonesia. Dalam liturgi, dikenal istilah Sequentia, yang merupakan puisi kristiani yang dinyanyikan di beberapa bagian misa. Ada begitu banyak sequence, yang dikenal hingga saat ini ada empat, beberapa diantaranya ada di buku Puji Syukur, seperti Victimae Paschali Laudes, Veni Sancte Spiritus, Lauda Sion Salvatorem, dan Stabat Mater. Begitu indah dan menginspirasinya sequentia ini sehingga banyak menginspirasi para musisi dunia, yang terkenal diantaranya adalah Mozart dan Verdi yang menggubahnya menjadi arransmen orchestra yang mengagumkan. Sequentia dinyanyikan setelah Gradual sebelum bacaan Injil.

Sequence Dies Irae dinyanyikan pada Misa Requiem yang jatuh setiap tanggal 2 November untuk memperingati jiwa-jiwa dalam Api Penyucian (purgatorio) serta iman Gereja akan Akhir Jaman dan warna liturgi yang digunakan adalah Hitam, sehingga terkadang dikenal sebagai Black Masses (bukan merupakan konotasi dari Satanic Mass yang juga memiliki konotasi serupa).
Lukisan yang saya attach di sini adalah lukisan dari Hans Memling, seorang pelukis kelahiran Jerman yang hidup di abad ke 15. Kini lukisan tersebut ada di Gereja St.Mary di Gdansk, Polandia.



Untuk mendengarkan lagu gregorian yang digunakan pada misa requiem ini, bisa didengarkan di; 



Verdi, Requiem-Dies Irae, yang merupakan lagu favorit Princess Diana hingga pada misa pemakamannya;  



dan penggunaannya dalam misa Requiem itu sendiri (mulai pada menit ke 02:00);  




Berikut adalah teks asli dari Dies Irae;

Dies ir�! dies illa
Solvet s�clum in favilla
Teste David cum Sibylla!

Quantus tremor est futurus,
quando judex est venturus,
cuncta stricte discussurus!

Tuba mirum spargens sonum
per sepulchra regionum,
coget omnes ante thronum.

Mors stupebit et natura,
cum resurget creatura,
judicanti responsura.

Liber scriptus proferetur,
in quo totum continetur,
unde mundus judicetur.

Judex ergo cum sedebit,
quidquid latet apparebit:
nil inultum remanebit.

Quid sum miser tunc dicturus?
Quem patronum rogaturus,
cum vix justus sit securus?

Rex tremend� majestatis,
qui salvandos salvas gratis,
salva me, fons pietatis.

Recordare, Jesu pie,
quod sum causa tu� vi�:
ne me perdas illa die.

Qu�rens me, sedisti lassus:
redemisti Crucem passus:
tantus labor non sit cassus.

Juste judex ultionis,
donum fac remissionis
ante diem rationis.

Ingemisco, tamquam reus:
culpa rubet vultus meus:
supplicanti parce, Deus.

Qui Mariam absolvisti,
et latronem exaudisti,
mihi quoque spem dedisti.

Preces me� non sunt dign�:
sed tu bonus fac benigne,
ne perenni cremer igne.

Inter oves locum pr�sta,
et ab h�dis me sequestra,
statuens in parte dextra.

Confutatis maledictis,
flammis acribus addictis:
voca me cum benedictis.

Oro supplex et acclinis,
cor contritum quasi cinis:
gere curam mei finis.

Lacrimosa dies illa,
qua resurget ex favilla

judicandus homo reus.
Huic ergo parce, Deus:

Pie Jesu Domine,
dona eis requiem. Amen.


Artikel ini ditulis oleh Celestine dan disumbangkan kepada Indonesian Papist untuk dipublikasikan kembali. Pax et Bonum 


Creative Commons License
Dies Irae - Puisi Akan Hari Pengadilan Terakhir by Celestine is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License.
Based on a work at indonesian-papist.blogspot.com.

Recent Post